15. Before: Sinner - Meet Again

1.9K 142 6
                                    

"Pertemuan kedua: ketidaksengajaan atau sebuah takdir?"

-Sinner-

🍑🍑🍑

"Baby, kau lama sekali."

"Maaf, karena aku harus menjemput Crystal terlebih dahulu."

Crystal membuka matanya, lalu kepalanya menoleh ke kiri. Di sana ada Lauren, tunangan kakaknya itu sedang berdiri di luar mobil. Ia dapat melihat Austin membuka pintunya untuk menemui tunangannya dan berbincang sebentar. "Crys, bisakah kau pindah ke belakang?" tanya Lauren tersenyum manis. Austin terlihat sedikit terkejut, sedangkan Crystal menatap wanita itu datar. Tanpa membalas kalimat Lauren, Crystal membuka pintunya dan pindah ke belakang.

Setelah Austin dan Lauren masuk, barulah pria itu melajukan mobilnya kembali dengan kecepatan rata-rata. "Baby, aku lapar bisakah kita mampir untuk makan siang?" tanya Lauren dengan manja, wanita itu bergelanyut di lengan Austin membuat Crystal yang melihatnya jengah, memutar bola matanya.

Sekarang ia menyesal karena mengikuti perintah Lauren untuk pindah ke belakang. Batinnya kesal.

"Bisakah kita langsung pulang? Aku tidak ingin mampir-mampir," ujar Crystal datar.

Lauren menoleh ke belakang, menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa. Kita akan mampir ke restoran terlebih dahulu."

"Hentikan mobilnya. Aku akan pulang naik taxi," ujar Crystal pada Austin.

"Tidak, kau tetap di sini." Austin membalas, melirik Crystal sekilas dari kaca spion.

"Aish, sialan!" umpat Crystal kesal yang masih bisa didengar oleh Austin dan Lauren. "Bisakah kalian makan sendiri, aku tidak ingin ikut. Kenapa memaksa sekali." Lanjutnya kesal.

"Dan kau, jika lapar makan saja sendiri. Tidak perlu menyusahkan!" Crystal menatap Lauren tajam membuat wanita itu kesal dengan wajah memerah.

"Baby lebih baik turunkan dia, berisik sekali. Lagipula dia ingin pulang naik taxi." Lauren menatap Austin dengan puppy eyesnya lalu melirik sinis ke arah Crystal.

"Ugh, menjijikkan," sindir Crystal bergidik ngeri. Dirinya memang sudah tidak bisa jika harus bersikap lemah lembut dan pendiam. Lauren bukan wanita yang harus dihadapi dengan sikap baik, justru sebaliknya. Crystal harus bar-bar jika dengan Lauren.

"Kita akan ke restoran terlebih dulu, sebelum mengantarmu pulang, Crys." Putus Austin final membuat Lauren bersorak, sedangkan Crystal sudah menekuk wajahnya kesal dan malas semua bercampur menjadi satu.

Mereka sampai di salah satu restoran bergaya klasik, keadaan restoran tidak terlalu ramai pengunjung. Karena ini adalah hari biasa, lagipula masih siang. Orang-orang juga masih sibuk bekerja atau mengerjakan aktivitas lainnya. Austin berjalan beriringan dengan Lauren yang memeluk lengan pria itu. Sedangkan Crystal berjalan malas di belakang keduanya. Benar-benar membosankan.

Baru saja kakinya menginjakkan lantai restoran, matanya tidak sengaja menangkap sosok yang sangat dikenalnya. "Calvin!" teriak Crystal tersenyum lebar membuat Austin, Lauren dan beberapa pengunjung yang hadir menatap ke arahnya. Crystal tidak memperdulikan itu, karena matanya fokus pada pria berpakaian formal yang sedang berbincang dengan beberapa pegawai restoran.

Pria yang dipanggil Calvin itu menoleh, tersenyum lebar ketika melihat siapa yang memanggilnya. "Crys!" balasnya berteriak, melambaikan tangannya.

Calvin terlihat berbincang sebentar pada pegawai restoran, sebelum akhirnya melangkahkan kaki menghampiri Crystal. "Hey, bagaimana kabarmu?" tanyanya.

Crystal tersenyum. "Seperti yang kau lihat. Aku baik."

Bahkan Crystal melupakan jika ia datang kemari dengan Austin dan Lauren. "Kau kemari dengan siapa?" tanya Calvin.

"Ah aku hampir lupa, aku kemari bersama kakak dan tunangannya," balas Crystal menunjuk Austin dan Lauren yang berdiri tidak jauh dari Crystal. Melihat interaksi antara dirinya dan Calvin.

"Lalu kau sendiri?" tanya Crystal menaikkan sebelah alisnya.

"Ya, aku sedang melihat keadaan restoran," balas Calvin.

"Kau pemilik restoran ini?" tanya Crystal menebak.

Calvin menggeleng. "Lebih tepatnya anak pemilik restoran ini."

Crystal menatap takjub. "Woah. Itu berarti aku boleh makan gratis di sini," serunya tersenyum lebar membuat Calvin terkekeh geli.

"Dengan senang hati, princess."

"Crys, apa kau masih lama? Lauren sudah lapar," ujar Austin pada Crystal membuatnya menoleh.

"Kau makanlah terlebih dahulu, aku tidak lapar," balas Crystal dan dapat melihat Austin menghela napasnya kasar.

"Kutebak suasana hatimu sedang buruk," ujar Calvin menebak, membuat Crystal mengangguk.

"Tepat sekali."

"Kau mau jalan-jalan? Di lantai paling atas gedung ini, kau akan melihat pemandangan yang sangat cantik."

"Sungguh?" tanya Crystal dengan mata berbinar. "Tapi apakah kau tidak sibuk?"

"Tidak jika untukmu, Crys." Calvin mengedipkan sebelah matanya membuat Crystal tertawa.

"Astaga, perayu." Crystal tertawa. "Ayooo." Lanjutnya berseru.

"Sebentar, aku akan ijin pada kakakmu terlebih dulu," ujar Calvin membuat Crystal menghentikan langkahnya.

Ia menggeleng. "Tidak perlu."

Calvin mengabaikan, menarik tangan Crystal membawanya ke meja di mana Austin dan Lauren berada.

"Permisi," ujar Calvin dengan sopan.

Austin menoleh. "Ya?"

"Mmm, bolehkah aku membawa adikmu berjalan-jalan sebentar?" tanya Calvin sedikit canggung, melirik ke arah Crystal yang diam.

Austin menatap adiknya itu, lalu menatap Calvin bergantian, mengangguk. "Silakan."

Dan jawaban Austin sedikit membuat Crystal terkejut, karena tidak biasanya pria itu mengijinkan dirinya untuk pergi dengan seorang laki-laki. Ah tidak, bukan dengan dirinya saja tetapi dengan semua adik perempuannya. Karena semua pria di mansion memang sangat over protektif.

"Bawa saja dia berjalan-jalan, lagipula aku harus menghabiskan waktu dengan tunanganku. Sangat kasihan jika dia berada di sini." Lanjut Austin lagi tersenyum lembut, membuat Crystal yang mendengar tersenyum masam.

Apa katanya, menghabiskan waktu bersama? Cih. Batin Crystal kesal.





Semarang, 01 Maret 2021

Before After: Marriage ✔ [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang