O9: regrets

113 27 5
                                    

HALOOOOO!!!! Setelah sekian purnama akhirnya struggle update juga T____T aku minta maaf karna udah bikin kalian nunggu lama BANGEETTTT :"( dan makasih juga udah setia nunggu cerita ini update!

Oh iya beberapa hari yang lalu aku baru aja revisi semua chapter struggle. Kalo misalnya dari kalian ada yang mau baca ulang, mungkin kalimat juga cara penulisan nya ada yang udah berubah dikit hehehe

Aku harap kalian puas dengan chapter ini. Maaf juga apabila ada terdapat kesalahan penulisan. Kritik saran sangat berlaku!!

Happy reading! <3






"Allen waktunya mandi!"

Allen langsung berlari mendekati sang ibu begitu namanya dipanggil. Dia mulai mencoba melepaskan celananya dan baju dibantu Chaeyeon.

"Air nya ga dingin kan ma?" tanya Allen dibalas gelengan oleh Chaeyeon.

"Engga kok. Airnya hangat." setelah melepaskan semua pakaian Allen, Chaeyeon mengangkat Allen masuk kedalam bathup yang sudah dipenuhi busa.

Allen pun bermain air ditemani bebek karet. Sedangkan Chaeyeon langsung mengambil shampo lalu menggosokkan pelan ke rambut Allen. Setelah selesai, Chaeyeon membilas badan Allen sampai busa hilang.

Selesai memandikan Allen, Chaeyeon mengangkat Allen dari bathup dan membaluti tubuh mungil nya dengan handuk. Setelah itu Chaeyeon dan Allen masuk kedalam kamar.

"Hari ini Allen mau pake baju apa?" tanya Chaeyeon sambil sibuk memilih pakaian untuk anaknya.

"Allen mau pake baju yang ada gambar Kungfu Panda nya!" jawab Allen semangat.

"Oke kungfu panda ya!"

Allen tertawa senang sambil sedikit berputar saat melihat pantulan dirinya di cermin yang sudah mengenakan pakaian bergambar Kungfu Panda.

"Gemes banget Allen, anak siapa sih kamu?"

"Anaknya mama Chaey!"

Chaeyeon memekik tertahan dan mencium seluruh wajah Allen gemas. Selesai mengurus Allen, saatnya giliran Chaeyeon untuk mandi. Lima belas menit berlalu kini Chaeyeon sudah keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap.

"Allen?" panggil Chaeyeon saat merasakan suasana unit nya sepi. Ketika melewati kamar, ternyata Allen sudah tertidur dengan damai. Chaeyeon berjalan menghampiri Allen dan mengecup kepala sang putra dengan lembut. Tapi perhatian Chaeyeon langsung teralih kearah kertas di genggaman Allen. Iso kertas itu adalah hasil gambar Allen.

Di kertas itu terlihat gambaran dua orang dewasa bersama satu orang anak laki-laki yang ada di tengah keduanya. Tanpa harus berpikir lagi pun Chaeyeon sudah tau siapa yang ada di gambar tersebut.

Helaan nafas berat keluar dari mulut Chaeyeon. Dia mengambil kertas dari tangan Allen lalu meletakkan nya di nakas. Setelah itu Chaeyeon ikut naik keatas kasur, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya juga tubuh Allen. Kemudian Chaeyeon terlelap.

•••

Di lain sisi Jihoon tengah berjalan mondar-mandir di kamarnya dengan perasaan gusar. Rambutnya yang semulanya tertata rapi kini sudah berubah menjadi kusut. Dari tadi yang dipikirkan Jihoon adalah, bagaimana caranya agar ia bisa bertemu Chaeyeon lagi?

"Buset ga habis-habis nya ya lu, Hoon,"

Jihoon mengalihkan pandangan nya kearah Haechan yang baru saja keluar dari kamar mandi sehabis menyelesaikan panggilan alam nya.

"Lu boker apa gimana sih anjing? Lama banget." tanya Jihoon heran.

"Perut gue mules bangsat!" ujar Haechan kemudian berjalan mendekati kasir, "Gimana? Udah dapat rencana?" tanya Haechan sudah tiduran diatas kasur.

Jihoon menghela nafas gusar, "Belum." balas Jihoon sambil meneguk bir kalengan di tangan nya.

"Ck elah, udah gue bilang langsung samperin aja."

"Ya lu pikir gampang apa?"

"Engga sih."

Ingin rasanya Jihoon menonjok kening Haechan. Berjam-jam larut di pikirannya, memikirkan berbagai rencana, akhirnya Jihoon mengikuti kata Haechan juga. Bertemu dengan Chaeyeon. Entah bagaimana respon Chaeyeon nanti. Entah gadis itu akan mengusir atau menghajarnya nanti, Jihoon tidak peduli. Yang terpenting dia bertemu dengan Chaeyeon.

"Gue pergi dulu. Kalo semisalnya ayah atau Yujin nyari, bilang gue ada urusan." pesan Jihoon pada Haechan. Selain ingin bertemu Chaeyeon, Jihoon juga merindukan Allen.

•••

Chaeyeon terbangun dari tidurnya tepat pada pukul 20:00 malam. Chaeyeon mengecek ke sebelahnya dan Allen masih ada disamping nya. Tiba-tiba rasa haus menyerang tenggorokan Chaeyeon. Maka dengan terpaksa ia turun dari kasur, pergi ke dapur, mencari segelas air untuk memuaskan dahaga nya.

Dirasa haus nya sudah hilang Chaeyeon meletakkan gelas nya kembali. Saat dia hendak kembali ke kamar, ada yang mengetuk pintu unit nya. Chaeyeon mengernyit heran. Kira-kira siapa yang bertamu ke rumah nya?

Chaeyeon mengecek lewat layar intercom. Betapa terkejutnya dia saat melihat sosok Jihoon berdiri diluar sana. Jantung Chaeyeon berdegup kencang sampai Chaeyeon terduduk lemas. Tubuhnya bergetar. Bahkan Chaeyeon tidak sadar air matanya sudah turun membasahi pipinya. Ingatan Chaeyeon tentang 'masa itu' yang telah ia kubur, seketika langsung muncul.

Chaeyeon merasa pasokan oksigen menyusut. Pelan-pelan Chaeyeon berusaha untuk bernafas normal. Dirasa sudah cukup tenang, Chaeyeon hapus air matanya lalu dia mengumpulkan seluruh keberanian nya untuk membuka pintu.

Tepat saat pintu terbuka, mata Chaeyeon dan Jihoon saling bertabrakan. Keduanya merasakan deja vu dengan moment saat ini. Jihoon yang semula sudah mengumpulkan berbagai penjelasan dan alasan yang akan ia katakan pada Chaeyeon, sekarang malah hilang entah kemana. Nafasnya seakan tercekat.

"Mau apa lo kesini?" tanya Chaeyeon berusaha untuk tetap tenang walaupun suaranya terasa sedikit bergetar.

"A-anu, gue-"

"Masih punya muka lo buat datang kesini lagi?"

Jihoon terdiam. Keberanian nya langsung menciut mendengar kalimat sarkas dari Chaeyeon.

"Chaeyeon, gue cuma-"

"Jihoon, please, jangan." Jihoon terkejut mendengar suara Chaeyeon yang bergetar. Matanya langsung membulat saat air mata membasahi pipi mulus nya.

Chaeyeon menarik nafasnya, berusaha untuk tidak terisak walaupun dada nya terasa sangat begitu sesak, "Gue mohon sama lo untuk menjauh dari kehidupan gue. Udah cukup lo bikin gue menderita selama empat tahun ini," kata Chaeyeon menggigit bibirnya.

"Selama empat tahun gue nanggung semuanya. Malu, sakit, takut. Semuanya gue hadapin. Gue cape, gue cape banget. Kalo dikasih pilihan gue lebih milih buat ngeakhirin semuanya daripada harus menderita. Ga cuma fisik gue yang hancur Hoon tapi mental gue juga. Bahkan masa depan yang udah gue siapkan, sekarang udah hancur. Semua yang ada di diri gue hancur total, Jihoon!" kata Chaeyeon setengah berteriak.

Chaeyeon jongkok dan terisak pilu. Kini semua emosi juga unek-unek yang selama ini ia pendam akhirnya terungkap juga. Jihoon menunduk dalam. Hatinya sesak mendengar ungkapan Chaeyeon. Dia bisa membayangkan sehancur apa hidup Chaeyeon atas perbuatan nya dulu. Sial! Semua ini karena Jihoon.

Andai saja waktu itu Jihoon tidak mabuk, andai saja waktu itu dia tidak masuk kamar itu, dan andai saja dia tidak putus dengan Giselle, mungkin kejadian mengerikan itu tidak akan pernah terjadi.











Tbc

insyaallah nanti habis nugas aku update chapter selanjutnya. Any questions? Atau mungkin ada yang mau ngobrol dulu gitu? Wkwkw 😅

Terima kasih udah baca!

STRUGGLE [chaehoon]Where stories live. Discover now