Ini entah keberapa, namun bisa di hitung jari Ariastella melihat secara langsung pengawal Ayahnya yang ia bilang hilang-hilang. Katanya mulai sekarang dia tidak akan hilang-hilang lagi.
"Ayah!"
Austun yang ada di dalam ruangan agak kaget dengan suara Ariastella sedangkan yang dipanggil menoleh dengan tenang.
"Ada apa?" Kaillos meraih beberapa laporan yang diberikan oleh pengawalnya sedangkan Austun tampak masih memeriksa beberapa dokumen.
Ariastella tidak datang sendirian, dia membawa sesuatu. Mungkin tidak begitu berarti namun, Ayahnya yang paling kehilangan setidaknya biarkan Ayahnya tidak gila kerja demi mengobati rasa sesak di dadanya.
"Aku membuat kue. Ini benar-benar hasil tanganku." Hillary dengan membawa sebuah troli mendekat. "Aku tidak yakin Ayah suka karena ini agak manis, tapi tadi Rei bilang baik-baik saja jadi aku rasa itu akan sama dengan selera ayah."
Ariastella meraih sebuah kue yang ia hias dengan beberapa kelopak bunga yang tentunya bisa di makan, dia memotong menjadi beberapa bagian dan memberikan pada Austun dan juga pengawal Ayahnya yang bisa menghilang itu.
Kaillos tidak pernah menolak apapun yang Ariastella bawa padanya. Ini bukan kali pertama, beberapa hari lalu Ariastella juga membawa jus dan teh yang terbuat dari bunga, katanya agar perasaan Kaillos lebih tenang.
Ia agak kaget karena Putrinya membawa kue yang katanya di buat secara langsung. Setahunya Ariastella tidak bisa masak, jadi agak mengagetkan jika yang dibawa anak itu adalah kue.
Tidak terlalu manis dan aroma wangi bunga adalah yang tercium dari kue tersebut. Sepertinya ini inovasi baru.
"Apa Yang Mulia membuatnya sendiri?" Austun bertanya.
"Tidak benar-benar sendiri sih, beberapa pelayan juga membantu tapi ide awalnya dariku." Ariastella tersenyum. "Apa baik-baik saja?"
"Ini enak." Austun tersenyum.
Kali ini tatapan Ariastella mengarah pada pengawal sang Ayah yang biasanya tidak terlihat. Tampak agak gugup karena Ariastella kelihatan sangat menunggu jawaban.
"Enak." Pengawal itu akhirnya mengangguk pelan.
Tatapan Ariastella kini mengarah pada Ayahnya yang ternyata telah menghabiskan sepotong kue tersebut. "Aku senang kalau Ayah menyukainya."
Kaillos menatap Ariastella yang tersenyum. "Kau berjuang dengan baik."
Ariastella tersenyum lebar. "Terima kasih, Ayah."
***
Hari ini dia di latih oleh Rei secara langsung. Lama kelamaan Ariastella semakin bisa mengendalikan sihirnya, walaupun tetap terkadang ledakan Mana tidak dapat di hindari. Itu membuat beberapa tubuhnya terdapat lebam karena efek Mana yang meledak di dalam tubuhnya.
"Kau harus fokus." Rei kembali bersuara.
Ariastella akhirnya berlatih menggunakan pedang sungguh, dan kali ini dia belajar menyalurkan sihir ke sesuatu. Perantara kali ini adalah pedang, dia bukan mau menjadi sword master hanya belajar menyalurkan sihirnya.
Dia memiliki Mana yang mudah meledak jika mencapai batas, maka dengan menyalurkan Mana ke tempat lain di harapkan ia tidak mencapai limit dimana Mananya akan meledak dan akhirnya tetap bisa menggunakan sihirnya sendiri selama yang ia mau.
"Ini sulit." Rasanya menyalurkan Mana yang ada di tubuhnya ke benda mati sangat sulit. Karena tidak memiliki Mana, maka mengalirkan ke benda mati sama saja mengalirkan ke udara yang tidak ada perantara apapun. Itu sulit karena memerlukan konsentrasi yang sangat tinggi.
YOU ARE READING
TAWS (2) - Ariastella
FantasyThe Another World Series (2) - Ariastella Cerita berdiri sendiri. Sebuah kutukan membuat setiap anggota kerajaan baru akan mendapatkan 'ciri khas' dari keturunan Raja saat umur keenam. Dia hanya gadis biasa yang katakan saja bereinkarnasi atau hi...