39. Untuk Ke Sekian Kalinya

200 6 0
                                    


Typo tandain, soalnya gak di revisi!

Happy Reading🖤

"Alfan capek!"

Rengek Ayana yang entah keberapa kali. Padahal gadis baru saja melakukan shit up sebanyak lima kali.

Alfan mendengus dan memilih tak menghiraukan Ayana yang sudah asik berguling di matras. Jika seperti ini Alfan menyesal mengajak Ayana untuk berolahraga pagi ini.

"Alfan!" Panggil Ayana sedikit ngegas karena rengekannya tidak dihiraukan sama sekali.

Ayana bangkit dan merebut paksa barbel yang sedang Alfan pegang.

"Apa sih Ay?"

"Gue laper," jawab Ayana sambil menyembunyikan barbel seberat tiga kilogram dibalik punggungnya.

"Balikin sini, gue belum selesai." Alfan berusaha merebut kembali barbel tersebut, tapi Ayana dengan cepat berlari menghindari Alfan.

"Bikinin gue sarapan dulu, nanti gue balikin."

Dengan cepat Alfan menggeleng. "Gak!"

"Udah sini balikin," Alfan mendekati posisi Ayana, tapi gadis yang dikejarnya malah berlari kebalik kaca didekatnya.

"Jahat banget sih sama dede," raut wajah Ayana dibuat seperti sedih yang membuat Alfan mengelus dada prihatin.

Gini amat punya tunangan!

"Yaudah gue beliin bubur depan komplek,  tapi siniin dulu barbelnya."

Bukannya menurut,  Ayana malah berlari semakin menjauh membuat Alfan semakin kesal dibuatnya.

"Jangan lari ke kolam nanti lo jat— nah kan mampus!"

Ayana terpeleset karena lantai disekitar kolam renang yang licin,  alhasil barbel yang dibawanya jatuh menimpa kakinya.

"Jangan ngetawain,  bantuin ihhhh." Rengek Ayana dengan wajah memerah menahan sakit disekitar kaki kanannya.

"Kayak bocah aja lari-larian, jadinya jatoh kan. Bikin ribet aja!"

Alfan berjongkok dekat Ayana dan mulai memijit kakinya perlahan. "Sakit gak?"

"Sakit kalo di gerakin." Jawab Ayana sedikit meringis.

"Yaudah sini gue gendong, lapar kan?" Alfan memposisikan dirinya agar mudah menggendong Ayana.

Ayana sedikit ragu untuk naik keatas punggung Alfan, tapi kapan lagi coba dapat kesempatan digendong Alfan.

Ting... Tong...

Alfan dan Ayana mengerutkan dahinya saat mendengar bunyi bel. Mereka heran siapa yang bertamu sepagi ini kerumah mereka. Apalagi membunyikan bel, sudah pasti itu bukan salah satu teman mereka yang akan nyelonong masuk seperti jalangkung.

"Tetangga mungkin," tebak Ayana. "Eh kalo tetangga mikir yang aneh-aneh gimana?" Ayana parno sendiri.

Kalian pasti tau lah bagaimana pedasnya omongan tetangga.

A Y A N A (Revisi)Where stories live. Discover now