Haiiiii...
Postingan ini hanya bersifat selingan aja ya. Kisah sederhana antara saya dan My Bae. Eit, bukan Bae-nya Mbak Zoya, ya.
Tapi bener-bener My Bae.
Pengen dibikin kisah sendiri tapi takut garing, karena kisah cintaku tuh lempeng, nggak mengharu biru.
Jadi ya udah deh, eike tempelin di sini aja, ya. Wkwkwk...
Cusss...
°°°
Selesai mata kuliah pertama, aku mengiyakan ajakan Mas Bekti untuk pergi ke musala. Padahal aku sedang berhalangan.
Memang udah kebiasaan saja kami saling menginthili. Kalau dalam bahasa jawa, 'udrak udruk' bareng gitu.
Karena seringnya udrak udruk bareng, banyak yang mengira kami itu pacaran. Padahal ya enggak. Masih temenan aja kok.
Masih suka jahil, masih suka saling ledek, masih suka berantem dan ngatain satu sama lain. Tapi yo mboh kok kita sama-sama ngglibet terus. Haha.
"Nitip." Mas Bekti meletakkan ponsel Siemens M55 dan dompet di sisiku lalu ngacir ke tempat wudhu untuk selanjutnya melaksanakan salat. Sementara aku mulai asyik mengutak-atik ponselku sendiri sambil duduk-duduk di luar. Hp mungil berwarna ungu-pink, Motorolla C55.
Awal tahun 2004, lagi seneng-senengnya punya hape. Kalo lagi pegang hape, segala nomor di kontak iseng aku missed-call. Ya gimana, pulsa isinya cuma sepuluh ribu, kadang ya lima ribu rupiah, sementara kalau mau sms biayanya 325 rupiah. Makanya isengnya ya cuma Missed call aja.
Tiba giliran nomor Mas Bekti yang kutelpon, ponsel itu bergetar lalu berdering lirih. Menatap layar, keningku mengernyit.
Di sana tertulis ... Cinta.
°°°
Selesai salat, Mas Bekti mengambil ponsel dan dompetnya.
Menyadari bahwa ada panggilan tak terjawab dariku, ia bertanya, "Lihat, ya?"
Aku berdehem. "Hm? Lihat apa?"
"Namamu, di hapeku."
"Oh." Aku manggut-manggut. Tiba-tiba saja merasa grogi.
"Nggak nanya kenapa nomormu kusimpan dengan nama Cinta?"
"Kenapa?"
"Ya karena aku cinta sama kamu."
°°°
Sejak saat itu aku tahu bahwa lelaki yang kini telah menjadi suamiku ini ternyata telah menaruh hati padaku di awal bertemu.
°°°
Udah, segini aja. Hahaha.
YOU ARE READING
Sexy Daddy
RomanceBersahabat dengan Abay Wesley sejak kecil, tak pernah terbersit sedikitpun di benakku bahwa aku akan menganggapnya istimewa. Bukan sekedar istimewa sebagai seorang sahabat, tapi istimewa sebagai ... lelaki. Ketika dia memutuskan menikah dan pindah...
