(16)

20.9K 1.6K 32
                                    

"Mas gak akan pernah bisa masuk kedalam hati kamu disaat masih ada laki-laki lain disana." Ucap Mas Arya yang membuat gue menyipitkan mata heran.

Apa Mas Arya sedang mengakui perasaannya ke gue? Tapi kenapa? Apa laki-laki lain yang di maksud Mas Arya barusan itu Mas Reza? Tapi kenapa? Bukannya Mas Arya gak bisa menganggap gue lebih dari seorang adik ipar?

Sikap Mas Arya yang terlalu belibet malah membuat gue bingung, sebenernya perasaannya itu gimana? Apa gak bisa Mas Arya ngomong lebih jelas? Jangan pakai perumpaan yang susah gue artiin, cara setiap orang mengartikan suatu kalimat itu beda-beda.

"Jadi Mas ngizinin Ayra ketemu Mas Reza?" Ini yang gue tangkep dari maksud ucapannya.

"Heummm!" Gumam Mas Arya mengiyakan.

"Kalau Arya keluar sama Mas Reza, Ayra akan ngabarin Mas lebih dulu."

"Memang begitu seharusnya." Mas Arya tersenyum sekilas dan mulai membaringkan tubuhnya disamping gue, Ayahnya Lia kenapa?

.
.
.

Setelah mendapatkan izin dari Mas Arya, gue langsung menghubungi Mas Reza sesegera mungkin, gue ingin menyelesaikan semuanya secepat mungkin, gue gak mau makin banyak orang yang salah paham, gue gak mau makin banyak hati yang sakit.

Kalau gue terus nunda, makin banyak hati yang berakhir menderita, gue menghubungi Mas Reza lebih dulu, walaupun agak sulit Mas Reza menjawab panggilan gue tapi akhirnya Mas Reza setuji dan disinilah kita berdua sekarang, disalah satu tempat yang dulu pernah jadi tempat favorite kita berdua.

"Kamu mau ngejelasin apa lagi?" Tanya Mas Reza terdengar sangat dingin.

"Mas, Ayra minta maaf untuk semua kesalahan Ayra, Ayra minta maaf karena udah nyakitin hati Mas tapi jujur Ayra gak pernah berniat sama sekali untuk nyakitin hati Mas kaya gini." Sesal gue sangat.

"Udahlah Ay, sekarang semuanya udah terlanjur, penyesalan sedalam apapun gak akan bisa ngubah kenyataan." Gue sangat tahu itu.

Dalam hati gue juga mengiyakan perkataan Mas Reza barusan, gue sadar apapun penjelasan gue sekarang itu gak akan ngubah apapun tapi gue mau Mas Reza tahu, kalau gue beneran sayang dan cinta sama dia, itu tulus, gue gak mau Mas Reza nyia-nyiain hidupnya untuk gue.

"Mas, Ayra sayang sama Mas, Ayra gak mau kalau juga harus kehilangan Mas sebagai sosok seorang Kakak dan juga sahabat Ayra." Bukannya Mas Reza masih bisa menjadi sosok seorang Kakak untuk gue?

"Tapi Mas gak akan pernah bisa menganggap kamu cuma sekedar sahabat apalagi sosok seorang Adik, gak akan pernah bisa Ay! Satu hal lagi, rasa sayang dan cinta kamu itu udah gak guna sekarang."

Gue tersenyum miris dengan ucapan Mas Reza barusan, sebegitu sakitnyakah hati Mas Reza sampai dia tega ngomong kaya gitu sama gue? Kemana Mas Reza yang selama ini gue kenal?

"Apa yang salah kalau Ayra mengakui perasaan Ayra sama Mas sekaran walaupun Ayra tahu, Mas gak akan pernah bisa memiliki Ayra?"

"Maksud kamu?" Tanya Mas Reza yang keliatan bingung sama ucapan gue.

"Ayra tulus sayang dan cinta sama Mas dan mungkin masih untuk sekarang."

"Maksud kamu ngomong kaya gini ke Mas itu apa? Jangan ngasih harapan apapun kalau harapan kamu itu jelas-jelas palsu Ay."

"Ayra cuma mau Mas tahu kalau Mas itu pernah dan akan selalu jadi bagian terpenting dalam hidup Ayra, Ayra mau Mas sekarang ngelanjutin hidup Mas, cari kebahagian Mas sendiri walaupun bukan Ayra orangnya."

"Tapi semua gak akan semudah dan segampang yang kamu ucapin barusan Ay, nama kamu udah terlalu dalam dihati Mas."

"Tapi Ayra harus gimana lagi Mas? Sekarang Ayra istri orang lain, Aura gak akan pernah bisa ninggalin suami dan anak Ayra gitu aja."

"Tapi Mas yang lebih dulu masuk ke dalam hidup kamu, Mas yang lebih dulu mencintai kamu, Mas yang selama ini terus nungguin dan berjuang untuk kamu Ay, Mas orangnya bukan Arya." Mas Reza beranjak dan berniat merengkuh tubuh gue ke dalam pelukannya sebelum gue langsung mundur menjauh.

Mas Reza gak berhak nyentuh Gue untuk alasan apapun tapi di saat gue beranjak menjauh seketika itu pula air mata Mas Reza jatuh tepat di hadapan gue, apa yang udah gue lakuin sampai lelaki yang selalu terlihat kuat bisa berubah serapuh ini?

Tanpa sadar gue juga ikut menitikan air mata gue, jujur ini juga berat untuk gue sendiri, gue dengan terpaksa ninggalin orang yang jelas-jelas masih gue cintai hanya untuk menikah dengan orang yang sama sekali gak pernah gue cinta.

"Ayra cinta sama Mas jadi bawa rasa cinta yang Ayra punya untuk menjadi kekuatan Mas ngelanjutin hidup tanpa Ayra disisi Mas nanti, Ayra juga akan ngelakuin hal yang sama, sekali lagi Ayra minta maaf Mas." Gue menatap Mas Reza memohon.

"Jadi sekarang tolong lepasin Ayra." Gue mengusap kasar air mata gue dan langsung ninggalin Mas Reza masih dengan keterpakuannya, gue gak mau ngeliat mas Reza lebih lama lagi yang cuma akan berimbas dengan berubahnya pemikiran gue nanti.

.
.
.

Setelah menyelesaikan semua urusan gue sama Mas Reza, gue langsung pulang seperti awal gue minta izin keluar sama Mas Arya tadi, menyelesaikan masalah dan langsung pulang ke rumah.

"Gimana?" Tanya Mas Arya begitu melangkah kakinya masuk ke kamar.

"Ayra udah nyelesain semuanya sama Mas Reza." Lirih gue.

Sekarang gue hanya bisa tertunduk pasrah setelah memberikan jawaban kaya gitu, gue memang udah menyelesaikan masalah hubungan gue sama Mas Reza tapi enggak dengan masalah hati  gue, gak akan semudah itu ngehapus nama Mas Reza dihati gue gitu aja.

Menyebut nama Mas Reza aja udah ngebuat mata gue balik berkaca-kaca, sebisa mungkin gue nahan air mata gue biar gak balik jatuh di depan Mas Arya kaya kejadian di rumah sakit kemarin tapi seolah sadar dengan mata gue yang mulai berkaca-kaca lagi, Mas Arya malah ikut berlutut di depan gue dan meraih tangan gue dengan mata yang saling tertaut.

"Ayo kita mulai semuanya dari awal, cuma ada Mas, kamu dan Lia." Gue harus memberikan jawaban seperti apa sekarang?

"Mas, bisa Mas bersabar dan ngasih Ayra waktu? Kasih Ayra waktu untuk bisa ninggalin rasa yang masih ada dihati Ayra sekarang, Ayra gak bermaksud untuk ikut nyakitin hati Mas tapi Ayra cuma mau Mas bersabar nunggu Ayra."

"Ayra mau Mas juga ngerti, mungkin kedepannya Ayra akan kembali menangis untuk rasa yang Ayra punya sekarang dan kalau saat itu ada, bantu Ayra untuk lebih ikhlas menerimanya."

"Dan kalau Ayra udah bisa nata ulang hati Ayra? kalau saat itu tiba, Ayra akan belajar melangkah masuk ke dalam hati Mas juga, itu janji Ayra."

Dear Mas Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang