Bab 21

2.3K 195 20
                                    

Wajah Adam seketika melongo. Ia tampak mengorek kupingnya sejenak dan kembali menatap putrinya. Tatapannya bergantian pada Jasmin yang kini sedang salah tingkah. Gadis itu terlihat memegang tengkuknya dan menatap ke segala arah.

"Sayang, bisa kamu ulangi? Papa kayaknya salah dengar."

"Peony mau beli Mama. Papa bilang akan mengabulkan apa pun yang Peony minta kan?" tuntutnya.

Sontak Adam merasa seperti sedang menelan durian bulat-bulat. Sedangkan Jasmin yang sejak tadi menatap ke segala arah, tanpa sengaja menatap Adam yang sontak membuat keduanya saling menatap satu sama lain. Hal itu dilihat oleh Peony dan gadis kecil itu snagat bahagia.

"Em, Pak Adam saya permisi sebentar. Sepertinya saya melupakan pasien yang di sebelah." Pamit Jasmin dengan kikuk.

Belum sempat dia melangkah, Poeny sudah lebih dulu membuatnya tidak berkutik.
"Kata suster Ana, pasien di sebelah baru saja pulang Dokter Jasmin."

"Eh, iyakah?" tanyanya dan memutar matanya sejenak untuk menghilangkan rasa gugup yang mulai menerornya.

Adam yang merasa tidak bisa lagi mengelek dari putrinya pun. Seketika mendekati Jasmin dan mengajaknya berbicara empat mata. Ia juga tidak mau membuat dokter tersebut merasa tidak nyaman karena permintaan putrinya yang tidak masuk akal.

"Dokter, saya ingin berbicara empat mata."

Jasmin menganguk dan menatap Peony sebentar sebelum berlalu dari sana menuju sudut ruangan paling sudut dari lorong tersebut. Sehingga tidak akan ada yang melihat mereka berbicara serius. Jika sampai ketahuan, Jasmin bisa mati kikuk. Jangan smapai ada yang mengadu kepada ibunya mengenai hal ini. Berbicara tentang ibunya, Jasmin merasa sudah lama tidak bermanja dengan wanita itu.

"Dokter Jasmin," ucap Adam.

"I-iya."

"Saya tidak mau membuat kamu tidak nyaman dalam merawat putri saya. Untuk itu, saya ingin memperjelasnya. Apakah Dokter Jasmin mau menjadi ibu dari putri saya?"

"Eh," ucap Jasmin spontan. Ia tidak tahu kalau Adam langsung kepada intinya.

"Apa dokter memiliki syarat tertentu?" tanya Adam yang membuat dahi Jasmin mengerut sempurna.

"Syarat?" tanyanya bingung.

"Iya, apa kamu memilikinya? Jika ia saya akan mengabulkannya asal kamu mau mengabulkan permintaan putri saya."

"Bisa saya bernapas sebentar."

Adam tersenyum kecil dan menganguk pelan. Ia memperhatikan Jasmin yang menarik napasnya dalam-dalam. Sesekali ekspresinya tampak lucu di mata Adam. Jika diperhatikan dengan saksama, Jasmin jauh dari kata cantik. Hanya saja jika sifatnya yang suka membangkang keluar, habis sudah image nya sebagai dokter yang cantik dan baik hati. Mungkin karena dua hal itulah, membuat Peony memilihnya menjadi sosok pengganti sang ibu yang sudah lama meninggal dunia.

"Begini Pak Adam, jika kita nantinya menikah, apa Pak Adam bisa mencintai saya? Saya ini sudah lama jadi korban teror."

"Teror? Siapa yang menerormu? Kenapa tidak dilaporkan saja ke polisi?" tanya Adam heran sekaligus khawatir.

"Pak Adam mau saya jadi anak durhaka. Lagi pula yang meneror itu ibu saya."

"Ah, saya mengerti sekarang."

"Terima kasih karena sudah mengerti."

------

Saya juga diteror Dokter Jasmin. Kita senasib huhuhuhu. Oh Mas Duda, di mana kini kau berada. 🤣🤣🤣🤣

Dokter Cantik Kesayangan Duda (PHL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang