BAB 5 🌿

5.2K 217 5
                                    

"Fhelisaaaaaa_____"

"Mampus singa betina marah," gumam Fhelisa dalam hati.

"Ah, bodo amat intinya gua ngga salah."

"Kaburrrrr__"

Banyak siswa-siswi melihat ke arah Fhelisa, dengan tanggapan yang berbeda-beda, tapi Fhelisa bodo amat karena sudah bisa.

"Jadi cewek kok Babar."

"Seenaknya matahin tangan orang, ia pikir pengobatan murah."

"Orang begitu cuma bisa berbuat tanpa tanggung jawab. Liat saja tu buktinya mau kabur."

"Malu-maluin sekolah."

"Mentang-mentang berprestasi jadi seenaknya, di kasih hati minta jantung."

"Apaan guru SMA ngga berani keluarkan tu anak, mau sampai kapan ada korban berjatuhan?"

Itulah tanggapan mereka semua, Fhelisa seakan-akan ngga mendengar apa yang mereka katakan, ia terus melangkah tanpa rasa bersalah.

"Sini, ikut gua!" Kata orang tiba-tiba sambil menyeret paksa tangan Fhelisa.

____

Usai sudah drama di meja makan, Leo harap ngga ada lagi drama-drama yang Arvin ciptakan.

"Ayo kita berangkat," ajak Leo yang dapat anggukan kepala dari keduanya.

Hari ini Leo akan mengantar Delisa dan Arvin ke SMA yang akan di tempati untuk 2 tahun ke depan.

Kalian pasti penasaran kenapa Arvin pindah sekolah? Sudah pasti Arvin selalu dibully oleh teman-temannya karena anak Mami dan lebay.

Arvin masih setia memeluk tangan Delisa, sedangkan Leo bodo amat dengan semua itu, ia lebih dulu ke mobil.

"Mami," panggil Arvin dengan manja.

"Iya sayang," jawab Delisa dengan lembut.

"Arvin mau duduk di pangkuan Mami," pinta Arvin dengan wajah seperti anak kecil yang minta permen.

"Apa?" Kaget Delisa seketika.

Kenapa semakin kesini Arvin semakin manja? Bukannya berubah ini malah semakin jadi. Delisa harus apa sekarang?

Padahal berapa menit lalu Arvin janji mau berubah, tapi sekarang manja lagi, bahkan manjanya sudah kelewatan batas, apa ia ngga berpikir kalo bandanya basar, tentu saja berat. Delisa ngga akan kuat memangku Arvin.

"Arvin mau duduk di pangkuan Mami." Ulang Arvin lagi.

"No, sayang."

"Kenapa ngga Mi? Mami ngga sayang sama Arvin?"

"Kamu sudah besar, apa kamu ngga malu dengan anak SD yang duduk sendirian di belakang, masa anak Mami kalah."

"Arvin ngga peduli Mi. Intinya Arvin duduk di pangkuan Mami!"

"No, sayang."

"Kenapa ngga boleh Mi? Kan Arvin ringan, ngga mungkin Mami capek," katanya dengan polos.

Dasar ngga sadar diri.

"Sayang, kamu sudah besar ngga pantas duduk di pangkuan Mami. Apa kamu mau Papi marah-marah lagi?"

"Ngga papa Papi marah, asalkan Arvin duduk di pangkuan Mami."

"Sayang ngga boleh gitu."

"Tapi Arvin mau duduk di pangkuan Mami, sekali ini saja," pinta Arvin dengan memohon.

"No, sayang. Ayo kita ke mobil sekarang!" Tegas Delisa sambil menarik paksa tangan Arvin, tapi yang ditarik ngga bergerak sedikitpun.

"Arvin ngga akan gerak sebelum Mami bilang iya. Apa susahnya Mi, kan Arvin cuma minta pangku saja ngga minta pesawat keluaran terbaru."

"Ya Allah, kuatkan hamba mengahadami anak manja ini," gumam Delisa memohon pertolongan dengan Maha Pencipta.

"Sayang kamu sudah besar, ngga boleh dipangku sama Mami, nanti apa kata teman barumu? Kamu mau dibully sama mereka lagi?"

"Arvin ngga peduli Mami. Intinya Arvin dipangku sama Mami!" Tegas Arvin ngga mau mengubah keinginannya.

"Sayang nanti kalo teman-teman baru kamu liat bagaimana? Mami ngga mau anak Mami disakitin lagi. Mami mau kamu sekolah dengan tenang," kata Delisa ngga menyerah memberikan Arvin pengertian.

"Mami, Arvin bisa jaga diri. Kan Arvin sudah besar."

Iya sih sudah besar, tapi manja banget. Jaga diri bagaimana dicubit saja nangis.

"No, Mami ngga percaya sama kamu. Sekarang ayo masuk mobil, duduk dibelakang!"

"Arvin ngga mau Mami!"

"Sayang, ayo nanti kita terlambat," ajak Delisa sambil menarik tangan Arvin dengan paksa.

"Arvin ngga mau Mami. Arvin mau duduk di pangkuan Mami!"

"Terserah kalo kamu ngga mau, Mami tinggal!" Ancam Delisa yang sudah kehabisan akal.

"Mami jahat," ucap Arvin mulai meneteskan air mata.





Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Where stories live. Discover now