Dirgantara | Prolog

1K 125 6
                                    

Wanita itu mendudukkan dirinya dikursi, menegapkan punggung dengan penglihatan yang temaram karena minimnya penerangan.

Lalu memulai dialog-nya. "Aku tidak diberi waktu yang cukup untuk berlama-lama, jadi langsung ke inti-nya saja─"

"Eren."

"Aku bertanya-tanya," bibirnya terkatup sebentar.

"Kenapa bisa sampai seperti ini? ... Apa yang melandasi kamu untuk melakukan semua ini?"

"Sekedar ambisi semata?

Keinginan yang mutlak?

Atau mungkin sebuah perasaan?"

Pemuda yang ditanyai itu tidak bereaksi apa-apa, sekedar melirik pada sang wanita dari ekor mata namun masih tetap pada posisinya.

Hanya saja jika diperhatikan lebih seksama lagi...

Maka keputusasaan dan kesedihan lah yang terpantul dari iris-nya yang berwarna hijau kebiruan laksana Samudera yang dalam. Iris kelam yang seolah berteriak bagaimana kejamnya dunia menyiksanya.

Dirasa tidak mendapatkan jawaban, wanita itu hendak bertanya lagi.

"Ingatan pendahulu itu ... ingatan seperti apa yang kamu lihat hingga kamu terlihat sangat putus asa?"

Akhirnya, pemuda itu mengangkat kepalanya yang semula tertunduk, lalu menatap wanita itu dan membalas,

"Buruk, sangat buruk."

Melihat tatapan yang diberikan oleh pemuda itu, wanita itu memutuskan untuk tidak berkata apa-apa lagi.

Tatapan itu mengerikan.

Terlalu mengerikan untuk wanita itu tahu bahwa sang pemuda itu benar-benar hancur secara batin.

Wanita itu paham.

Saking pahamnya ia tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi pemuda didepannya ini.

"Katakan padaku, (Yourname),"

Eren Yaeger, pemuda itu beranjak dari duduknya, berjalan menghampiri si wanita bila andai saja jeruji besi itu tidak menghalanginya.

"Hentikan semua omong kosongmu itu dan jawab aku."

"Apa kau yakin kau bisa memahamiku? Kau pikir aku tidak tahu jika Hange yang mengirimmu?"

"!" Pupil mata gadis itu─ (Yourname) membulat kaget dengan jantung yang sesaat berdetak beruntun.

Usai menormalkan detak jantung dan mengambil napas, ia berkata,

"Kamu tidak salah, Komandan memang mengirimku kesini. Selain itu aku juga ingin memastikan sesuatu."

"Sesuatu?" Pemuda itu menanggap dengan menaikkan sebelah alisnya.

(Yourname) mengangguk.

"Aku ... menemui tuan Zeke Yeager."

"Bertukar beberapa kalimat dialog dengan beliau membuatku kurang lebih sedikit memahami apa yang ingin kalian capai."

Raut wajah seriusnya perlahan berubah menjadi amarah yang tertahan.

"Dan pribadi, menurutku kalian tidak salah sepenuhnya── tetapi, mengorbankan nyawa orang tidak bersalah dan anak-anak yang belum ternodai oleh keruhnya dunia juga tindakan yang tidak bisa dibenarkan."

"Tanah kita akan direngut, dan kita menghadapi semuanya untuk mempertahankan Paradise. Namun jika kamu akan meratakan dunia dengan gemuruh, lantas apa bedanya kita dengan mereka?"

"Kita akan dijajah, dikepung, sementara itu kamu juga sebagai satu-satunya harapan kita juga akan melakukan tindak genosida terhadap dunia. Dimana letak perbedaannya?"

Eren terpaku melihat sang wanita. Tidak lagi mengucap apapun.

Wanita itu kembali membuka mulut, namun sebelum ia berbicara, prajurit penjaga mendatanginya hingga membuatnya kembali mengatupkan mulut.

"Nona Oliver, waktu anda sudah habis."

Wanita itu mengangkat satu tangannya lalu berdiri, "Saya mengerti, tolong izinkan saya mengucap beberapa kalimat lagi."

"Dimengerti, mohon untuk tidak lama."

Si wanita lalu mengangguk, hingga membuat si prajurit penjaga kembali pada tempatnya.

Melangkah menuju pada si pemuda Yaeger itu, ia memegang jeruji besi ruang si pemuda itu ditahan.

"Tapi jika kupikir lagi ..." (Yourname) mengulas senyum,

...senyum yang dapat Eren lihat keteduhan didalamnya. Tangan gadis itu memegang jeruji selagi wajahnya ia dekatkan pada sang pemuda.

"Kamu orang hebat. Berjuang keras, dan berusaha menahan kegilaan dunia."

"Aku memang tidak paham bagaimana menderitanya kamu."

"Benar-benar tidak, Eren."

"Aku memang tidak paham, tapi aku tahu kamu menderita." melepas tangannya, (Yourname) akhirnya berjalan meninggalkan tempat dimana pemuda Yeager itu ditahan.

"Ternyata ... kau sama sekali tidak pernah berubah. Dimana pun, kapan pun."

Wanita itu berhenti seketika mendengar apa yang Eren ucapkan.

"Kamu juga, aku yakin tidak ada yang berubah." (Yourname) membalas.

"Hanya saja, dari aku saja yang mungkin sama sekali belum mengenali kamu." lanjutnya.

"Atau mungkin saja selama ini kita memang benar-benar tidak 'sedekat itu', Tuan Yeager?"

────────────

July, 2022

𝐃𝐈𝐑𝐆𝐀𝐍𝐓𝐀𝐑𝐀─ 𝐞𝐫𝐞𝐧 𝐲𝐞𝐚𝐠𝐞𝐫Where stories live. Discover now