Bab 15

4.5K 318 15
                                    

Adam memeluk Jasmin dalam tidurnya. Malam yang buruk karena mimpinya pun berlalu. Jamin bisa tidur dengan nyenyak hingga pagi menjelang. Jasmin terbangun pukul enam pagi. Dia menggeliat dan menatap wajah adma yang berada di sampingnya. Wajah tampan tanpa cela sedang memeluknya erat. Jasmin tersenyum, ada rasa bahagia menyelinap masuk dalam dirinya. Sebelum akhirnya dia menyadari sesuatu yang aneh. Ada yang aneh pagi itu, Jasmin melihat tubuhnya dibalik selimut dan betapa kaget nya dia.

“Apa yang sudah kami lakukan?” Tanya Jasmin dengan suara tercekat. Seperti banyak duri berkeliaran di tenggorokannya. Dia yang bangun dengan tanpa sehelai benang pun melekat pada tubuhnya. 

“Jangan-jangan,” ucapnya terbata. 

“Kamu sudah bangun?” Tanya sebuah suara dengan serak khas bangun tidur. Adam belum menyadari reaksi Jasmin yang sedang menatapnya dengan horor sekaligus malu. 

“Adam, apa kita lakukan? Kau! Apa kau melakukan sesuatu kepadaku?” 

“Sesuatu? Ah, kita tidur bersama.” Kekehnya dengan bahagia.

“Adam! Aku sedang serius, apa yang kau lakukan padaku? Atau apa aku melakukan sesuatu padamu?” tanya Jasmin kebingungan dengan apa yang sedang dia hadapi saat ini. 

“Apa maksudmu? Tanya Adam bingung karena sebenarnya dia juga sedang dalam keadaan bingung. 

“Sudahlah, aku akan mandi duluan dan kita akan segera kembali.” Tegas Jasmin. Dia melihat bajunya tergeletak tidak jauh darinya. Dia meraihnya dan meminta Adam untuk mengalihkan pandangan darinya. Adam pun menyadari sesuatu.
“Jasmin, kenapa bajumu ada di sana? Apa kamu kepanasan tadi malam?” lalu dia teringat dengan ucapan Jasmin barusan yang membahas apa yang sudah dia lakukan padanya. Adam syok dan menatap tubuhnya juga yang sama dengan Jasmin.

“Jasmin! A ... aku tidak tahu apa yang terjadi pada kita, tapi aku akan mempertanggungjawabkan semuanya.” 

“Sudahlah, tidak perlu dihiraukan, aku yakin itu hanya sebuah kesalahan. Belum tentu juga kita melakukannya.” 

“Bagaimana kalau kita benar-benar melakukannya?” Tanya Adam, lalu dia tersenyum melihat ke arah Jasmin yang sedang memakai celananya dibalik selimut. “Jasmin, apa kamu mau menikah denganku?” tanyanya dengan senang. 

“Tidak! Aku masih betah jomlo. Aku akan memakai kamar mandi terlebih dahulu. Lagi pula kita sama-sama tidak ingat kejadiannya, bisa saja kesalahan itu terletak padaku. Mungkin tadi malam aku menggodamu.” 

“Aku juga pasti salah, apa pun yang terjadi aku akan tanggung jawab.” 

“Tidak perlu, aku tidak akan memintamu bertanggung jawab dan menyusahkanmu. Kau fokus saja pada Peony dan kesembuhannya.” Tegasnya dan berlalu ke kamar mandi. 

“Padahal aku sangat ingin bertanggung jawab, kenapa setelah seperti ini dia tetap menolakku? Apa sesakit itu hatimu yang pernah kupatahkan?” Tanya Adam lesu dan kembali melihat tubuhnya. Dia mencari jejak sesuatu yang mungkin saja tertinggal di seprei yang di tempat Jasmin. 

“Aneh, seharusnya ada sesuatu di sini.” 

Di dalam kamar mandi Jasmin tidak merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada daerah sensitifnya. Dia yakin mereka tidak melakukan apa pun malam itu. Mungkin mereka hanya sampai buka baju saja tanpa melakukan yang lainnya. Jasmin beralih melepas pakaiannya untuk mandi. Di dalam kaca dia bisa melihat banyak kiss mark  di dada dan area lehernya. Jasmin tersentak kaget dan malu dalam seketika. 

“Kenapa juga aku membiarkannya melakukannya, aku pasti sudah gila.” Decaknya sambil meneliti bekas tersebut yang begitu banyak apalagi di area dadanya. 

Jasmin menghela napas dan berharap tidak akan ad ayang menyadari bekas tersebut di lehernya. Dia segera membersihkan tubuhnya lalu memakai kembali pakaiannya dan berllau ke luar. Di ranjang, Adam menatapnya dengan wajah penuh tanya tapi diabaikan olehnya. Entah kenapa wajah Adam yang baru bangun tidur terlihat begitu seksi di matanya. Jasmin yakin dia sedang gila saat ini. Tapi memang tidak bisa dia pungkiri jika Adam memang sangat tampan, seksi dan menggoda. Apa itu alasannya menggoda Adam tadi malam? Bisa saja begitu.

Jasmin membuang jauh tatapannya karena kesal pada dirinya sendiri.  

“Jasmin!” panggil Adam dengan serius.

“Iya, kenapa?”]

“Apa terjadi sesuatu pada dirimu?” tanyanya. 

“N ... nggak, aku baik-baik aja.” Jasmin menjawab dengan gugup. 

Adam menatap lekat wajah Jasmin sebelum akhirnya dia terpaku pada sebuah tanda di leher Jasmin. Dia kembali menatap Jasmin dengan senyuman. “Apa kamu benar-benar baik-baik saja?”

“Tentu, Memangnya kenapa aku harus tidak baik-baik aja.” Dengkusnya kesal. 

“Apa tidak masalah ada tanda itu di lehermu?” goda Adam yang langsung membuat Jasmin menutupi lehernya dan menatap garang ke arah Adam yang tertawa senang. 

“Mandi sana, kalau kau lama akan kutinggalkan!” Ancamnya dan menutupi wajahnya yang sangat malu. 

“Baiklah tunggu aku ya dokter cantik.” 

Jasmin hanya mengibaskan tangannya. “Ahhh semua ini membuatku frustrasi.”

Lima belas menit kemudian Adam sudah selesai mandi. Penampilannya lagi-lagi membuat Jasmin gagal fokus. Rambut yang terlihat acak-acakan terlihat begitu seksi di mata Jasmin. Dia sampai harus memukul kepalanya karena terus memikirkan Adam sejak tadi. Apa sekarang dia mulai mesum. Tidak, dia tidak boleh sampai berperilaku mesum begitu. Jasmin menguatkan dirinya sendiri agar tidak memikirkan Adam lagi. Jasmin sontak kaget dan teringat sesuatu, dia segera mengecek ponselnya yang dalam mode diam. Ada banyak panggilan masuk.

“Ayo!” ajak Adam.

Jasmin menganguk, mereka keluar dari sana dan menyerahkan kunci penginapan pada pemiliknya. mereka langsung pergi dari sana. Di dalam perjalanan Jasmin memanggil ibunya karena sudah membuatnya khawatir. Sedangkan Adam fokus menyetir Sampai-sampai tidak mengetahui jika Jasmin sedang menelpon. 

“Jasmin, soal semalam, aku benar-benar akan bertanggung jawab.” Adam mengatakannya tanpa mengalihkan pandangannya. 

“Jasmin, apa kamu sedang bersama seorang pria?” Tanya ibunya yang terdengar sangat antusias. 

“Mama salah dengar kali, Jasmin sedang sendirian, kok.” 

“Jasmin, gimana?” Tanya Adam yang berhasil mendapat sebuah cubitan dari Jasmin.

“Awwww, sakit tahu.” 

“Jasmin! Mama tidak sedang salah dengar, pokoknya kamu jangan pulang dulu ke rumah, habiskan saja waktumu sama pria itu. Apa dia calon suamimu? Kenalan sama Mama nanti. Papa pasti senang mendengarnya.”

“Mama, jangan beritahu Papa, ini tidak seperti yang Mama duga, Jasmin tidak sedang pacaran.” Sanggahnya. 

“Memangnya kenapa? Papa juga harus tahu akan hal ini, nah itu Papa. Sayang! Kemari dulu.”

“Apa Jasmin sudah ada kabar?” Tanya sang ayah dari balik telpon. Nada khawatir jelas terdengar di sana.

“Justru itu Mama manggil Papa kemari. Ini Jasmin lagi telponan sama Mama dan Papa tahu nggak? Anak kita sudah punya kekasih. Mama tadi dengar dia sedang bersama seorang pria.” 

“Benarkah? Ayo kita lakukan panggilan video.”

“Papa, ini tidak seperti yang kalian bayangkan. Dia bukan kekasih Jasmin.”

“Lalu apa tadi, dia bilang mau bertanggung jawab,” ucap ibunya dan baru menyadari sesuatu. “Jasmin, apa yang dia lakukan padamu sampai harus bertanggung jawab. Apa?” 

“Apa? Tanggung jawab?” ayahnya ikut-ikutan penasaran.

Jasmin tercekat mendengar pertanyaan ibunya. Keadaan semakin rumit karena kedua orang tuanya yang salah paham. Andai mereka tahu pria yang sedang bersamanya Adam, apa mereka masih bahagia mendengarnya. Dia melihat Adam yang juga melihatnya. 

“Ma, Pa, sebenarnya aku ...”

-------

Jangan lupa like dan komen ya gais biar aku makin semangka nulisnya eakkkk. Maaciw 😘😘😘😘

Dokter Cantik Kesayangan Duda (PHL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang