Hari 4

1.4K 194 19
                                    

Setelah memberikan obat penawar pada setiap pasien, pekerjaan Sakura jadi terasa lebih ringan. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang karena pasien sudah cukup banyak yang dipulangkan. Enaknya pulang di saat hari masih terik.

Sakura mengambil boneka yang ada di kamarnya. Ia pun duduk di ruang tengah sembari menjahit bagian tangan yang putus.

Senyum cerah terukir di wajah cantik Sakura ketika ia berhasil menyelesaikannya. Boneka itu jadi terlihat lebih menggemaskan karena Sakura menambahkan kalung dengan liontin bunga sakura.

"Sakura!"

Sakura langsung membuka pintu rumah ketika ia mendengar Temari berteriak. Ia melihat wajah gadis pirang dengan kuncir duanya itu menatapnya dengan tajam.

"Sakura... apa yang sudah kau lakukan dengan adikku!?"

Sakura mendelik, "eh? Apa maksudmu Temari-san?"

Temari menarik Sakura masuk ke dalam rumah. Membingungkan. Sebenarnya siapa penghuni rumah yang asli.

"Kenapa ada aromamu yang menempel pada tubuh Gaara?"

Sakura terkejut bukan main. Seharusnya wanginya menghilang bukan, "itu... aku memberinya selimut kemarin, kupikir dia kedinginan karena menungguku," atau mungkin Gaara sengaja tidak mencucinya?

Temari semakin menatap Sakura dengan tak percaya, "kau serius? Gaara datang ke sini? Dan menunggumu pulang?"

Sakura mengangguk.

"Sialan. Anak itu kusuruh untuk pulang ke rumah, tapi yang ia datangi malah tempatmu," ujar Temari dengan aura suram di sekitarnya.

"Baiklah, aku pulang," Temari langsung membalikkan badannya, "sebelum itu, aku ingin memberitahu padamu kalau aku sudah memberi lampu hijau untukmu."

Sakura sedikit tidak mengerti. Namun ia hanya tersenyum sembari melambaikan tangan pada Temari yang perlahan menghilang dari tempatnya.

Ia kembali duduk di ruang tengah. Di desa ini tiap waktunya terasa berbeda. Ketika siang terasa panas dan ketika malam akan terasa dingin.

"Boneka-chan, maaf ya tadi aku meninggalkanmu. Kau jadi terlempar sampai ke ujung, hahaha..." Sakura mengusap-usap boneka itu, membersihkan debu yang menempel.

Belum satu jam ia duduk, seseorang mengetuk pintu rumahnya. Ah, sudahlah, ini sangat menjengkelkan.

Brak!

Sakura membuka pintu dengan sedikit kesal. Namun betapa sangat terkejutnya ia ketika mendapati seseorang yang selama ini ia rindukan berada di depan matanya. Ia yakin bahwa orang itu adalah dia.

"Sasuke-kun..."

Pria itu berpenampilan agak berbeda. Rambutnya yang semula naik kini turun, membiarkan rambut yang sekarang panjang tergerai dengan beberapa helai menjuntai di dahinya. Ia juga memakai ikat kepala.

"Hisashiburi da na, Sakura."

Tanpa pikir panjang, Sakura langsung memeluk manusia Uchiha terakhir itu dengan tangis yang perlahan menetes sedikit demi sedikit. Membuat jubah yang dikenakan Sasuke menjadi sedikit basah.

Sasuke mendekap Sakura sebentar sebelum ia melepasnya, "apa yang kau lakukan di sini, Sakura?"

"K- kau... apa kau tidak tahu selama ini aku menunggumu," Sakura menatap Sasuke dengan matanya yang berair, "aku merindukanmu, Sasuke-kun..."

Sasuke langsung mencengkram pelan kedua bahu Sakura, "hey, dengarkan aku. Apa yang kau lakukan di sini?"

"Menjalani misi," ucap Sakura sambil menyeka air matanya.

"Misi apa?"

"Maaf, aku tidak bisa memberitahumu, karena misi itu sebuah rahasia bukan?"

Sasuke menghela napas, "baiklah. Boleh aku masuk? Di sini terasa sangat panas."

Detak jantung Sakura terasa begitu cepat. Ia merasa gugup ketika Sasuke duduk di hadapannya. Benar-benar sangat dekat. Dan hanya ada mereka berdua di sana.

Sakura menyuguhkan secangkir teh manis hangat untuk Sasuke. Dan lagi-lagi kesunyian datang. Hingga suara Sasuke yang keluar akhirnya memecah keheningan.

"Gelang yang cantik."

Sakura langsung melirik pada gelang yang melingkar di tangannya. Ia langsung menyembunyikannya di belakang punggungnya.

"Dari siapa?" tanya Sasuke yang mulai menyesap teh sedikit demi sedikit.

"K- Kazekage-sama."

Trak!

Suara cangkir yang diturunkan oleh Sasuke entah kenapa terdengar sangat nyaring di teling Sakura. Padahal Sasuke menaruhnya pelan. Ia jadi seperti sedang diinterogasi.

"Gaara?"

Sakura mengangguk. Mata Sakura langsung menatap Sasuke, "kalau kau, apa yang kau lakukan di sini?"

"Penebusan dosa."

Ah, benar. Sakura lupa. Sasuke berkelana ke berbagai tempat dengan dalih untuk melakukan penebusan dosa.

"Gaara..."

Sakura langsung menatap Sasuke yang pandangannya ke arah cangkir

"Apa kau ingat jika dia pernah hampir membuatmu mati saat kita masih genin?"

Deg.

Jantung Sakura serasa dihantam oleh ribuan kunai. Bagaimana bisa ia tidak melupakan kejadian itu. Tepat di mana nyawanya hampir saja terlepas dari raganya. Tapi saat itu yang ia pedulikan hanya nyawa Sasuke. Sosok cinta pertamanya.

"Ya, aku ingat," lirih Sakura, "tapi kupikir itu hanya masa lalu. Aku sudah memaafkannya. Dia sudah berubah. Dia menjadi pria dewasa yang memiliki hati yang hangat."

"Kau menyukainya?"

"Eh?"

7 Days with GaaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang