pangeranbulan🌙
MIHI BARU sadar akan ucapannya dan meminta maaf pada Suny. "Ah, maafkan aku Tante Suny. Aku sama sekali tidak bermaksud begitu.""Tidak apa-apa," balas Suny tidak mempersalahkan hal itu. Justru sekarang dia yang merasa tidak enak pada gadis itu. Karena dirinya, Mihi jadi merasakan kehilangan sosok Seokjin.
Tak lama kemudian dokter yang melakukan operasi pada Seokjin keluar dari ruangan itu. Suny, Yoosun dan Mihi bangkit menghampiri dokter tersebut. Mereka tidak sabar menunggu kabar dari operasi itu.
"Bagaimana dokter? Apa semua berjalan dengan lancar?" tanya Suny pada sosok dokter berkacamata itu.
"Operasinya berjalan dengan lancar. Hanya saja untuk sekarang pasien belum bisa dijenguk karena baru selesai menjalani operasi. Setelah dia di pindahkan nanti baru kalian bisa menjenguknya," jelas sang dokter membuat Suny, Yoosun dan Mihi merasa sedikit lega.
"Syukurlah, kami sangat berterima kasih atas kerja kerasmu dokter," sahut Suny dan hanya dibalas senyuman tipis dari dokter tersebut. Tak lama dokter itu pun ijin pamit pergi dari sana.
"Yoosun, ibu mau pulang untuk mengambil pakaian ganti. Kamu tunggu di sini ya, jaga ayahmu," seru Suny pada puteranya yang masih sangat senang mendengar kabar dari dokter tadi.
"Baik Bu, aku akan menjaga ayah di sini," balas Yoosun memerhatikan pintu ruangan tempat dimana Seokjin sekarang berada.
"Baiklah kalau begitu ibu pamit pulang sebentar. Mihi apa kamu mau pulang sekarang apa tetap di sini menemani Yoosun?"
"Aku akan tetap di sini Tante Suny. Aku ingin menunggu Papa Seokjin dan menemui dia ketika sadar nanti," ujar Mihi sedikit dingin. Kenapa sih wanita itu sok peduli padanya?
Suny kemudian pamit pergi dari sana menyisakan Yoosun dan Mihi yang kini hanya berduan di tempat itu. Mihi memilih duduk kembali dan memerhatikan Yoosun yang mencoba mengintip keadaan di dalam ruangan itu.
Mihi sangat jengkel melihat itu. Harusnya yang berada di ruangan tersebut adalah Yoosun. Bukannya Papa Seokjin. Untung keadaan Papa Seokjin baik-baik saja sekarang.
Tak terasa mata Mihi semakin berat. Hingga akhirnya tanpa sadar dia tertidur di sana. Entah berapa lama dia tertidur. Ketika bangun dia mendapati ada Tante Suny yang juga tertidur pulas di sampingnya.
Mihi menjauhkan posisinya dari wanita itu. Tidak sudi rasanya berada di dekat wanita murahan itu. Kenapa sih wanita itu harus tidur di dekatnya? Bikin perasaan Mihi geram saja.
Mihi baru sadar kalau Yoosun tidak ada di sana. Kemana perginya cowok itu? Akhirnya dia bangkit dari kursi itu dan mencari keberadaan cowok tersebut.
Setelah berjalan cukup jauh dari tempat ruangan Papa Seokjin di rawat. Mihi menemukan sosok Yoosun yang sedang berada di balkon rumah sakit itu.
Ketika semakin dekat dengan Yoosun. Dia baru sadar kalau sepertinya cowok itu sedang menangis. Mihi awalnya ragu untuk mendekat tapi akhirnya dia hampiri juga cowok itu.
"Yoosun?" panggil Mihi yang membuat cowok itu buru-buru mengusap wajahnya. Dia tidak ingin jika Mihi melihatnya dalam keadaan seperti itu.
"Kamu nangis ya?" ujar Mihi tersenyum kecil berjalan mendekati cowok itu. Ikut bersandar pada pagar pembatas balkon. Memandang sayu pada pemandangan kota di malam hari itu.
Yoosun tidak menjawab dan malah mengalihkan wajahnya yang barusan habis menangis. Rasanya sangat malu sekali ketika dia ketahuan sedang menangis oleh cewek itu.
"Apa sekarang kamu merasa bersalah pada Papa Seokjin?" tanya Mihi tersenyum geli menatap pada cowok itu.
"Papa Seokjin memang seorang ayah yang sangat baik. Dia rela melakukan apa pun demi orang yang dia cintai. Bahkan aku yang bukan puteri kandungnya. Bisa merasakan cinta yang sangat besar dari Papa Seokjin." Mihi menghela napas dan tersenyum miris.

ESTÁS LEYENDO
My Prince Friend
FanficSeokjin yang bertemu dengan Suny di hari yang sama dengan perginya mamanya dari rumah bersama seorang pria asing. Sejak saat itu pun mereka menjadi sahabat dekat hingga dewasa. *** Suatu hari secara tiba-tiba Lena, mama Seokjin pergi dari rumah bers...