31 | Pelaku

32.2K 2.6K 55
                                    

"Cari tau pelakunya di CCTV yang ngarahin ke dapur, saya baru inget mami pasang CCTV yang gak keliatan di sana."

"Untuk pelakunya saya curigai kedua pembantu saya karena sebelumnya mereka selalu bersikap eneh ketika saya dan keluarga saya berada di rumah ini." Ucap Agatha kepada kedua bodyguard yang memang Arthur suruh untuk penyelidikan.

Agatha masih belum bisa ke rumah sakit karena sakit di perutnya belum juga hilang, Ningsih menelfon dokter yang biasa melakukan pemeriksaan rutin ke rumah Ningsih.

Dokter tersebut menyatakan bahwa Agatha mengalami kontraksi ringan di sebabkan karena terlalu Stress dan berteriak kencang. Dokter tersebut memberikan obat yang bisa di konsumsi saat terjadinya kontraksi ringan seperti sekarang.

Arthur menberi tahu Agatha bahwa Stormy di rawat di rumah sakit bahkan Arthur pun mengirimkan foto berisi Stormy yang tertidur pulas di ranjang rumah sakit. Membuatnya menangis karena tidak bisa langsung menemani anaknya di rumah sakit.

"Baik nyonya kami akan lakukan itu. Ada lagi yang bisa kami lakukan? Seingat saya tuan Arthur memberitahu bahwa ada satu gelas air yang harus di lihat?"

"Ya ambil aja di kamar saya, satu orang aja yang lain amanin deh tuh kedua pembantu saya jangan sampai mereka keluar atau apapun karena saya curiga sama mereka." Jawab Agatha, kedua bodyguard itu mengangguk dan mulai melakukan tugas mereka.

Sementara Agatha tengah menyiapkan keperluan Stormy selama di rumah sakit nantinya di bantu oleh Ningsih yang tidak tega membiarkan Agatha sendirian yang menyiapkan pakaian.

"Udah selesai mi, disini biarin bodyguard aja yang nyelidikin kalo udah dan terbukti kalo kedua pembantu nya itu salah mereka harus langsung ke penjara, bahaya kalo Arthur yang pegang dua-duanya nanti."

"Iya mending serahin semua ke polisi dari pada nanti jadi bahan Arthur buat lampiasin kemarahan atau emosinya." Jawab Ningsih yang telah selesai menyiapkan keperluan.

"Udah yuk buruan kita ke rumah sakit." Ujar Ningsih di angguki oleh Agatha.

Mereka pun pergi ke rumah sakit di antarkan oleh bodyguard Agatha yang lain, Arthur mengirimkan banyak bodyguard ke rumah Ningsih karena ia merasa ia harus mengirimkan sebanyak itu untuk menjaga rumah dan tidak membiarkan kedua pembantu yang di curigai keluar dari rumah.

Sesampainya di rumah sakit Ningsih dan Agatha segera pergi ke kamar rawat Stormy, di ruang anak banyak sekali anak dengan berbagai penyakit yang di derita berkumpul namun Stormy tidak karena Stormy menggunakan kamar VIP.

"Gimana apa kata dokter?" Tanya Agatha langsung yang melihat Arthur dan Ravi tengah mengobrol, kedua anaknya telah tertidur dan Stormy sendiri tidur di ranjang.

"Stormy keracunan sianida membuat nya kejang-kejang untung aja kita cepet bawa Stormy ke rumah sakit kalo engga mungkin Stormy udah gaada lagi di dunia ini." Jawab Arthur pelan ia takut membangunkan ketiga anaknya.

"Demi apa?! Wah gila harus di hukum mati tuh orang." Ujar Agatha menahan emosinya.

"Sabar Atha, ini udah malem juga yang penting sekarang kan Stormy udah gapapa Stormy cuma butuh pemulihan aja kok." Ucap Ravi ia memeluk tubuh anaknya itu agar tenang.

"Tunggu aja sampai besok, dokter bilang Stormy bangun besok pagi atau siangnya karena pengaruh obat yang di berikan oleh dokter." Ucap Arthur ia menarik Agatha untuk duduk di sampingnya, seingatnya ia belum mengelus perut buncit Agatha pada malam hari.

Rutinitas yang selalu ia lakukan pada malam hari adalah menidurkan Stormy dan mengelus perut buncit Agatha. Kedua orang tua Agatha terkekeh melihat kelakuan Arthur bak kucing bersama Agatha dan bak singa di hadapan banyak orang.

••

Pagi ini Stormy belum juga bangun dari tidurnya membuat Agatha sedikit risau dengan itu, sama halnya dengan Arthur ia pun risau melihat Stormy yang belum juga bangun.

Anna dan Rey sedang membeli makanan di kantin untuk Agatha makan dan Arthur makan, mami dan papi Agatha kembali di sibukkan dengan berbagai pekerjaan membut mereka harus pergi ke perusahaan.

Sementara Arthur memang mengambil libur untuk menemani anaknya di rumah sakit.

"Storm bangun yuk kasian nih baby J belum Storm sapa pagi ini. Jangan sakit-sakit dong Storm bunda jadi gak kuat liat Stormy di pasangin banyak alat kaya gini."

"Maaf Storm seharusnya bunda gak marahin Storm malem kemarin makanya Stormy marah dan gamau bangun. Bunda mohon Storm maafin bunda ya? Bangun yuk Storm jangan bobo terus abang sama kakak juga lagi beliin makanan enak."

"Agatha udah jangan maksain banget, ini udah takdir udah ya?" Ujar Arthur dengan lembut.

"Tapi aku jadi bunda yang gagal Arthur, aku gabisa bayangin di posisinya Stormy gimana. Seharusnya aku lebih tau apa yang Stormy butuh dari segelas air putih, harusnya aku kasih Stormy obat." Ucap nya menangis dalam pelukan Arthur.

"Kamu bunda yang hebat, kamu udah berusaha jadi yang terbaik buat anak-anak aku. Aku tau sulit untuk kamu tapi kamu bener-bener sabar ngehadepin anak-anak. Kamu bukan bunda yang gagal Agatha."

Arthur mengelus rambut Agatha agar Agatha tenang dan itu berhasil. Agatha lebih tenang namun tetap belum mau melepaskan pelukan.

"Aww shh Arthur." Ujar Agatha lirih, perutnya kembali sakit.

"Sakit lagi hm? Tunggu anak-anak bawain makanan abis itu minum obat ya? Tiduran di sofa sana."

"Te-temenin."

"Iya ayo, sakit banget?" Tanya Arthur.

"Sedikit lebih tenang, aku banyak pikiran makanya sakit gini, selama ini gak pernah gini deh baru-baru ini aja." Jawab Agatha dan Arthur mengangguk, ia segera mengelus perut Agatha agar perutnya tidak terlalu sakit.

••

"Saya sudah menemukan banyak bukti, yang menuangkan racun sianida ke dalam minuman adalah Lisa, anak dari pembantu yang bekerja di rumah Nyonya Ningsih dan Tuan Ravi."

"Saya menemukan botol racun itu di dalam lemari yang berada di mini bar dapur, botol tersebut menunjukkan sidik jari yang sama dengan sidik jari Lisa." Lanjut bodyguard pada Arthur.

"Di siang hari Lisa menuangkan pada makanan nona Stormy namun nona Stormy tidak mau memakan nya."

Saat ini Lisa tengah berada di dalam ruangan nya bersama dengan mamanya Lisa sendiri, ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Lisa yang ingin membunuh anaknya karena masalah iri dengan interaksi keluarganya.

"Bagaimana bisa kamu mendapatkan racun yang benar-benar mahal ini Lisa?" Tanya Arthur dengan dinginnya.

"Sa-saya mendapatkan nya dengan mencuri." Jawab Lisa gugup.

"Astaga saya tidak habis pikir dengan apa yang kamu perbuat kali ini, dari bentakan pada Anna waktu itu dan menyuruh Anna bekerja sampai sekarang kamu masukkan sianida ke dalam minuman Stormy untung saja saya sigap membawa anak saya ke rumah sakit."

"Bagas saya tidak peduli dengan semuanya, penjarakan Lisa walau masih di bawah umur saya akan membayar berapapun harganya untuk Lisa di penjarakan seumur hidupnya." Lisa nampak berontak namun dengan segera bodyguard lain membentak. Arthur tidak mempermasalahkam itu.

"Dan untuk kamu, saya pastikan kamu tidak akan pernah mendapatkan apapun pekerjaan yang bisa kamu lakukan, biarlah menjadi gelandangan, kalau didik anak itu dengan baik bukan mendidik anak agar menjadi pembunuh." Baru saja hendak melayangkan Protes bodyguard segera bertindak.

Arthur keluar dari ruangan nya tanpa memperdulikan yang berada di dalam ruangan, tersiksa dengan baik untung saja tak ia bunuh kedua ibu dan anak itu.

••

Tbc

Siapa nih yang nyangka itu Lisa? Bener banget kalean ya, btw aku ga bikin Agatha marah soalnya kasian sama baby J weheheheh. Jangan lupa vote komen thank u!

BUNDA ATHA Where stories live. Discover now