Bagian 74

140 25 11
                                    

Seungwoo menyimpan ponselnya saat ia mendengar suara kamar mandi terbuka.

Sebelumnya, dia memberitahu di grupchat mengenai operasi Jinhyuk. Kebanyakan dari mereka sepertinya tidak terkejut kalau Seungwoo berada di rumah sakit padahal kemarin Jinhyuk sudah melarang dia –semua orang sebenarnya– untuk tidak datang ke rumah sakit ketika dirinya akan menjalani operasi.

Seungwoo menghembuskan nafas ketika melihat Jinhyuk keluar dari kamar mandi setelah mengganti pakaian yang dibawakan oleh suster tadi. Pemuda itu berjalan menghampiri Seungwoo yang duduk di ujung ranjang.

"Kenapa?" tanya Jinhyuk.

Seungwoo hanya melebarkan kedua tangannya. "Minta peluk, boleh?"

Jinhyuk mendengus pelan lalu masuk ke dalam rengkuhan tangan Seungwoo. Membiarkan pemuda itu menyandarkan kepala di dada kirinya, mendengarkan suara detak jantungnya.

Jinhyuk mengulas senyum sembari mengusap kepala Seungwoo.

"Udah, belum?"

"Belum."

Seungwoo yang kemudian menarik nafas lalu memejamkan mata dan berdoa. Kedua tangan yang melingkar di pinggang Jinhyuk mengerat, mendekap tubuh kurus kekasihnya. Jinhyuk sendiri membiarkan Seungwoo melakukan apa yang perlu dia lakukan, karena bagaimana pun bukan hanya Seungwoo yang merasa takut.

Jinhyuk pun demikian. Karena dia yang tahu persis resiko besar dari operasi yang akan dijalaninya dalam beberapa jam.

Jinhyuk memeluk bahu lebar Seungwoo, lalu sedikit merunduk untuk mencium puncak kepala Seungwoo.

*****

Jinhyuk mengeratkan genggaman tangan Mama ketika stretcher yang didorong oleh beberapa suster berhenti tepat di pintu area masuk ruang khusus operasi.

Waktu menunjukkan pukul sembilan dan masih ada satu jam untuk persiapan operasi. Jinhyuk memandang wajah Mama dan Papa yang diijinkan ikut masuk mengantarkan. Kecuali Jinwoo. Adiknya harus menunggu di ruang tunggu bersama Seungwoo.

Mama mengusap wajah Jinhyuk lembut dan mengecup keningnya penuh kasih. "Tidur yang nyenyak ya, kakak. Besok siang, Mama bangunin kamu, ya?"

Jinhyuk hanya mengangguk kecil. Kemudian dia melirik pada Papa yang berdiri di sisi lain stretcher. Papa tersenyum tipis dengan wajah lelahnya, karena baru satu jam lalu Papa pulang dari kantor. Beliau bilang ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Terlebih karena Om Jinwook yang dipenjara.

"Jangan tidur terlalu lama ya, kak. Kamu sendiri yang ngeluh kalo kelamaan tidur, badan kamu sakit-sakit."

Kali ini Jinhyuk tertawa kecil, masih tanpa menjawab apapun. Karena sejujurnya, Jinhyuk tidak ingin seolah memberi harapan dengan menjawab ucapan Mama dan Papa. Terlalu pesimis memang, namun Jinhyuk hanya bersikap realistis.

Di meja operasi, ada banyak kemungkinan yang tidak bisa diprediksi. Termasuk diantaranya kalau Jinhyuk tidak akan selamat.

Tak lama dokter Kang dan seorang suster keluar dari pintu masuk ruang operasi. Sang dokter sudah bersiap dengan surgical scrubs tersebut membungkuk memberi salam pada orang tua Jinhyuk. Dokter Kang tersenyum begitu ia melihat Jinhyuk.

"Nervous?"

"Ngga terlalu," jawab Jinhyuk singkat.

Dokter Kang hanya tertawa kecil. Lalu beliau menjelaskan prosedur singkat perihal operasi yang akan dijalani oleh Jinhyuk dan berapa lama waktu yang akan dibutuhkan. Dokter Kang juga mengatakan bahwa jantung donor sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit.

The Story of...Where stories live. Discover now