Appetizer

21 8 6
                                    

Ketegangan menyelubungi setiap sisi arena laga yang sudah tidak berbentuk lagi, banyak bangunan roboh dan mayat yang tergeletak di mana-mana, tapi semua itu sama sekali tidak menciutkan nyali Wayan dan rekan-rekannya. Justru semangat juang untuk menang semakin berkobar di dalam hati.

Bagi mereka, kematian tidaklah patut untuk ditangisi, karena tidak ada waktu untuk itu sebelum kemenangan teraih. Tapi, perang ini sudah berlangsung cukup lama dan seperti tidak ada ujungnya, karena kedua belah pihak sama-sama kuat rupanya.

Satu ... satu saja gebrakan terakhir dari lawan sudah bisa memberikan kekalahan telak, prajurit bawahan tersisa hanya bisa dihitung dengan jari. Untuk itu, tanpa membuang-buang waktu, Wayan mengambil keputusan cepat setelah mengamati lingkungan sekitarnya, ia menatap sang pemanah---rekan di timnya yang masih hidup selain prajurit bawahannya.

"Kita tidak bisa bertahan terus seperti ini, gue akan maju hadapi satu lawan yang di dekat jalan sana. Lu jaga belakang, ini kesempatan terakhir." Setelah mendapat anggukan rekannya, ia kembali menatap ke depan.

Baju zirah yang sudah terdapat banyak goresan pedang harusnya masih bisa melindungi tubuh Wayan sedikit lebih lama lagi. Tangannya bergetar hebat, tapi genggaman pedangnya masih kuat.

Wayan berlari mendekati lawan yang sedang bertarung dengan beberapa prajuritnya, tidak ada rasa gentar di pandangan matanya.

Traang!

Benar saja, lawannya mungkin sudah terlalu lelah karena dia tidak fokus menangkis tebasan pedang darinya.

Traang!

Traang! Traang!

Bugh!

Dengan sisa tenaga, ia membanting petarung berbadan besar itu ke belakang dengan kuat. Senyum lega terukir di bibir, satu lagi sudah tumbang. Tanpa menunggu waktu lebih lama sebelum lawannya terbangun kembali, Wayan maju dengan 2 prajurit tersisa, meruntuhkan tower lawan dengan penuh ambisi hingga kemenangan berhasil diraihnya.

"Victory!"*

"ANJIIIRR! Comeback* 35 poin, mimpi apa gue semalam? Bhuahahaaaa!" tawa keras menggelegar di lahan kosong belakang toilet murid.

Bagi sebagian besar orang, tak terkecuali anak-anak SMP itu, umpatan 'anjir' memang terbukti ampuh bisa mewakili situasi senang, sedih, bahkan saat sedang bingung sekalipun.

"Halah, jaga di base* doang, diem lu panci! Gue yang menangin pertandingan, tank* kita juga yang paling banyak bantu."

"Eh eh, yang mati 15 kali tidak berhak sombong."

Tangan Wayan sudah terangkat siap menggampar muka Panji yang sengaja meledek, tapi dihentikan oleh tangan lain yang entah kapan datangnya.

Semua mata tertuju pada perempuan berambut hitam panjang yang menatap Wayan dengan sorot mata tak bersahabat. Dia Bela Duck, itu panggilan sayang dari Panji, nama panjangnya tidak ada yang ingat karena sulit.

Wayan melepas tangan Bela dengan kasar. "Pan, pacar lu kenapa?"

"Psst, d-dua wanita yang saling mem-menatap tajam itu b-bahaya, p-pergi, yuk!" Komar berbisik pada Baskoro di sampingnya dan menarik tangannya untuk mengajak pergi dari sana, tapi teriakan Bela menghentikan langkah mereka.

"Diam semua!" Tatapan Bela pindah ke Panji yang duduk santai bersandar di tembok belakang toilet dengan permen loli di mulutnya. "Bolos lagi? Kau tidak tahu kalau poin negatifmu di BK sudah memenuhi buku? Teman-temanmu ini sesat semua emang!"

"Sssttt." Panji bangun dari duduknya sambil mengeluarkan permen dari mulut lalu menatap Bela dengan tatapan perhatian yang membuat Wayan dan kedua temannya memasang ekspresi muntah. "Lu itu anak populer di sekolah, masuk kelas gih, daripada ikut dapat poin negatif, nanti nangis."

"Panji!"

Bau pesing toilet dan penampungan sampah yang berada tak jauh dari sana, ditambah amukan Bela, adalah hal yang ... percayalah, tidak ada yang mau membayangkannya.

"Apa? Lu pikir dunia gue hanya lu doang? Nggak lah anjir, bentar." Panji membuka ponselnya lalu menampakkan gambar hero Miya. "Kenalin, pacar baru gue, habis dapat maniac* berkat dia."

Dengan wajah kesal, Bela berjalan kembali ke kelas dengan hentakan kaki yang kuat. Sementara di belakangnya, 4 orang tertawa keras, tidak sadar bahwa tawa mereka sudah membuat seorang guru datang dan berkacak pinggang dengan raut wajah garang.

PseuCom

Kayaknya mesti tag.

Victory=Menang pertandingan di ML.
Comeback=Menang setelah kalah sekian poin di ML.
Base= Rumah yang terdapat tower utama di ML.
Tank= Hero pertahanan, maju garis depan.
Maniac= Dapat poin kill 4 kali berturut-turut.

BengalOù les histoires vivent. Découvrez maintenant