Brother

281 60 3
                                    

"So, how is it going?" adalah sapaan yang pertama Christopher dengar saat wajah adiknya muncul di layar laptopnya.

"Oh hello little brother, how are you? I'm good, in case you want to know."

"I'm fine." Felix tertawa tapi kemudian mengernyit heran ketika kakaknya tidak juga muncul di depan kamera. "Hyung sedang apa?"

"Nothing, bicara saja, aku mendengarkan." Felix mendengus sebelum memilih mengabaikan tingkah Chris yang sedikit aneh.

"Jadi, apa kabar kakak ipar? Apa hyung sudah bertemu dengannya?"

Felix terkejut saat tiba-tiba wajah kakaknya muncul dari sisi kanan layar sambil tersenyum lebar. Sepertinya ada berita baik.

"Oh, aku akan menemuinya besok malam," ujar Chris. Pria itu akhirnya duduk di depan laptop dan menatap adiknya yang mulai ikut tersenyum.

"Akhirnya! Kupikir ga akan pernah ada perkembangan dalam kisah cintamu." Felix kembali tertawa, apalagi melihat Chris yang merengut.

Felix adalah satu-satunya orang yang tahu segalanya. Hanya pada Felix Chris bisa bercerita tentang semuanya, rahasianya, kegundahannya, bahkan masalah percintaannya, dan begitu juga sebaliknya. Menjadi keturunan dari keluarga pengusaha kaya raya tidak selalu menyenangkan, mulai dari orang tua yang sibuk, keluarga besar yang bersitegang, sampai teman yang tidak tulus, karena itu sejak kecil mereka belajar menjadi sandaran satu sama lain, saling melindungi, saling mendukung, saling menguatkan. Hingga sekarang mereka dewasa, meski terpisah jarak, Chris berjanji akan selalu ada untuk adiknya, seperti Felix yang selalu ada untuknya.

"Apa hyung sudah memberi tahu papa dan mama?"

Pertanyaan Felix menyadarkan Chris dari lamunannya. Dia mengerjap sebelum akhirnya menjawab, "Belum, aku akan memberi tahu mereka kalau mendapatkan jawaban positif besok."

"Oh come on, siapa sih yang bisa menolak pesona Christopher Bang?" kata Felix setengah menggoda.

Chris memutar bola matanya. Belum sempat dia menanggapi, adiknya sudah kembali mengajukan sederet pertanyaan dengan bersemangat.

"Di mana kalian akan bertemu? Hyung sudah memesan restoran yang bagus kan? Pastikan suasana dan menunya enak, jangan sampai--"

"Calm down Lix." Chris memotong perkataan adiknya sambil tertawa. "Aku akan datang ke rumahnya untuk makan malam."

"Hyung akan langsung bertemu keluarganya? Kalau begitu apa hyung sudah menyiapkan hadiah?"

"Hadiah untuk apa?" Chris mengernyit heran. Brian bilang ini cuma makan malam biasa, untuk apa dia membawa hadiah?

Felix melotot. "Tentu saja hyung ga bisa datang dengan tangan kosong! Apalagi ini pertemuan pertama dengan calon kakak ipar! Hyung harus memberikan kesan yang baik dan mengambil hati mereka."

"Aku sudah kenal dengan mereka, ini bukan pertemuan pertama." Chris terkekeh, tapi sesaat kemudian dia teringat perkataan Brian tentang Wonpil yang tampak tidak setuju dengan niatnya melamar Seungmin. Mungkin Felix benar, bukan cuma Seungmin yang harus dia ambil hatinya.

"Tetap saja, hyung kan berkunjung dengan niat yang berbeda, tunjukan keseriusanmu. Bawakan sesuatu untuk Seungmin dan kakak-kakaknya." Chris mengulum senyuman melihat Felix yang begitu menggebu-gebu di layar. "Maybe bring flowers? Wait no, sepertinya bunga terlalu berlebihan untuk pertemuan pertama. How about cakes? Right, bring some cakes! Hyung kan datang untuk makan malam jadi bawa saja kue untuk hidangan pencuci mulut."

"Hyung mendengarku ga sih?!" Felix menggerutu melihat kakaknya hanya tersenyum dari layar tanpa menanggapinya.

"Aku dengar kok, akan aku ingat saran darimu." Chris kembali terkekeh. "Sekarang bantu aku pilih, hitam, putih, atau berwarna?"

"Untuk apa?" tanya Felix bingung.

"Umm, baju yang akan aku pakai besok?" Chris berkata ragu sambil tersenyum kikuk, membuat Felix tertawa lepas di seberang sana.

"Jangan bilang di awal tadi hyung sedang memilih baju?!" Tawa Felix semakin keras ketika Chris hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa ketahuan.

Felix berusaha meredakan tawanya sebelum menjawab dengan serius. "Jangan hitam, memangnya mau ke pemakaman? Jangan putih juga, terlalu formal. Apa pilihan warna hyung?"

"Sebentar." Chris menghilang dari layar dan kembali dengan membawa dua buah kemeja. Felix mengangkat sebelah alisnya melihat pilihan sang kakak.

"Memang harus kemeja?"

"Yah, aku kan akan langsung datang dari kantor." Mengingat kemacetan yang pasti terjadi, Chris tidak akan punya waktu untuk pulang dan sekedar mengganti pakaian.

Felix menilik kedua kemeja itu, satu berwarna biru dongker dan satu lagi berwarna merah maroon. "Apa ga ada warna yang lebih cerah?"

"Memang kenapa sih?" Chris melirik kemeja di tangannya heran.

"Kesannya suram." Felix mengernyit tak suka. "Oh iya, aku kan pernah membelikan hyung kemeja warna biru langit, pakai saja itu! Sekali-kali pakai warna cerah agar hyung terlihat ramah, kesan pertama itu penting loh."

"Apa aku terlihat ga ramah?" Chris mengerutkan dahinya penasaran.

"Saat sedang serius? Yeah, hyung bisa terlihat sangat menyeramkan. Apalagi saat marah." Felix bergidik sendiri membayangkannya. "Jangan lupa tersenyum! Buat Seungmin jatuh cinta pada pandangan pertama juga."

"Baiklah." Chris mendengus geli kemudian beranjak untuk menyimpan kemejanya.

"Bagaimana kabar papa?" tanya Felix ketika kakaknya sudah muncul kembali di layar.

"Sudah lebih baik." Chris tersenyum, dia mengerti perasaan adiknya yang tidak bisa hadir untuk sang ayah. Felix sebenarnya sempat memaksa untuk pulang saat pertama kali ayah mereka kritis dan dilarikan ke rumah sakit, namun Chris melarang. Bagaimana pun juga Felix membuat janji yang sama seperti dirinya pada sang ayah, mereka tidak boleh pulang sampai mendapatkan gelar sarjana. Terkesan konyol memang, tapi janji itu yang membuat mereka bisa menyelesaikan kuliah lebih cepat.

"Dokter bilang, kalau kondisi papa tetap stabil sampai satu minggu ke depan, papa bisa pulang." Felix menghela napas lega mendengar kabar itu.

"Hyung harusnya menceritakan pada mereka soal Seungmin. Papa pasti akan lebih bersemangat untuk keluar dari rumah sakit."

"Dan membuat mama heboh sebelum semuanya pasti?" Chris mendengus, mengundang tawa kembali muncul dari mulut Felix.

"Jadi, bagaimana tugas akhirmu?" Pertanyaan Chris sukses membuat Felix berhenti tertawa dan mulai merengut.

"Bisa ga jangan bahas itu?" Giliran Chris yang terkekeh sekarang. "Aku sedang berusaha mendapat persetujuan untuk bisa ujian bulan depan. Setelah itu aku boleh pulang kan?" tanya Felix penuh harap.

Sebelum kakaknya sempat protes, buru-buru pria itu menambahkan, "Wisuda yang tercepat masih tiga bulan lagi, daripada aku di sini ga ada kerjaan, lebih baik pulang. Nanti kita bisa kembali ke Aussie bersama untuk wisudaku. Siapa tahu saat itu Seungmin sudah jadi suami hyung, kan bisa sekalian bulan madu."

Chris tak bisa menahan tawa mendengar perkataan adiknya. "Pikiranmu kejauhan."

"Hey, kata-kata itu doa tahu!" Felix ikut tertawa. "Pokoknya hyung tidak boleh menikah sebelum aku pulang!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 18, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

With YouWhere stories live. Discover now