Chapter 16

1.5K 184 43
                                    

Biner sewarna malam itu perlahan terbuka ketika mendengar suara gaduh di sekitarnya. Memandang bingung sosok sang kekasih yang sudah berbusana rapi sambil mematut diri di depan kaca lemari. Bukankah ini terlalu pagi?

"Ohm.."

Si empunya nama menolehkan kepala. Menoreh senyum tampan sambil memoles pomade di rambut halusnya.

"Udah bangun?"

"Hm. Kamu ada kuliah? Kok pagi banget?" Karena jarum jam masih segaris lurus di angka enam dan dua belas.

Ohm sempat diam, meski sedari malam sudah terpikir di otaknya jika Nanon pasti akan bertanya mengenai ini.

Mata si tampan memandang gelisah, tak mampu menatap tepat ke netra kekasihnya. "Ibu minta aku pulang sebentar, sayang."

"Pulang? Lagi?"

"Iya. Ada urusan penting katanya."

"Berapa lama?"

Ohm berjalan mendekat ke arah si manis. Duduk di ranjang tepat di samping kekasihnya untuk kemudian mengelus perut besarnya sayang.

"Cuma sehari. Aku janji besok aku pasti pulang."

Tangan Nanon terulur, membelai rahang tegas milik prianya. "Beneran?"

Yang ditanya mengangguk mantap. "Tentu. Aku pasti pulang buat kalian."

Nanon menyimpul senyum. Matanya terpejam sambil mengangguk lembut. Gesturnya mengiyakan pernyataan Ohm meski hatinya dipenuhi ragu yang merongrong kepercayaan.

"Jam berapa?" Suara Nanon kembali terdengar.

Ohm melirik jam di pergelangan tangan kirinya. "Satu jam lagi. Habis ini aku langsung ke bandara."

"Aku siapin sarapan dulu."

Nanon sudah akan beranjak dari ranjang ketika tangan Ohm menahannya. "Nggak perlu, sayang. Kamu lanjut istirahat aja biar aku sarapan di jalan."

"Tapi.."

"Stt.. dengerin aku ya. Kamu banyak-banyak istirahat aja. Jaga kesehatan kalian waktu aku nggak ada."

Nanon mengerjapkan matanya menahan ribuan pertanyaan yang hanya bisa terpikirkan tanpa bisa diutarakan.

"Hm."

Setelah mengambil ransel keperluannya serta mencium bibir dan perut sang kekasih, Ohm melenggang keluar kamar bermaksud mencari taksi. Meninggalkan Nanon yang meremas kuat dada kirinya, tempat hatinya bergemuruh riuh entah karena apa.

Kenapa firasatku sangat buruk? -batin Nanon







....






Sesuai rencana Mark di awal, Ohm sudah tinggal naik pesawat karena Mark sudah memesankan sekaligus membayar tiket yang ia perlukan. Penerbangan pertama di pagi ini membawa Ohm kembali ke tanah kelahirannya membawa tanya yang dia harap akan segera terjawab.

Siang menjelang sore pesawat yang ditumpangi Ohm mendarat sempurna di tujuannya. Setelah mencapai pintu kedatangan bandara mata cokelatnya diedarkan mencari sosok lelaki kecil yang menjadi alasannya kembali kemari.

"Hei.." pundaknya ditepuk dari belakang. Membuatnya kaget saja.

Ohm menoleh lalu tersenyum mendapati sosok Mark sudah ada di depannya. Setelan celana jogger cokelat muda dan kaos biru lusuh yang dibalut jaket abu-abu kebesaran dikenakan Mark. Membuat Ohm memandangnya aneh. Tumben saja, seorang Mark yang begitu sering tampil sempurna kini tampil bagai orang bangun tidur yang langsung keluar rumah. Bahkan bibir yang biasanya merekah indah terpoles lip balm kini tampak pucat tanpa warna. Apa dia begitu karena Ohm?

THE DECISION (OhmNon Vers.)Where stories live. Discover now