DANDELION : Kanaya

287 10 0
                                    

dandelion

“Aku membencimu!” ungkap Dafka, tiba-tiba.

Sontak hal itu membuat Kanaya menoleh, melihat Dafka yang masih membaca koran dipagi harinya.

“Jika kau membenciku, kenapa menikahiku?!” emosi Kanaya terpancing, saat setiap harinya Dafka mengatakan membencinya, tapi, mempersuntignya.

Dafka mengalihkan fokusnya pada wanita yang sedang menyiram tanaman kecil yang ada dipinggir jendela. Perutnya sudah membesar.

“Kau tau jawabannya, kau datang dimalam hari mengatakan anak itu anakku, mana bisa aku tidak peduli?!” ucapnya, sedikit menaikin nada suranya.

Kanaya menghentikan aktivitasnya dan menatap Dafka, sambil mengelus perutnya yang buncit Kanaya menepis jaraknya dengan Dafka mendekati lelaki itu.

“Kenapa kau menikahiku? Bukankah seorang sepertimu tidak peduli dengan keturunan?” teriak Kanaya, air matanya jatuh seketika.

Dafka memalingkan wajahnya, tidak ingin melihat wanita didepannya menangis.

“Kau fikir aku sudi berbagi atap ataupun oksigen denganmu? Tidak!” kata Dafka menyelekit bagi Kanaya, “Tapi, ini hukuman untukmu, hukuman karena kau telah membunuh keluargaku satu-satunya, kau harus menderita, hanya dengan ini kau benar-benar menderita. Ingat yang ku katakan sebelum menikahi mu? Kau akan ku buat jadi manusia paling sengsara.” ucapnya, Dafka beranjak menjauh.

“Harunya kau membunuhku saja.” kata Kanaya, “Harusnya nyawa dibalas nyawa seperti yang biasa kau lakukan.” lanjutnya sambil menatap punggung Dafka.

“Aku sangat ingin membunuhmu sekarang, bahkan setiap malam aku ingin mencekinkmu dalam tidurmu, tapi, jika kau mati siapa yang akan menderita?” Dafka berucap sambil memungut hp nya yang ada dimeja.

Kanaya tersenyum getir, “Kau tidak berbeda dengan Rafka.” Kanaya ingin berbalik pergi menuju kamarnya, tapi, tiba-tiba lengannya ditarik Dafka dengan kencang. Melempar tubuh itu sofa.

Kepala Kanaya sampai membentur pinggiran sofa, tapi tangannya tetap memegang perutnya. Takut terjadi apa-apa pada bayinya.

“Jangan pernah ucap nama itu lagi, mulutmu tidak pantas untuk menyebut nama itu lagi. Dasar perempuan sialan.” kesal Dafka, Dafka melepas dasinya dan mengikatnya pada kedua tangan Kanaya.

“Daf! Jangan!” teriak Kanaya.

“Kenapa, bukankah seorang pelacur bahagia saat ada yang menyentuhnya, kau hanya pelacur sebelum Rafka menebusmu. Cih bodoh.” Dafka menahan kaki Kanaya, agar tidak bisa bergerak dengan mudah.

Mata Kanaya memerah, “Ini yang kau lakukan saat itu, ini yang membuat Rafka membencimu dan meninggalmu, kau tidak pernah menghargai perempuan. BRENGSEK!!” Kanaya meludah dimuka Dafka, membuat Dafka semakin bengis.

“Jangan pernah ucap nama itu lagi, sialan!”

Dafka menampar kasar wajah Kanaya, sampai meninggalkan bercak merah pada pipi putih itu.

“Seorang pelacur tidak pantas untuk dihargai.” kata Dafka menampar sekali lagi pipi Kanaya.

Kanaya tersenyum, “Setidaknya dia lebih memilih pelacur ini.” kata Kanaya, berhasil membuat Dafka mematung sampai beberapa detik.

Dafka ikut tersenyum bengis, Dafka menarik rambut panjang Kanaya sehingga terlihat bagaimana bibir itu mengeluarkan darah.

Dafka mencium bibir Kanaya yang berdarah, bahkan menghisap darah itu. Kanaya berusaha sekuat tenaga menolak, memalingkan wajahnya tapi, ia tak berdaya sekarang.

Dafka menarik kencang rambut Kanaya, menciumi leher jenjang Kanaya sampai turun ke dada, Dafka membuka kancing baju Kanaya dan menciumi dua guning kembar tanpa bra itu.

“DAFKA!!! JANGAN PERUTKU ARGHHHH!!” teriak Kanaya menggeleng, perutnya terasa benar-benar keram sekarang.

Dafka menghentikan aktivitasnya, melihat wajah Kanaya yang memerah. Dafka mengacing kembali baju Kanaya, melepas ikatan dasi pada tangan Kanaya, bahkan membenarkan rambut Kanaya serta mengelusnya. Dafka juga membawa tubuh Kanaya kekamar, merebahkannya dengan lembut serta mengambil kompres handuk dan air hangat dan meletakannya pada perut buncit Kanaya.

dandelion

“Sampai beberapa saat aku masih melihatmu sebagai lelaki yang kuncintai, hingga sadar bahwa hanya wajah kalian yang sama tapi prilaku kalian jauh berbeda. Seperti Rafka dia lelaki manis yang kuncintai, yang menjunjung tinggi perempuan, bahwa setiap perempuan harus dihargai terlepas apapun propesinya. Tidak seperti Dafka, dia membenci pelacur apalagi aku yang membunuh saudaranya.”

“Sampai aku pernah berfikir bahwa Dafka memiliki dua keperibadian ganda, karena dia bisa tiba-tiba memukulku, tapi, bisa tiba-tiba memelukku.”

“Dia bengis, dia brengsek, tapi, dia suamiku.”

dandelion

-c-

𝐃𝐀𝐍𝐃𝐄𝐋𝐈𝐎𝐍 ( 𝟏𝟗+ ) Where stories live. Discover now