Part 3

231 20 23
                                    

Helaaan napas lelah keluar dari bibi tebal sang pemuda kala melihat seorang gadis tengah bercengkerama di ruang tamu bersama mamanya.

"Eh, Revan. Ini Beby udah nungguin kamu dari tadi. Kamu ngapain sih di kamar mulu?"

"Tidur," sahutnya ogah-ogahan seraya berjalan ke arah kulkas untuk mengambil minuman dingin.

"Ya sudah. Berhubung Revan udah ada, Tante mau ke atas dulu ya."

Beby mengangguk dan tersenyum. "Iya, Tante. Makasih udah nemenin Beby ya, Tan."

Selena-Mama Revan mengangguk dan tersenyum sebelum melangkah ke lantai atas.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Revan ketus sembari menatap datar Beby.

Namun, nampaknya Beby menghiraukan nada dan tatapan Revan yang tidak bersahabat. Dia justru tersenyum lebar saat berjalan ke tempat Revan. Dengan kurang ajarnya, Beby merangkul lengan kokoh pemuda tersebut.

"Nonton yuk! Kita udah lama nggak nonton berdua loh."

Revan menyentak kasar tangan Beby. "Ogah."

"Revan, please. Kali ini aja. Gue sujud nih sama lo," ujar Beby seraya hendak bersujud di hadapan Revan.

Buru-buru Revan mencegahnya. "Lo apaan sih!"

Beby menangkupkan kedua tangannya di depan muka. "Please, Van. Mau ya? G-gue kangen sama lo."

Helaan napas pelan terdengar. Tanpa banyak bicara dia melangkah pergi meninggalkan Beby yang melongo kebingungan hingga beberapa menit kemudian suara motor terdengar dari luar. Nampaknya Revan keluar lewat pintu samping yang langsung menuju garasi.

"Jadi kagak?! Kalo enggak gue mau main aja nih!"

Mendengar teriakan Revan yang mengalahkan deru motornya, Beby pun bergegas keluar dengan senyum lebar. Selanjutnya, dia nangkring begitu saja di boncengan Revan.

"Buset! Selow napa, Mbak."

Ssnyum konyolnya dapat dilihat Revan dari balik kaca spion. Revan menyerahkan satu helm kepada gadis di belakangnya. "Nih pake."

Yang diberi pun menerima dengan senang hati. "Akhirnya gue nonton sama Revan lagi!" pekik Beby yang mendapat gelengan kepala dari Revan.

Dari dulu lo emang nggak berubah, By. Selalu ekspresif, tapi nggak peka.

***

Geraman kesalnya terdengar melihat usaha gadis yang sampai sekarang masih membuntutinya. Dia berbalik hanya untuk menatap tajam gadis itu.

"Lo mau apa sih, By? Tadi gue udah ngalah mau berangkat bareng sama lo. Sekarang motif lo apa lagi? Jangan harap gue mau ngalah lagi ya, karena di sini nggak ada nyokap gue."

Beby tersenyum sembari menangkup wajah lelaki di depannya dan memberikan sebuah kecupan singkat di pipi Revan hingga membuat sang empu terbelalak sempurna.

"Lo apa-apaan sih?! Ini sekolahan, By!" ujar Revan seraya berusaha menghapus bekas kecupan Beby.

Melihat Revan yang mukanya merah padam, Beby terkikik geli. "Yuk gue anterin ke kelas, Pacar," ujar Beby dengan percaya dirinya sembari menggandeng lengan kokoh milik Revan.

Revan menyentak keras tangan Beby. Matanya berkilat marah. "Bilang apa lo tadi? Pacar? Lo masih nyebut diri lo pacar gue setelah apa yang lo lakuin?"

Nyali Beby menciut. Dengan sisa-sisa keberaniannya, dia berusaha menatap Revan dengan mata berkaca-kaca. "Kalau bukan pacar, kenapa lo kemarin mau gue ajak nonton? Kenapa tadi lo mau berangkat bareng gue?"

My Secret Admirer [LENGKAP]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant