Bab 15 : Insiden

330 56 15
                                    

Happy Reading.

———————————————

"Pinter banget, sih, anak Mamah. Disuruh beli kol, malah belinya sawi," puji Lita kepada Dania.

Setelah pulang dari supermarket, Dania menyerahkan belanjaan kepada sang ibu. Tetapi ada yang salah dibeli, itulah sebabnya Lita memuji kejeniusannya.

"Untung aja cabenya nggak Dania ganti jadi cabe-cabean, Mah."

Lita memijit pangkal hidungnya. "Pusing Mamah, Dann. Kamu tuh belanja sambil merem, ya? Ngawur gini," ujarnya.

"Mamahku yang cuantik, salah satu sayur aja kok. Mirip, sih, itu sayurnya," balas Dania.

Lita mengibaskan tangannya. "Iya deh, iya, sana kamu masuk kamar aja, terus browsing di google penampakan kol, ya."

Dania tertawa, ibunya ini humornya sama dengan dirinya. "Penampakan, hahahaha." Melangkah menuju kamar pun masih tertawa.

*  *  *

Sore ini Dania belum juga pulang, karena setelah dari restoran, ia harus mengecek perkembangan toko kosmetiknya.

"Jadi besok sudah bisa di buka, ya?" tanyanya pada mandor.

Mandor Itu mengangguk. "Iya, Bu, sudah selesai pembangunannya."

"Oke, nanti saya transfer kekurangan pembayaran Bapak dan tukang yang lain. Terimakasih ya, Pak."

"Sama-sama, Bu. Kalau begitu saya pamit dulu. Permisi." Pak mandor itupun pergi dari sana.

"Akhirnya kelar juga, besok peresmian, deh. Semoga lancar dan semoga ini awal bisnis gue yang baik," doanya.

Berniat pulang, tetapi ia baru ingat tidak membawa kendaraan. Mau pesan ojek online, ponselnya habis baterai.

Sungguh malang nasibmu, Nak.

"Masa jalan kaki, sih? Kan, lumayan jauh ...." Mau tak mau ia harus jalan kaki, karena jam segini mana ada bus atau angkutan lewat.

Sudah sekitar dua puluh menit ia jalan, tetapi rasanya sudah dua jam. "Kenapa kayanya jalannya jauh banget, sih, nggak sampe-sampe."

Tak terasa malam pun sudah tiba. Dania melirik jam yang berada di pergelangan tangannya. Pukul 18.30 WIB? What?! Lamanya dia berjalan.

Hingga tak sadar saat ia menyebrang, ada sebuah mobil dengan kecepatan lumayan cepat.

BRAAKK

Tabrakan tak bisa dihindari, suaranya membuat yang mendengar ngilu. Dania meringis sakit di bagian kepalanya. Dalam hatinya mengumpati si pengendara mobil itu.

"Maaf, saya tidak sengaja."

Tunggu-tunggu, kaya kenal suaranya. Dania mendongak, alangkah terkejutnya melihat orang yang berada di depannya.

Farel, pemuda itu pun sama terkejutnya dengan Dania. Gadis itu bangkit sendiri, karena Farel hanya diam tanpa berniat membantunya.

"Kalau nyebrang lihat kiri-kanan!" ketus Farel.

Dania mendumel. "Saya, tuh, nggak lihat ada mobil kamu. Mana nggak ada niatan bantu saya lagi. Aww ...."

Dania meringis, merasa kepalanya nyeri. Tangannya memegang kepalanya, ia sedikit terkejut karena ternyata kepalanya berdarah, tepatnya di pelipis.

Jangan tanyakan orang-orang lain, karena saat ini sudah malam dan jalanan lumayan sepi.

"Ayo antar saya ke rumah sakit, takut gagar otak." Dania menarik tangan Farel menuju ke mobil pemuda itu.

Not Baperan 2 [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora