16 ♪♪

3.3K 195 12
                                    

I needed to lose you to love me 


.


.


.



"Kita tidak bisa berjalan beriringan lagi...aku cukup berjalan dibelakangmu, seperti dulu..."

Naruto menggeleng keras dibalik punggung Hinata, "Apa aku sudah kehilangan kesempatan terakhirku..? aku sangat tidak pantas untukmu, tapi—"

"Bukan, bukan kamu yang kehilangan kesempatan, tapi aku Naruto-kun ! kau lihat keadaanku sekarang...? aku cacat dan memalukan, kan ?" Hinata tersenyum kecut, berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengangkat tangannya yang ingin sekali membalas pelukan Naruto-kunnya ini. Merengkuh dan mengusap punggungnya seperti dulu, berusaha menenangkan dan mengusir semua permasalahan yang menimpa suaminya ini. Yang setelahnya Nanadaime ini akan tertidur di pelukannya.

Karena sepanjang ingatannya, selama menikah mereka jarang bahkan nyaris tidak pernah bertengkar, mereka selalu berusaha untuk saling mengerti satu sama lain, jika ada hal-hal yang membuat mereka kurang nyaman, mereka akan berbicara dan sesegera mungkin menyelesaikan agar tidak berlarut-larut dan menimbulkan salah paham. Naruto adalah pribadi menyenangkan dan sangat pengertian, dia memperlakukan Hinata dengan sangat baik, sampai-sampai ia merasa sangat dicintai oleh Naruto. 


"Tidak ada satupun dari dirimu yang gagal Hinata, aku yang gagal ! bagaimanapun keadaanmu, kau tetap bentuk dari sebuah kesempurnaan bagiku !"

'Dan seberapa sempurna pun aku dimatamu Naruto-kun, tetap tidak bisa membuatmu mencintaiku'

Naruto kemudian melonggarkan dekapan eratnya dan mengangkat kedua tangan tan nya untuk menangkup kedua pipi pualam Hinata, sorot matanya tajam namun sendu, menatap dalam kedua Amethys wanita tersayangnya ini.
"Apa kau akan mengingkari janji, hm...?bukankah dulu Hinata bilang tidak akan pernah pergi meninggalkanku kalau bukan aku sendiri yang memintanya...?! dan sampai kapanpun aku tidak akan pernah meminta Hinata pergi dariku !" Naruto ingat betul perkataan Hinata itu sepanjang mereka bersama.

"Aku tau kesalahanku sangat besar dan tak termaafkan, aku sudah menghancurkan perasaan Hinata. Tapi...aku tetap ingin egois, aku ingin menahan Hinata disisiku selamanya..! Hinata tidak boleh meninggalkanku...! maafkan aku Hinata, tapi apapun yang terjadi aku tidak akan pernah mengizinkannya !" Terdengar egois memang, tapi apalagi ?! Naruto tidak ingin kehilangan bagian paling  berharganya ini.

Demi apapun ia tidak akan sanggup, kehilangan Hinata beberapa bulan saja rasanya seperti mau mati, kehilangan gairah hidup. 

'Kalau sudah tiada baru terasa' memang kata-kata yang terdengar klasik di telinga siapapun, tapi bagi orang-orang yang pernah kehilangan seseorang karena kesalahan yang dilakukan memang berat, tidak sesederhana kedengarannya. Dan Naruto tidka ingin penyesalan itu datang padanya.

"Aku tidak akan pernah mengingkari janjiku, aku tidak akan pernah meninggalkan Naruto-kun kalau bukan Naruto-kun sendiri yang memintanya...tapi keadaan ini lain, aku rasa sudah cukup dengan semua kepalsuan yang menyiksa kita satu sama lain ini...!" Hinata menangkup tangan Naruto yang memegang pipinya, menggenggam tangan yang terasa dingin itu.

Untuk kesekian kalinya menyelami kedua Shapire itu dengan dalam, menyalurkan kegelisahan yang selama ini ia rasakan, dan pada akhirnya semua harus tersampaikan. "Tolong dengarkan aku baik-baik, aku tidak akan meninggalkanmu, tapi...kamu boleh meninggalkanku !  aku sepenuhnya milikmu, tapi kamu adalah pribadi merdeka yang boleh memiliki dan dimiliki siapapun...tolong jangan merasa tertahan dengan ketidakberdayaanku melepasmu !"

RhapsodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang