BAB 36🌿

1.3K 67 3
                                    

Awan mendung mengganti awan cerah di pagi hari. Angin yang sejuk dan suara petir yang nyaring membuat suasana semakin gelap pertanda hujan akan turun.

Cowok tampan masih setia dibalik selimunya, perihal Arvin yang pisang kemarin membuatnya izin ke sekolah hari ini. Padahal Arvin baik-baik saja tapi Arvin memaksa Delisa untuk mengizinkannya hari ini dengan alasan pengen istirahat padahal baru dua hari masuk sekolah.

Angin sejuk membuat Arvin semakin nyenyak ke alam mimpi.

Tok tok tok.

"Sayang bangun. Ayo sarapan!" Teriak Delisa dari luar. Sebenarnya jam lima subuh Arvin sudah bangun memberi tahu Delisa tetang izin setelah itu Arvin kembali ke alam mimpi, ngga lupa sholat terlebih dahulu.

Ngga ada jawab dari dalam. Ini yang Delisa benci dari Arvin susah dibangunkan, bukannya hari libur semangat Arvin malah bermalas-malasan ingat bukan hari libur besar tapi Arvin libur sendirian.

"Sayang bangun!" Teriak Delisa kesekian kalinya, kesihan Leo yang mau berangkat ke kantor tapi tertunda gara-gara Arvin yang susah dibangunkan. Leo selalu menerapkan selalu sarapan bersama maka itu mereka ngga mau makan duluan.

"Sayang bangun, kesihan papi telat ke kantornya!" Teriak Delisa yang mulai kesal.

"Hm," deheman dari dalam bukannya bangun Arvin semakin menarik selimut tebalnya.

"Ayo sayang bangun. Buka pintunya!" Gedoran Delisa semakin nyaring.

"Kenapa Mami?" Tanya Arvin setengah sadar ketika berhasil membuka pintu kamarnya.

"Ayo sarapan, cuci wajah kamu!" Perintah Delisa sambil mendorong-dorong bayi besarnya kalo ngga didorong akan lama pergerakannya.

"Lima menit lagi Mi. Arvin masih ngantuk." Tawar Arvin sambil merebahkan badannya kembali.

"Ngga ada lima menit- lima menitan sekarang!"

"Hm, Mami cucikan wajah Arvin," katanya dengan tatapan memohon.

"Mulai manjanya," gumam Delisa dalam hati.

"Cuci wajah sendiri. Malu sama pacar kamu masa sudah gede wajahnya dicucikan sama Mami." Delisa akan berusaha menolak permintaan anaknya bagaimanapun Arvin harus mandiri dalam waktu tiga bulan.

"Pacar Arvin buat senang-senang saja Mami. Pokoknya Arvin mau Mami cucikan wajah Arvin!"

"Mami ngga mau!"

"Iya sudah, kalo Mami ngga mau Arvin lanjut tidur!" Arvin membaringkan badannya kembali masa bodo sama Leo yang menunggunya di bawah.

Lebih baik Delisa mengalah dari pada Leo terlambat ke kantor.

"Oke, ayo Mami cucikan wajah kamu," pasrah Delisa sambil masuk ke kamar mandi di ikuti Arvin di belakang. Dengan telaten Delisa mencuci wajah Arvin dengan sabun khusus untuk cowok, setelah selesai cuci wajahnya Delisa memberikan sikat gigit yang lengkap dengan pasta giginya.

"Sikatin Mami!"

"Sikat sendiri sayang. Mami tunggu disini!"

"Kalo Mami ngga mau Arvin ngga akan sikat gigit, titik ngga pake koma!"

Lagi dan lagi Delisa cuma bisa pasrah.

Perlahan tapi pasti Delisa mulai menyikat gigi Arvin dari atas sampai bawah, sudah bersih Delisa berhenti.

Selesai mengurus bayi besarnya sekarang mereka menuju meja makan untuk sarapan.

Hening menemani makan mereka kali ini dan tumben Arvin ngga minta Delisa suapin.

Arvin makan dengan tenang tanpa melihat kanan dan kiri. Tumben anteng biasanya kaya cacing kepanasan.

"Papi berangkat," pamit Leo lalu mencium kepala Delisa cukup lama disusul dengan salim Delisa dan Arvin.

"Hati-hati di jalan!" Teriak Delisa.

Sarapan selesai Delisa mencuci piring sedangkan Arvin di ruang tamu nonton kartun kesukaannya Upin dan Ipin, kartun dari dahulu sampai sekarang ngga besar-besar.

"Lagi apa sayang?"

"Lagi nonton Mi. Mami sini deh," pinta Arvin dengan lembut dengan senang hati Delisa turutin.

Tanpa aba-aba Arvin duduk di pangkuan Delisa, Delisa melotot seketika.

"Sayang turun kamu berat!"

"Mami, Arvin mau diposisi ini sebentar saja!" Mohon Arvin dengan mata berkaca-kaca.

"No, sayang!"

"Mami, Arvin mohon. Arvin pengen banget dipangku sama Mami. Arvin kangen dua hari ngga dimanja sama Mami. Pokoknya hari ini Arvin mau dimanja sama Mami!" Tegas Arvin menyandarkan kepalanya di dada Delisa tangan Arvin ngga tinggal diam, Arvin memindahkan tangan Delisa ke perutnya.

"Kamu sudah besar sayang," Delisa berusaha mengatur nafasnya. Arvin berat, ngga mungkin Delisa bertahan lama.

"Mami, Arvin mohon!"

"Mami, Arvin pengen dot."

"Mami, nina bobokkan Arvin!"

"Mami, nyanyikan Arvin!"

"Mami, gendong Arvin!"

"Mami, mandikan Arvin!"

"Mami, pakekan Arvin baju!"

"Mami___

Banyak lagi pemintaan Arvin yang harus Delisa ikutin.

Cewek Barbar Vs Cowok Manja (END)Where stories live. Discover now