Chapter 18

1.5K 379 122
                                    

200 vote rep, dobel up. Siders, hargai yuk, vote juga ngga papa.

•••

SEJUJURNYA Jeara masih enggan untuk bertemu dengan Jungkook, tetapi mengingat jika Jeara masih bekerja di sana, pun Jeara yang sudah pasti membutuhkan pekerjaan, mau tidak mau ia harus kembali dengan keadaan seperti kemarin-kemarin. Tidak masuk selama tiga hari, Jeara tahu betul jika itu hal yang merugi sebab sudah termasuk membolos tanpa keterangan. Jeara pikirannya hari ini harus profesional.

Datang dengan keadaan cukup pagi, Jeara melihat sekeliling jika tampilan rumah keluarga Jeon itu selalu sepi. Suara detik jarum pada jam pun, menjadi suara yang melingkupi sekeliling. Surai yang masih terasa basah sebab mandi yang terlampau pagi, agaknya Jeara cukup merasa tergigil dengan tubuh yang hanya dilapisi kaus polos hitam dengan celana kain bewarna senada.

Mewawaskan diri sebab takut-takut Jungkook yang sudah terbangun, opsi yang pertama Jeara lakukan hanya menghela napas, pun berlagak seperti biasa saja. Dengan gerangan yang sudah melangkah ke arah dapur, Jeara mengambil apron yang tergantung di dekat lemari pendingin, sebelum ia bergerak untuk menyiapkan hidangan yang hendak dibuat.

Baiklah, mari kita mulai pagi ini dengan keadaan yang dicoba untuk terlihat biasa saja.

•••

Jungkook sebetulnya sudah tahu betul keberadaan Jeara yang sudah datang sedari pagi, terlampau pagi malah. Merasakan jika kemarin-kemarin gadis itu menghindarinya, Jungkook menahan diri untuk tidak bergegas untuk menghampiri. Sebetulnya Jungkook bukan seorang yang terbangun di pagi hari, tetapi mendamba Jeara sedari kemarin, mendengar bunyi perkakas dari arah dapur pun, Jungkook dengan sigap terjaga dengan perangai yang sudah menebak-nebak.

Seharusnya Jungkook sudah turun ke bawah, dan menghampiri Jeara, tetapi mengingat bagaimana gerangan itu yang menangis di dalam pelukan sahabatnya sendiri, Jungkook urungkan niatnya dengan ia yang malah mengambil kanvas untuk sekadar mengalihkan pikiran dengan menorehkan kuas di pagi hari. Bahkan Yeji yang memunculkan perangai di balik pintu kamar mandi pun, Jungkook enggan peduli sekecilnya hanya sebuah tilikan.

“Tidak biasanya kau terbangun pagi-pagi begini.” Yeji berkata seperti itu dengan diri yang berjalan ke arah Jungkook.

Balkon yang terbuka lebar, cuaca pagi ini cukup dirasa agak mendung, pun terpaan angin yang mampu membuat Yeji mengusap pelan lengannya yang terlihat telanjang.

“Kaupun sama.” Jungkook menjawab sedikit tanpa minat. Bahkan pemuda itu hanya mengotori dengan asal kanvas yang sekarang terlihat dengan coretan yang random.

“Kau yang membuatku bangun, Jung.”

Kali ini wanita itu terlihat sudah bersisian dengan Jungkook. Rasanya Jungkook malas sekali, bahkan jelaganya menilik sekilas ke arah balkon seberang, yang mana tertampil masih terbuka lebar dengan jendela yang juga sudah dibuka. Jungkook rasa, memang perubahan Jeara terlihat kentara sekali. Jungkook tahu, Jeara bukan seorang gadis yang akan terbangun pagi, tetapi kali ini, gadis itu berubah cukup banyak tatkala mengetahui jika Bibi Shin sakit cukup keras.

Jika Jeara sedang berada di kamarnya, sudah pasti gadis itu sudah melihat keberadaan Jungkook. Mengingat jika Jeara tengah berada di dapur rumahnya, Jungkook menghela napas pelan dengan tangan yang bergerak untuk menyimpan kuas. Bahkan ketika ia hendak meraih bungkus rokok di atas meja kecil, Yeji lebih dulu menahan Jungkook dengan tubuh mungil yang duduk di atas pangkuan.

REVERSED; JJK ✅Où les histoires vivent. Découvrez maintenant