empat puluh enam

692 44 1
                                    

Bastian membuka pintu kontrakan mereka,setelah alya keluar dari rumah sakit sebenarnya Ibrahim meminta mereka menginap dirumahnya dulu tapi alya menolak dan bastian juga merasa dia bisa menjaga alya.dengan pincang karna kaki alya masih sakit ia langsung masuk ke kamar.sebenarnya sejak tadi bastian kebingungan karna lagi-lagi alya bersikap cuek,menjawab pertanyaan bastian seadanya saja.seingat bastian dia tidak melakukan kesalahan apapun terakhir kali mereka bicara.

"saya ke kampus sebentar yah? gak lama cuma mau bimbingan" alya langsung mengangguk dan bastian mengecup kening alya sebelum pergi.

Setelah dua menit berdiam diri diatas kasur,alya memilih mengambil ponselnya dan mendial nomer ibunya yang langsung diangkat pada dering pertama

Kamu baik-baik aja nak?

"iya ma,aku mau nanya sama mama" diseberang sana citra mengerutkan kening

Apa?

"mama tau raina gak"? citra tidak langsung menjawab,dia mencoba mengingat-ingat kiranya siapa yang dimaksud raina ini

Raina mana? mama gak gau

Alya menghela nafas,katanya mamanya ini mengenal bastian lama.mereka juga pernah bertetangga lalu masalah raina saja kenapa mamanya tidak tau?

"mama yakin"? citra menarik nafas panjangnya, apalagi sekarang?

Kamu bertengkar sama bastian lagi? gara-gara raina ini? kamu pastiin dulu yang bener jangan mikir macam-macam.

Alya heran,kenapa ia terkesan di salahkan?kenapa citra selalu menganggap pertengkaran terjadi karna alya yah?

"yaudah ma, aku tutup makasih" lalu alya memutuskan sambungan.sebut saja dia anak kurang ajar karna memutuskan sambungan bahkan sebelum citra menjawab.

Bastian tadi bilang dia hanya sebentar tapi sekarang sudah jam delapan malam dan pria itu pergi dari jam sembilan pagi.bastian tadi mengirim pesan permintaan maafnya karna akan pulang terlambat menunggu dosennya dan konsultasi soal skripsinya memakan waktu lama,alya kesal dan hanya membaca pesan itu tanpa niat membalas. Bastian juga memesankan alya makan siang dan makan malam supaya alya tidak perlu masak.padahal alya juga bisa pesan sendiri

Merasa bosan seharian duduk diatas kasur dan berselancar di internet,alya turun dan berjalan keruang tamu.walau jalannya lambat dan sesekali ia meringis menahan sakit.alya duduk di lantai beralaskan tikar karna mereka memang tidak punya sofa.alya menolak membeli

"pusing ah"! alya bergumam sendiri,dari tadi pikirannya hanya fokus pada raina raina saja.ingin bertanya pada bastian tapi pria itu tidak pulang juga.alya tidak tau ternyata mengurus skripsi seribet ini.sebenarnya alya bangga karna bastian akan lulus di usia yang cukup muda

Suara motor yang sangat familiar terdengar,menit berikutnya bastian masuk setelah membuka pintu dengan kunci cadangan dan mendapati alya duduk bersandar ke tembok

"alya, ngapain disana.kenapa gak di kamar aja" bastian mendekat dan meletakkan tas punggungnya dekat dengan alya

"kamu mau teh"? bastian menggeleng,mengecup kening alya lagi lalu berdiri dan menuju dapur.menuang air untuk dirinya sendiri lalu kembali dan duduk di dekat kaki alya

"ngapain"? alya mengangkat alisnya,kenapa bastian tidak mandi lalu ganti baju?

"kaki kamu masih sakit banget apa udah ada perubahan"? alya tidak membiarkan bastian menyentuh kakinya membuat pria itu mengerutkan kening

"raina siapa"? bahkan bastian belum selesai dengan keterkejutan yang tadi dan alya tidak mau repot-repot menunggu untuk kejutan selanjutnya

Bastian terdiam, pandangannya lurus menatap alya.tangannya berkeringat.panik seketika muncul

Querencia✓ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang