2. Tea Party

811 142 8
                                    

Waktunya akhirnya tiba. Hari dimana pesta teh keluarga Moriarty diselenggarakan. Bahkan satu jam sebelum gerbang kediaman Moriarty dibuka, kereta sudah berbaris rapi. Para nona muda berdesakan, tidak sabar buat menghadiri moment langka dimana kediaman Moriarty dibuka untuk umum. Mereka datang dengan pakaian terbaik. Dandanan yang luar biasa sehingga membuat penampilan mereka kian rupawan. Meski sebatas acara pesta teh, nampaknya antusiasme para nona muda itu tak kalah dengan saat menghadiri sebuah pesta malam. Ramai.

Sementara di dalam mansion, para penghuni mansion sudah berdandan rapi. Pakaian mereka layak. Sopan santun harus diterapkan. Bond tak kalah cemerlangnya dengan para laki-laki (tulen) yang ada di kediaman Moriarty. Apalagi dengan ekspresi wajah yang kadang terlihat nakal itu. Sungguhan lebih dari cukup buat membodohi siapa pun mengenai keabsahan gender si pirang ini. Freed yang biasanya berpenampilan seadanya pun dirubah menjadi lebih berkelas. Sebagaimana butler elit yang benar-benar berpengalaman. Ya, meski dengan tampilan mungilnya, tidak bisa menutupi jika pemuda satu ini masih terlihat imut. Apalagi rambutnya yang terlihat fluffy. Menggemaskan, sungguh. Louis terlihat berkelas meski dengan tampilan sederhana. Wajah yang selalu terlihat tenang itu terlihat dewasa. William? Ah, si profesor muda genius itu terlihat sangat berpendidikan dengan gayanya. Rambutnya ditata sedemikian rupa. Albert? Ah dia sudah tidak heran lagi. Gayanya elegan. Dibandingkan dengan dua saudaranya, Albert satu-satunya yang sering keluar buat menghadiri undangan pesta. Dia terkenal sebagai Earl muda yang sopan dan gentle. Penampilannya elegan. Setiap gerakan yang ia lakukan entah kenapa selalu terasa memikat mata? Tatapan mata yang terlihat lembut dan senyum hangat itu luar biasa. Jadi intinya, begitulah. Semua penghuni mansion Moriarty luar biasa. Nyaris tanpa cela.

Lalu, saat pintu gerbang dibuka, tanpa diragukan lagi, para nona muda berebut masuk. Suasananya luar biasa riuh. Pendataan tamu undangan pun penuh. Para nona muda itu berbaris rapi, meski barisannya panjang. Bagaimana lagi kan? Mereka harus mengisi buku tamu sebelum mengikuti pesta teh yang diadakan keluarga Moriarty. Sementara para nona muda tengah antri untuk mengisi buku tamu (yang mana mereka sudah tiba di depan gerbang mansion Moriarty beberapa jam sebelum pintu gerbang dibuka) satu kereta kuda justru masih berada beberapa ratus meter dari pintu gerbang yang terbuka. Kereta kuda dengan tampilan tidak mencolok itu memiliki lambang keluarga Summers. Keluarga Summers terkenal dengan lambang keluarga yang unik. Sebuah bunga mawar mekar dengan arai berduri yang mengelilinginya. Warna mawarnya sendiri berwarna hitam pekat, sementara arai berduri yang mengelilinginya dihiasi warna hijau. Berbanding terbalik dengan lambang keluarga Moriarty yang terkesan sangat rumit dan elegan. Meski kereta kuda terlihat sederhana di luar, namun, nyatanya, interior didalam kereta kuda tidak bisa dikatakan sesederhana tampilan luarnya. Kursi penumpang didalam kereta didesain sedemikian rupa sehingga penumpang bisa duduk dengan nyaman dan mengurangi rasa tidak nyaman akibat goncangan saat kereta kuda berjalan. Apalagi khusus kereta kuda yang satu ini yang dibuat khusus untuk satu-satunya putri keluarga Summers. Karena kesehatannya yang buruk di masa lalu, Count Summers tidak main-main saat membuatkan sebuah kereta kuda khusus untuk putrinya.

"Milady," Millie memanggilnya dengan nada menegur saat melihat sang nona muda menutup mulutnya guna menutupi kuapan.

Posisinya terlihat sama sekali tidak menunjukkan citra bangsawan muda anggun. Dia terkesan seperti gadis malas yang kekurangan tidur. Kepala disandarkan pada jendela kereta, sementara sebelah tangan digunakan buat menompang sisi wajahnya. Dan apalagi itu... Millie sudah lama menyerah akan sikap nona muda nya ini.

"Aku ingin pulang," Dia bergumam lelah. Ah, seandainya saja dia memiliki saudari perempuan, dia tidak akan pernah harus berkewajiban mendatangi acara seperti ini. Kan dia bisa meminta saudara perempuannya yang hadir.

Millie mendesah, pasrah. Dia masih ingat kejadian sampai sehari lalu. Nona mudanya bahkan belum memberikan balasan atas surat undangan yang diberikan keluarga Moriarty sementara para nona muda keluarga lainnya justru memberikan balasan di hari yang sama dimana surat dikirimkan. Itupun, jika bukan karena andil Tuan Muda Callen, Millie sangsi nona mudanya akan berada di tempat ini sekarang. Nah, lihatlah. Mereka sudah berada di depan gerbang mansion keluarga Moriarty, namun nona mudanya masih terlihat malas.

SerendipityWhere stories live. Discover now