Chapter 2

2.3K 254 28
                                    

Anak kecil ngga boleh baca !! Pamali !! Ok? 🙄







Ohm memandang penuh harap pada profesor Bonsak yang sedang mengecek beberapa judul skripsi yang sudah disiapkannya sampai rela waktu tidurnya terpotong. Dalam hatinya tak berhenti mengucap do'a agar persetujuan sang dosen segera dikantonginya.

"Bagaimana prof?" Tanya Ohm saat sang dosen melepas kacamatanya tanda usai membaca.

Profesor Bonsak menghembuskan nafasnya. "Judul yang pertama cakupannya terlalu luas. Tentukan lagi variable x dan y yang lebih mendetail."

"Kalau judul yang kedua?" Ohm masih punya satu harapan.

Profesor menyerahkan kembali kertas judul milik sang mahasiswa. "Topik yang kamu ambil referensinya sulit didapat. Kalaupun ada kebanyakan bukunya masih pake bahasa Yunani. Masih mau pakai yang ini? Silahkan kalau kamu siap lulus empat semester lagi."

Pundak Ohm mendadak melorot. Lagi-lagi belum acc. Jika judul saja dia tak dapat-dapat, mau sampai kapan dia wisuda?





....






Semburat jingga hampir berganti lingkupan petang ketika Ohm menjemput Nanon di kantor penerbitnya. Dengan motor Kawasaki andalannya diboncenglah sang kekasih hati menuju peraduannya bersama.

"Tadi jadi ngajuin judul?" Tanya si manis saat motor Ohm dipaksa berhenti oleh lampu merah.

Yang ditanya hanya mengangguk. Terlalu malas.

"Lalu?"

"Ditolak lagi."

Nanon mengusap punggung lebar kekasihnya memberi ketenangan. "Sabar. Mungkin memang kamu belum ketemu judul yang cocok."

"Mungkin."

Lampu beralih hijau. Motor kembali melaju membelah padatnya jalanan di sore hari. Ohm mengelus sayang kedua tangan Nanon yang kini melingkar di pinggangnya.

"Kemarin kak Gulf telfon." Ujar Ohm kembali membuka obrolan.

"Ada apa?"

"Ibu minta aku pulang. Ada urusan yang mau dibicarain katanya. Mungkin masalah perkebunan milik almarhum ayah."

"Kapan?"

"Apanya?"

"Rencana kamu pulang ke sana."

Motor Ohm masuk area parkir apartment. Obrolan mereka sempat terhenti sampai keduanya masuk ke dalam apartment dan duduk di ruang tamu bersama-sama melepas lelah sambil melepas sepatu.

"Rencananya akhir minggu ini aku pulang. Sekalian mau cari inspirasi buat judul skripsi. Mungkin aja udara segar di sana bisa merefresh otak buntuku juga." Ohm kembali memulai percakapan keduanya.

Nanon mengernyit. "Berapa lama?"

Yang ditanya mengedikkan bahu. "Entahlah. Mungkin dua minggu. Mungkin juga sebulan. Sampai urusan dan judulku selesai."

Ada kekecewaan di wajah tenang milik Nanon. "Lamanya."

Si tampan tersenyum. Beralih duduk tepat di sebelah Nanon untuk kemudian memindahkan sang kekasih ke pangkuannya.

"Kita masih bisa telfon atau chatting. Video call tiap hari kalau perlu."

"Lebaii." Nanon mengalungkan lengannya ke leher Ohm. Mengecup dahi kelasihnya lembut.

"Karena aku pasti akan sangat merindukan kamu, sayang." Satu kecupan mampir di bilah cherry Nanon.

"Apa kamu ikut aja sekalian?" Tambah Ohm baru saja mendapat ide.

THE DECISION (OhmNon Vers.)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora