[35] Mengapa Dia Marah?

703 33 4
                                    

haiii👋🏻

sebelum baca, yuk absen dulu (jam berapa kalian baca part ini?)

kalau ada typo/kesalahan dalam part ini bantu koreksi yaa biar bisa aku perbaikin 🥺🥺

jangan lupa tinggalin jejak kalian disini dan pastinya juga tinggalin komen di setiap paragraf nya biar aku lebih cepet up, makasiii,🤍

SEBAGIAN PART AKAN DI PRIVATE, HARAP FOLLOW AKUN KU DULU BIAR BISA LANJUT BACA!!!!

-happy reading-

****

"Diandra?" Panggil orang yang ada disebelahnya. Bukannya Diandra menjawab, Diandra malah berjalan mundur seraya menggelengkan kepalanya. "Dra kamu—"

"Jangan dekat-dekat!" Perintah Diandra saat Alvaro hendak berjalan mendekati Diandra. "Kamu jahat hiks..." Air mata yang sedari tadi Diandra tahan kini berhasil lolos.

Diandra terus melangkah mundur hingga tanpa sengaja ia menabrak rak hingga membuat lengannya mengeluarkan darah.

"Akhhh," ringis Diandra karena perih.

"DIANDRA!" Alvaro hendak berlari namun lagi-lagi Diandra menghentikan nya.

"STOP! GUE BILANG STOP! JANGA DEKAT-DEKAT DENGAN GUE!"

Diandra membersihkan darah-darah yang keluar dari lengan sebelah kirinya dengan punggung tangannya. Namun darah itu semakin deras dan tak kunjung berhenti.

Menatap sejenak dua orang yang ada diseberang nya, Diandra melenggang pergi dari area supermarket. Sudah cukup khianatan ini.

Alvaro hendak menyusul Diandra namun tangannya ditahan oleh Kirana, "Al jangan tinggalin aku. Aku takut..."

Menghela nafasnya, Alvaro tidak mengejar Diandra. Mungkin Diandra membutuhkan waktu. Besok saat di sekolah ia harus menyelesaikan semua ini. Ini hanya salah paham.

Diandra berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya yang seperti akan habis. Jalanan malam ini cukup sepi bahkan tak ada satupun kendaraan yang melintas dijalan ini.

Bahkan lampu jalanan pun redup. Memeluk dirinya sendiri, Diandra menatap lengannya yang semakin banyak darah. Ia mengambil sweater yang ia lingkarkan di pinggang rampingnya untuk ia gulungkan di lengannya yang luka.

"Hai neng, sendiri aja," dari arah berlawanan datang tiga preman yang hendak menggoda Diandra.

Saat Diandra melangkah mundur, salah satu dari mereka mencegat Diandra. Kini Diandra sudah di kepung. Ia tak bisa melarikan diri.

"Sini neng, abang anter pulang," goda salah satu preman itu lalu memegang sebelah pundak Diandra dengan lancangnya.

Tak tinggal diam, Diandra menepis kasar tangan preman itu yang ingin bermacam-macam dengannya.

"Jangan sentuh gue!"

Ketiga preman itu tertawa, "Jangan gitu atuh neng. Sini neng nanti abang bayar deh. Mau berapa hah?"

"GUE GAK SEMURAHAN ITU BANGSAT!" Hardik Diandra.

Dengan bermodal sweater miliknya, Diandra dengan berani memukul ketiga preman itu dengan sweater nya namun salah satu preman itu merampas sweaternya.

"Balikin gak?!" Diandra hendak mengambil alih sweater miliknya namun preman itu melempar sweater nya kepada preman yang satunya lagi.

"Shit. Balikin atau—"

"Atau apa? ATAU APA HAH?! Lo cewek aja banyak gaya tinggal nurut aja susah!" Bentak preman itu dan membuat Diandra bertambah takut.

Namun Diandra berusaha tegar. Ia harus lolos dari cegatan preman-preman brengsek seperti ini.

ᴛʜᴇ ᴄᴏᴏʟ ᴋᴇᴛᴏsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang