➤ ; 21 ‧ Lucas ‧ 🍀 -

1K 166 11
                                    

- Special : Lucas' POV -

[Name] jejeritan keras sekali. Kak Vidia, Kak Alva, bahkan dua anak 'Siang' dan 'Malam' itu datang.

"Aaah! Vidia, help! Lucas, tuh!"

"Demi kulit kerang ajaib, lo pada salah paham!"

Kak Vidia mengambil ponselnya, menatapku skeptis. "Halo polisi-"

"Kakak!"

"Ngaku Loli-con! Sebelum gue telpon FBI!"

"Bercanda, sih. Gak ada sinyal Tri disini."

"Kak, adek lo ini, seenggaknya denger dia cerita, kek."

Vidia mengangkat alis, tapi mengangguk. "Kita dengarkan dulu cerita orang ini."

[Name] sembunyi di belakang Vidia, menjulurkan lidah. Ternyata dia menjahiliku. Ah, benang sudah kusut!

Gadis bersurai oranye menatap [Name] khawatir, laki-laki berambut hitam menggeram kesal padaku. Kak Vidia menatapku dengan tatapan yang sama. Kak Alva? Menghilang. Sepertinya sudah kembali tidur.

"Begini. Aku dan [Name] sedang latihan tadi. [Name] terlihat kelelahan, aku sudah menyuruhnya istirahat, namun dia menolak. Kebetulan kita latihan dekat danau, saat mananya habis dia langsung jatuh ke danau!"

Kak Vidia tertawa, lalu tos dengan [Name] yang waktu itu hanya memakai kaus hitam polos dan celana pendek yang basah.

"Kena kamu!"

Aku jadi ingin memakan kakak.

🔮🔮🔮

- [Name]'s POV -

Aku tertawa lepas. "Vidia, ada baju gak?"

"Gak ada."

Aku merengut. Kulihat Lucas menghela napas, melempar hoodie hitam ke wajahku.

"Dingin-dingin kamu menyuruhku memakai hoodie seperti ini?"

Lucas berdiri, lalu menoyor kepalaku. "Udah dibantuin bilang apa?"

Aku mendengus, "Makasih."

"Udah semuanya, ayo tidur."

🔮🔮🔮

"Bajuku gimana, nih?"

"Kalau dikeringin pake angin di luar dari pada kering, kayaknya bajumu bakal beku deh."

Aku dan Emma sedang mendiskusikan bagaimana cara mengeringkan bajuku yang basah.

"Mana bajunya?"

Vidia tiba-tiba datang. Aku menunjuk baju yang kutaruh di atas daun lebar. Vidia menyimpan tangannya di atas baju basah tadi, keriut-keriut airnya hilang.

"Woah, Vidia tanganmu bisa dijadikan setrika?"

"Itu sihir?"

Vidia tampak tidak menggubris perkataanku dan tersenyum pada Emma. "Iya, tertarik? Lihat ini,"

Vidia mengangkat telapak tangannya, mengeluarkan air dari sana dan air itu menjadi bunga salju.

"Cantik,"

Vidia tersenyum.

"Vid,"

Alva datang menepuk pundak Vidia. Vidia mengangguk, lalu tersenyum padaku. "Jaga diri, sampai nanti."

"Lho? Mau kemana?"

"Tugas."

Aku mengangguk paham. "Mau ke sini lagi kapan?"

(END) 𝘓𝘦𝘴𝘴 𝘛𝘩𝘢𝘯 𝘕𝘰𝘵𝘩𝘪𝘯𝘨 | TPN [Reader Insert] -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang