41. Bestie (5)

1.7K 292 66
                                    

Entah sudah berapa kali Chanyeol membuka tutup pintu kamarnya. Ia sudah menggendong ransel di punggungnya untuk pergi ke rumah Kyungsoo, tetapi ia tidak tahu apakah ia benar-benar perlu pergi ke rumah sahabatnya itu atau tidak.

Kebimbangan Chanyeol, terjadi karena sore tadi ia marah dan kesal pada Kyungsoo. Begitu memarkirkan mobil milik Kyungsoo, Chanyeol langsung memberikan kuncinya dengan paksa ke tangan kiri sahabatnya lalu langsung pergi tanpa mengatakan apapun.

Chanyeol tahu ia seharusnya tidak bersikap seperti itu. Walaupun sebenarnya semua yang Chanyeol ucapakan tadi sore adalah kebenaran. Awalnya, Chanyeol mengira jika Kyungsoo mungkin ingin menjadi pribadi yang lebih mandiri. Namun, Chanyeol tak bodoh sampai ia tak bisa menyadari jika Kyungsoo seolah sengaja menciptakan jarak tertentu diantara mereka berdua. Mereka memang masih sangat dekat, tetapi Kyungsoo seolah masih punya batasan untuk kedekatan mereka.

"Chanyeol!" Ibu Chanyeol meneriaki dari bawah.

"Iya Ma? Aku makam malemnya nanti aja!"

"Turun cepet kesini!!"

Chanyeol jadi berpikir aneh, ibunya lebih seperti membentak daripada memanggil. Mau tak mau Chanyeol meninggalkan tas ranselnya untuk turun ke bawah. Betapa terkejutnya ia saat ada Kyungsoo dengan kaos polos hitam dan celana olahraga dengan warna senada sudah berdiri di dekat meja makan sambil membawa tas ransel dan di tangan kirinya memegang paper bag yang cukup besar.

"Kamu katanya mau ke rumah Kyungsoo! Katanya mau bantuin bikin tugas? Lama banget sih kayak anak gadis, ini kan Kyungsoo jadi nyusul kesini!"

"Enggak papa kok Ma, emang aku bosen aja di kamar." Kyungsoo memang memanggil ibu Chanyeol sama seperti Chanyeol memanggil ibunya sendiri.

"Iya paling enggak Chanyeol bisa jemput. Terus ini kenapa kamu bawa-bawa makanan segala?! Chanyeol aja kalau main ke rumah kamu enggak pernah mau di suruh bawa apa-apa!"

"Ini dari eomma. Eomma bilang, Chanyeol udah bantuin aku dari tadi pagi. Jadi eomma buatin kue ini buat Chanyeol," jelas Kyungsoo.

"Ya udah, ya udah. Chanyeol ajak naik dong, malah diem aja."

Chanyeol mendekati Kyungsoo yang tersenyum tipis pada Chanyeol. "Sini tasnya, biar aku yang bawa." Chanyeol berucap dengan nada pelan.

"Enggak usah, biar aku sendiri aja, ini enggak berat kok."

"Ya udah terserah."

Chanyeol langsung berbalik dan berjalan menuju kamarnya. Kyungsoo mengikuti saja dari belakang dengan perasaan yang tidak nyaman. Kyungsoo tahu jika Chanyeol masih marah padanya, tetapi sulit baginya untuk membiasakan diri menerima bantuan orang lain saat dirinya sendiri masih bisa melakukannya.

"Kamu bisa aja ngirim tugasnya kan? Repot banget harus ke rumah segala," ungkap Chanyeol saat mereka sudah masuk ke kamar.

"Eomma bilang aku juga perlu usaha. Kalau aku butuh bantuan ya aku harus minta tolong langsung sama orangnya." Kyungsoo duduk di ranjang Chanyeol, sambil perlahan melepaskan tas ranselnya.

"Bantuan? Enggak salah?" Chanyeol duduk di depan meja belajarnya seolah sengaja membuat jarak.

"Aku punya kekhawatiran. Aku percaya kalau segala sesuatu yang ada di sekitar kita itu enggak ada yang abadi, jika barang ada rusaknya, jika benda hidup entah mereka bisa pergi ke tempat lain atau buruknya pergi dari dunia ini. Dari situ aku belajar untuk jangan pernah terlalu menggantungkan diri dengan apapun atau siapapun, kecuali Tuhan. Karena pada akhirnya nanti mereka bisa aja pergi, dan itu termasuk kamu." Kyungsoo tertunduk sendu saat menjelaskan alasannya.

"Kalau aku terlalu bergantung sama kamu, suatu saat nanti pas kamu jauh dari aku apa yang bisa aku lakuin Chan? Saat aku terlalu terbiasa sama kehadiran kamu di sekitarku, kalau nanti saatnya kamu harus pergi sama pasangan kamu atau pergi untuk ngejar mimpi kamu, apa yang bisa aku lakuin? Aku enggak pernah merasa ingin memiliki karena aku enggak mau ngerasa kehilangan, apalagi itu kamu." Kyungsoo masih menunduk, tetapi kali ini ada genangan air mata di pelupuk matanya.

Story of ChansooWhere stories live. Discover now