10. Menjadi Putri

8.8K 1.2K 7
                                    

Keadaan Ariastella semakin membaik, bahkan kali ini dia sudah berada di taman Istana yang katanya dibuat Raja untuknya.

Taman dengan berbagai jenis bunga, ada sebuah kursi taman dan lampu taman yang membuat taman itu semakin kelihatan cantik.

"Apa masih kurang luas?"

"Apa?"

"Tamannya." Kaillos menatap Ariastella yang menatap ketempat lain. "Atau ada yang ingin kau ubah? Katakan saja."

"Ini sudah bagus. Jangan diubah lagi." Sepertinya semua kata yang keluar dari mulut Ariastella mulai sekarang harus lebih hati-hati, Raja yang satu ini tampaknya terlalu bar-bar dan bisa melakukan apa saja untuk mencapai apa yang dia mau. Berbahaya, apalagi kalau sampai salah tanggap dan berakhir bencana, selesai sudah.

"Benarkah? Tidak ingin diluaskan lagi?"

"Tidak, Ayah. Ini sudah cukup." Ariastella memaksakan senyumannya, tapi tampaknya Kaillos menganggap itu senyuman tulus dari anak berumur enam tahun.

Kaillos mengangkat Ariastella ke dalam gendongannya. Mata yang persis dengan milik Ariastella itu sedikit berkilau.

Taman yang baru dibangun itu katanya hanya memakan waktu sehari, yang dilakukan sekitar limapuluh orang, hasil yang luar biasa untuk kerja sehari. Kata Rei Raja memantau langsung pengerjaan taman itu, membuat semua pekerja yang ada melakukan segalanya yang terbaik, mereka tentu tidak mau tiba-tiba kepala mereka bukan berada di tempatnya lagi.

"Kau benar suka dengan tamannya?"

Ariastella mengangguk. "Iya, tamannya cantik."

"Cassiel yang memilih bunganya, Ayah tidak begitu ahli dalam memilih bunga."

Ariastella mengangguk, mana mungkin juga Ayahnya ini tau tentang perbungaan, jika ditanya tentang perang atau sesuatu yang berbau politik mungkin iya, tapi kalau masalah bunga pasti minus.

"Kalian kelihatan seperti anak dan ayah."

Ariastella menoleh, dia menemukan Rei yang berjalan dengan jubah hitam ciri khasnya.

"Kau sudah selesai menangani menara?"

Rei mengangguk. "Mereka selalu saja melawan," Rei berdecak. "Kalau bukan karena mereka penyihir menara sudah aku musnahkan."

"Apa itu penyihir menara?" Ariastella menatap Rei, lalu menatap Kaillos yang tersenyum.

"Penyihir menara adalah penyihir yang menjaga semua daerah yang dimiliki oleh kerajaan kita. Mereka yang akan jadi pendeteksi jika ada serangan musuh atau yang lain. Tapi, penyihir menara setingkat lebih rendah dari penyihir kerajaan, namun karena wewenang penyihir menara yang lebih besar daripada penyihir kerajaan yang biasa juga membantu tapi biasanya keluar pada saat-saat penting, kadang penyihir menara agak tidak patuh. Itu kenapa Rei kesal."

"Ya, mereka memang menyebalkan." Rei duduk di kursi taman. "Ditambah lagi tubuhku kecil, mereka jadi sombong. Rasanya aku ingin melempar mereka dari puncak menara."

Ariastella terkekeh, tapi malah dihadiahi tatapan tajam Rei. "Maaf."

Kaillos melirik Rei, penyihir itu menatap ketempat lain. "Lupakan saja."

Ariastella menelan ludah dengan agak kasar, sepertinya dia tau kenapa Rei tiba-tiba memilih buang muka ke arah lain. Tatapan tajam Raja yang satu ini benar-benar menusuk, bahkan dalam keadaan biasa saja mata Raja itu sudah terlihat sangat tajam, apalagi saat benar-benar memberikan tatapan tajam.

"Ayah," Kaillos melirik, Ariastella sedikit kaget dengan tatapan tajam yang kini mengarah padanya. Kaillos yang sadar cepat menormalkan caranya menatap Ariastella.

TAWS (2) - AriastellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang