35. After: Baby Blues - Crazy Girl

662 46 2
                                    

Sekarang di sini Crystal berada, dirinya benar-benar gila dan masih tidak menyangka mampu pergi ke Turki hanya demi kebab, sendirian, tanpa siapa pun termasuk Austin. Karena pria itu saja tidak mau menuruti keinginannya. Sibuk, mencari uang sampai lupa dengan kebahagiaan dirinya sendiri. Kadang, Crystal sebal dengan Austin yang seperti itu. Padahal membahagiakan diri sendiri juga penting. Tapi Austin selalu saja abai.

Crystal mengajak Austin pun tidak tanpa alasan. Selain memang karena Crystal ingin kebab langsung dari asalnya, ia ingin Austin sejenak saja melupakan pekerjaan dan fokus pada dirinya sendiri.

"Woah, aku tidak menyangka. Ini sangat gila." Crystal bergumam, menatap sekeliling bandara yang ramai. Ia mengeluarkan ponselnya, lalu mulai mencari penginapan yang tidak jauh dari bandara. Setelah menemukannya, Crystal langsung membokingnya tanpa berpikir lama. Mencari taxi, lalu meminta untuk mengantarkan ke hotel yang akan menjadi tempatnya beristirahat selama satu minggu di sini.

Sedangkan di belahan negara lain, Austin menatap sepucuk surat yang berada di pegangannya dengan tidak percaya. Austin baru saja membaca, surat yang ternyata dari Crystal. Istrinya itu sedang on the way akan ke Turki. Sendiri. Tidak ada yang menemani dan Austin, hanya bisa diam membeku saking terkejutnya. Bingung harus melakukan apa. Tiba-tiba saja, otaknya berhenti bekerja. Ini benar-benar gila, Crystal-Istrinya itu.

"Crys ... kenapa kau sangat nekat," gumam Austin. Sekarang, Austin berniat pergi ke mansion orang tuanya untuk memberitahukan tentang Crystal yang pergi ke Turki.

"Apa benar Crystal sedang berada di Turki?" Suara Izzy terdengar, menyapa indra pendengaran Austin yang sedang berbincang gelisah dengan Xander.

Austin dan Xander serempak menoleh, mengangguk bersamaan menjawab pertanyaan Izzy. Mendengar itu, Izzy langsung terduduk di sofa, memijit pelipisnya. "Astaga, Crys," gumamnya tidak menyangka.

"Sekarang, di mana dia? Apa kalian sudah menemukan posisi pasti di bagian mana Crystal berada?" tanya Izzy. “Putriku sedang sendiri di negara orang dengan perutnya yang besar."

Austin mengangguk, menenangkan Izzy. "Tenanglah, Mom. Aku sudah menemukan keberadaan Crystal dan di mana dia menginap. Setelah ini aku akan ke Turki."

"Aku ikut," ujar Izzy dan langsung dibalas gelengan oleh Xander.

"Kau tetap di sini bersamaku. Biarkan Austin sendiri yang pergi, lagipula dia sudah besar. Tidak perlu lagi kita mengawasi," balas Xander menjelaskan. Membuat Izzy berdecak. "Ck, X aku juga ingin berlibur."

"Ya kita akan berlibur, tapi tidak di Turki."

"Kau bohong," ujar Izzy menanggapi dengan malas.

"Tidak, apa aku pernah bohong padamu?" Xander menaikkan sebelah alisnya, bertanya.

"Lalu mana buktinya?" tanya Izzy menantang.

"Ah, kau perlu bukti, sayang?" Xander merogok saku jasnya, lalu mengeluarkan dua tiket penerbangan ke Indonesia. Pria itu menaikkan sebelah alisnya. "Kau suka?"

Izzy tersenyum lebar, mengangguk bersemangat. "Sangat menyukainya!"

Austin yang melihat interaksi kedua orang tuanya, terkekeh geli. Astaga bahkan Daddynya itu sudah berumur. Batinnya. "Dad, Mom, aku akan ke bandara sekarang. Aku pamit," kata Austin.

"Hati-hati. Jika sudah bertemu Crystal, tolong kabari Mommy." Izzy menatap Austin, mempercayakan pada putranya.

Austin mengangguk, mengacungkan jempolnya. "Tentu, Mom."

Istanbul, Turki.

Perjalanan udara dari Amerika ke Turki memakan waktu sekitar 11 jam-an. Dan sekarang, Austin langsung pergi ke tempat penginapan Crystal. Tadi, sebelum kemari juga Austin sudah menanyakan pada pihak hotel, apakah ada warga asing bernama Crystal Winter Oberoi yang menginap di sana, dan benar. Istrinya berada di sana, dan baru kembali dari jalan-jalannya sekitar pukul 09.00 malam.

Begitu sampi di hotel, Austin langsung disambut oleh satu karyawan yang memang telah diutus sebelumnya. "Ini, Tuan, id card untuk kamar 69. Dan mari Saya antar," ujarnya dengan sopan.

Sesampainya di sana dan sepeninggalan si karyawan, Austin mulai membuka pintu kamar hotel dengan perlahan di mana Crystal berada. Ruangan terlihat gelap, hanya lampu tidur yang dibiarkan menyala. Austin melirik ke arah ranjang, di sana Crystal terlihat sudah terlelap. Sepertinya memang istrinya itu sangat lelah.

Meletakkan kopernya di ujung dekat lemari, Austin berniat untuk membersihakan diri terlebih dulu sebelum bergabung di ranjang. Tidak membutuhkan waktu yang lama, Austin membersihkan diri, setelah selesai dengan perlahan pria itu naik ke atas ranjang. Lalu menarik tubuh istrinya untuk dibawa ke pelukan.

Crystal terlihat melenguh, merasa tidurnya terusik. Crystal menggeliat, sedangkan Austin memberikan kecupan-kecupan hangat pada leher telanjang Crystal. Tangan kanannya menyusup di balik piyama wanita itu, dari dalam Austin mengusap perut Crystal yang besar lalu bergerak naik dan menangkup sesuatu di sana.

Crystal mengerang saat Austin melancarkan aksinya, apalagi posisi wanita itu yang membelakangi Austin. Desahan lolos begitu saja dari mulut cantik Crystal membuat Austin tersenyum senang. "Wake up, baby," gumamnya dengan tepat di telinga Crystal, membuat gadis itu bergerak menjauh karena geli.

Merasa terganggu, Crystal membuka matanya, dan aroma khas yang sangat dihafal membuat Crystal diam sejenak. Tidak mungkin jika Austin berada di sini, kan? Batin Crystal bertanya. Untuk memastikan, Crystal perlahan membalikkan badan, dan benar saja, mata mereka bertemu dan terpaku begitu lama.

"K-kau, kapan kau datang?" tanya Crystal yang tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya.

Austin menangkup wajah Crystal, tersenyum hangat. "Baru saja datang. Kau kenapa nekat sekali, hm?"

Crystal mengerjap, merasa masih sedikit tidak percaya dengan kehadiran Austin, suaminya itu. "A-aku ....."

Belum selesai Crystal menyelesaikan kalimatnya, Austin dengan cepat langsung menarik rahang Crystal, menyatukan bibir mereka dan aksi panas pun terjadi begitu saja.

Before After: Marriage ✔ [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang