Bab 2 : Ada Apa Dengan Maya?

28 9 8
                                    

Terdengar suara mesin mobil memasuki halaman depan. Salsa memandang teras depan rumahnya yang tidak menunjukkan tanda-tanda ada oranng di rumah. Tirai masih dalam kondisi tertutup seperti saat ditinggal berangkat ke acara arisan. Tiba-tiba terasa ponsel Yuda bergetar di dalam saku celana sebelah kanan. Diraih lalu disentuhnya layar ponsel. Muncul notifikasi pesan WhatsApp dari Johan, kakaknya. Pesan yang menanyakan kepergian Yuda dan Salsa meninggalkan acara arisan tanpa berpamitan dengannya. Yuda mematikan ponselnya karena untuk saat ini dirinya sedang tak ingin membalas pesan dari Johan.

Saat mesin mobil di matikan, Salsa langsung keluar dan berjalan menuju pintu depan rumah. Diketuknya pintu depan rumah berkali-kali sambil memanggil nama Maya. Sepi dan tak terdengar respon suara kunci membuka pintu sebagai jawaban ketukan Salsa. Wajah Salsa mendekat sambil kedua tangannya menempel ke kaca jendela depan. Tidak begitu jelas terlihat gerakan manusia di dalam rumah.

"Pa, kunci rumah kamu yang bawa, kan?" tanya Salsa sambil melihat ke arah Yuda yang berjalan mendekatinya.

"Nih, kuncinya." Yuda menyerahkan kunci rumah dari saku celana sebelah kiri. Salsa langsung membuka pintu depan dan masuk bersama dengan Yuda.

Kondisi di dalam rumah pun tak menunjukkan kepulangan Maya. Yuda menjatuhkan tubuhnya di atas sofa ruang keluarga. Lalu di raihnya remote TV yang ada di atas nakas samping sofa. Dinyalakannya TV dengan santainya tanpa menghiraukan Salsa yang mondar mandir mencari soso Maya sambil berteriak memanggil namanya.

"Pa, kamu kok santai gitu, sih! Cari dong anakmu! Apa kamu nggak kuatir ada apa-apa sama Maya?" keluh Salsa.

"Iya, iya. Lagian kamu juga maksa anakmu ikut. Kalau Maya nggak mau ikut, ya biarin aja. Dia kan sudah besar. Mungkin dia sudah mulai bosan dengan acara arisan itu." Yuda berusaha membuat Salsa menyadari tentang Maya yang mulai beranjak dewasa dan bisa menentukan keinginannya sendiri.

"Lha? Kok jadi aku yang salah? Bukannya kamu dulu yang bilang kalau acara arisan keluargamu itu penting agar kita tidak lupa sama silsilah keluarga, terutama untuk anggota keluarga yang masih muda. Kamu juga yang menegaskan bahwa penting itu sama dengan wajib. Berarti kan ya kita wajib datang. Kalau aku salah, coba salahku dimana?" protes Salsa sambil meneguk minuman dingin yang baru saja diambilnya dari kulkas.

"Iya, memang aku yang bicara seperti itu. Tapi kan itu saat Maya nggak pake mogok nggak mau ikut seperti hari ini. Masalahnya, aku paling nggak bisa maksa orang apalagi anakku sendiri saat dia memang nggak minat ikut acara arisan. Itu diktator namanya." Yuda menjelaskan dengan posisi tubuh masih bersandar pada sofa dengan mata masih menikmati acara berita di TV.

"Hadeh! Kamu tuh memang nyebelin deh, Pa! Giliran anak hilang aja, kamu jadi yang paling benar. Padahal ini kan acara keluarga kamu, bu-..." Tiba-tiba Salsa menghentikan bicaranya sambil alisnya bertaut dalam ketika Yuda meletakkan telunjuk dibibirnya sambil mengecilkan volume TV.

Perlahan Yuda dan Salsa berjinjit menaiki tangga menuju kamar mandi atas. Terdengar suara bilasan toilet dan gerakan pintu kamar mandi terbuka. Langkah mereka terhenti ketika ternyata Maya keluar dari kamar mandi. Maya dengan wajah datar dan bergeming melihat Salsa dan Yuda berdiri di depannya. Tanpa bicara, Maya masuk ke dalam kamar. Salsa dan Yuda berjalan menyusul masuk ke kamar Maya sebelum sang pemilik kamar menutup dan mengunci pintunya.

"May, kok kamu nggak dengar Mama dan Papa pulang? Mama tadi panggil-panggil kamu di depan pintu. Untung Papa bawa kunci rumah. Kalau nggak, Mama sama Papa bisa diluar terus sampai malam." Salsa mengomel sambil duduk di tepi tempat tidur Maya. Sedangkan Maya tak menggubris dengan asyik memainkan ponsel sambil duduk di meja belajarnya.

"Maya, bagaimana kamu bisa masuk rumah? Kan kuncinya Papa yang bawa." Yuda dengan nada tegas kali ini juga kurang sependapat dengan sikap Maya yang tak menggubris pertanyaan Mamanya. Suara Yuda yang akhirnya membuat Maya akhirnya menghentikan kegiatannya dan mulai menatap wajah kedua orang tuanya.

BEAUTIFUL HONESTYWhere stories live. Discover now