🌑 Who are You? 🌑

15 4 0
                                    

Ketika sinar matahari pagi bersinar lembut, Ameria telah lupa akan kesedihannya semalam. Bahkan, kini wajahnya sangat jengkel dan tak berhenti menggerutu. Ia tak bisa memikirkan hal lain yang lebih membuat frustrasi ketimbang melihat semua gambar miliknya telah dirusak.

Siapa yang mengacaukan gambarku? Kenapa semua manusia yang sebelumnya aku gambar tidak berwajah sekarang memiliki sepasang mata, hidung, bahkan bibir yang sedang tersenyum? Siapa yang berani melakukan semua ini? Apakah itu kau, Squirk?!

Ameria mengenyakkan bokongnya di tepi ranjang, mengabaikan sesaat delapan kertas bergambar yang berhamburan di sekitarnya. Ia memandang ke arah pintu dengan sangat tajam. Tak ada orang lain di kastelnya, jadi ia sangat yakin jika pelakunya adalah Squirk. Begitu pria tua itu datang, Ameria akan langsung menyemburnya dengan pertanyaan.

Setelah beberapa saat menunggu, Ameria jengkel karena Squirk belum juga datang. Padahal, biasanya pria tua itu tak pernah terlambat mengantarkan sarapan. Ameria jadi semakin yakin, Squirk yang telah mengacaukan gambar miliknya.

Tak ada yang bisa diharapkan dari menunggu, Ameria menyambar acak selembar gambar miliknya lalu berniat mendatangi Squirk. Pria tua itu tinggal di dapur kastel. Saat keluar dari pintu kamarnya, embusan udara kastel yang tidak biasa membuat Ameria sedikit ragu. Dirinya sudah lama tidak keluar kamar, apalagi menuju dapur tempat kediaman Squirk.

Mengembuskan napas kasar, Ameria berusaha mengalahkan keraguannya. Kaki rampingnya yang beralas sandal gladiator mantap menuruni kelokan anak tangga. Sedikit menyincing gaun satin hitamnya, ia dapat menuruni tangga itu dengan mudah.

Saat sampai di sebuah lorong, Ameria merasakan embusan hangat di wajahnya. Ia dapat mencium aroma lezat seperti daging asap bercampur manis keju. Ameria menghela napas panjang. Di antara banyaknya lorong yang ada di kastel, ia lega tidak lupa jalan menuju dapur.

Ameria memelankan langkah. Ia telah sampai di depan ruangan. Aroma makanan makin tercium dari arah daun pintunya yang sedikit terbuka. Ameria belum melihat Squirk, tapi dari luar, ia bisa mendengar suara benda berdentingan di dalam ruang itu. Dan suara ... orang bercakap-cakap?

Dengan alis berkerut waspada, Ameria mencoba mengintip. Betapa kagetnya, ketika ia justru melihat dua sosok asing dalam ruang itu. Ameria menarik diri, menempelkan punggung pada dinding sementara mulutnya ternganga.

Squirk, berani-beraninya kau membawa orang asing ke dalam kastel ini!

Ameria marah pada Squirk yang tak ada di hadapannya. Tak bisa dibiarkan, ia harus secepatnya bertindak. Tanpa ragu lagi, Ameria membuka pintu dengan kekuatan penuh.

BRAK!

Dua sosok asing dalam ruang itu seketika membatu. Mereka sama-sama memandang Ameria dengan mulut terbuka, sampai makanan yang ada di mulut mereka berjatuhan.

"Siapa kalian!" seru Ameria. Suaranya menggelegar, sehingga dua sosok di hadapannya berjengit.

Tangan Ameria mengepal sampai kertas di genggamannya teremas. Ia memperhatikan penampilan dua sosok asing itu, pada noda-noda crayon di baju mereka.

"Kalian yang telah mengacaukan semua gambarku?!" tanya Ameria berapi-api.

Salah satu dari sosok asing yang duduk di atas konter dapur menyibak rambut coklat sebahunya yang lebih mirip seperti rumput laut. Ternyata dia adalah seorang laki-laki, tepatnya remaja laki-laki. Dia menyengir lebar sebelum melompat. Dan ketika telah berdiri, tubuhnya sedikit lebih tinggi dari Ameria.

Bertemu dengan remaja laki-laki untuk pertama kalinya, Ameria tidak merasa takut. Wajah jengkelnya tak berkurang sama sekali. Tapi ketika remaja laki-laki berpakaian serba coklat tua itu mulai berjalan mendekat, Ameria tidak merasa nyaman.

"Menjauhlah!" seru Ameria. "Siapa kalian? Kenapa kalian datang ke mari? Di mana Squirk?!"

Si remaja laki-laki tetap berdiri di hadapan Ameria dengan percaya diri. Sementara, satu sosok asing lagi bertubuh kecil yang semula hanya duduk membatu, kini mulai berani mendekat ke samping si remaja laki-laki. Ia gadis kecil yang memakai pakaian serba merah jambu dan rok berpolkadot. Matanya bulat dan besar, dengan pipi yang mirip seperti bola menggelembung.

"Kami datang untuk menemuimu," kata si remaja laki-laki. "Namaku Hop, dan ini adikku Mao. Kami ingin menjadikanmu seorang teman."

"Teman?" Ameria mendecih. "Jangan berharap. Tak ada yang bisa menjadikanku teman, karena aku dikutuk!"

"Dikutuk?" Kedua alis Hop terangkat. "Siapa yang mengatakan padamu?"

***
03 Juni 2021

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 03, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Meet Me in the DarknessWhere stories live. Discover now