15|Bocor . 2

939 212 41
                                    

Selamat membaca !

"Kok diem?." Brian menatap Alin yang masih terdiam ditempatnya. "Ayo naik!."

Alina menggeleng pelan, dia benar - benar malu sekarang. Setelah dari lapangan sekolah, Brian menurunkan nya diparkiran. Tepat disamping motor sport nya.

Dan sekarang, cowok tersebut sudah berada diatas motor nya. Menunggu Alin naik tentunya.

"T - tapi," ucap Alin sedikit ragu.

Brian menaikan sebelah alis nya, "Tapi?."

Alin menatap wajah Brian sekilas, lalu menunduk. "Nantimotormukotor." ucap Alin cepat, sambil memejamkan mata nya.

"Hah?!."

Alina menggeleng pelan. Demi apapun, dia malu banget sekarang.

"Naik atau ku gendong?."

"Tapi kan-

Brian menghembuskan nafas kasar. "Udah, diem kamu!." Brian turun dari motornya. Lalu mengangkat dagu Alin, saat tubuh mereka berhadapan. Membiarkan mata mereka saling bertemu.

Brian tersenyum tipis, dia mengerti arah ke khawatiran ceweknya. Tapi, dia sama sekali tidak keberatan akan hal itu.

"Sayang, denger ya. Kamu ini cewek nya aku, Brian Abimasta. Sebagai calon ibu dari anak - anak ku, kenapa aku harus masalah sama hal ginian humm?." tanya Brian sambil mengelus pelan pipi Alin.

Blush

Alin segera memutuskan pandangan mereka, menoleh kearah lain. Ternyata Brian paham, tentang apa yang sedang dipikirkan nya. Tapi, bagaimana dia bisa sesantai ini?.

"S - sayang udah, ayo. Cepet pulang!."

Brian terkekeh gemas, lalu mengacak - ngacak rambut Alin. "Pinter." ucapnya.

***

"Rumah mu, kok keliatan sepi?." Alina menggeleng sebagai jawaban, lalu turun dari motor.

"Mama lagi ke luar kali."

Alin merongoh tas nya, mengambil kunci cadangan disana. Lalu membuka pintu rumah nya.

Ceklek

Pintu terbuka, Alina memasuki rumah nya yang terlihat sangat sepi. Brian ikut berjalan disamping nya.

"Kamu tunggu aja disini. Aku ke kamar dulu."

Brian mengangguk paham, lalu mendudukan dirinya disofa empuk. "Jangan lama."

"Sebentar kok." Alina bergegas menaiki tangga, menuju kamar nya. Untuk membersihkan diri.

Setelah berada didalam kamar, Alin menghembuskan nafas panjang. "Fyuhh, Alin dodol! bisa - bisa nya ampe tembus segala." kesal nya. Lalu menarik laci yang berada di samping tempat tidur nya.

Kosong?

"Astagfirullah, kerja lembur bagai kuda."

Alin menatap nanar isi laci tersebut, kosong. Tempat dia menyimpan keperluan bulanan nya habis.

Dia meratapi kesialan nya hari ini, besar - besar sial. Kesalahan apa yang sudah dia lakukan.

"Bentar gimana ya, kalo kebawah lagi. Udah tanggung, tapi-

Alin mengambil ponsel disaku celana olahraga nya, lalu mencari nama kontak yang akan dia hubungi.

CALCULATORWhere stories live. Discover now