Bab 16 : Alasan

353 48 13
                                    

Happy Reading.

————————————————


Malam ini, Keluarga Calvin sedang berkumpul di ruang keluarga. Calvin dan Lita sedang menonton sinetron suara hati suami, Rizki sedang bermain ponsel bertukar pesan dengan Inna, dan Ara—si bungsu sedang membaca komik.

"Itu kasian, ya, suaminya diselingkuhin," ujar Lita sedih karena melihat cerita sinetron itu.

"Iya, tapi kamu nggak bakal selingkuhin aku, kan?" tanya Calvin.

Lita menggeleng, "Ya, nggak, dong. Kan cinta," sahutnya.

Lalu mereka berdua berpelukan, Rizki mendengus malas melihatnya. Ara hanya menghela nafas, kecil-kecil sudah melihat adegan itu. Dasar tidak tahu tempat!

Lita menjauhkan tubuhnya dari sang suami, "Eh, Dania masih belum pulang juga?" tanyanya.

"Mungkin masih di resto kali," balas Calvin mencoba berfikir positif. Ia juga bingung, kenapa anak gadisnya belum pulang?

"Tapi, kok, perasaan Mamah nggak enak, ya?" Lita terlihat khawatir, pasalnya ini sudah hampir jam sembilan malam.

"Mamah tenang dulu, Abang telpon Dania dulu, ya." Lita dan Calvin menanggapi ucapan Rizki dengan anggukan kepala.

Rizki menelepon adiknya, tetapi nomornya tidak aktif. "Nggak aktif, Mah. Mungkin Dania habis baterai. Bentar lagi Dania pasti pulang, kok."

Ara yang sedang membaca buku pun turut berbicara. "Iya, Mah, Kak Dania mungkin lagi ke store, iyakan?"

"Iya, mungkin lagi di store," ucap Lita menyakinkan dirinya sendiri.

*  *  *

Beberapa menit menunggu, akhirnya Dania yang melihat orang itu datang. Dengan cepat ia menarik kerah kemeja yang orang itu pakai menggunakan tangan kiri, dan tangan kanannya ia gunakan untuk memberikan satu pukulan keras di pipi kiri orang itu. "Maksud lo apa fitnah gue?!"

"Dann, pelipis kamu berdarah." Orang itu mengusap sudut bibirnya yang robek akibat pukulan Dania. Tetapi ia juga khawatir karena ada darah di pelipis Dania.

"Nggak usah peduliin gue. Gue udah tau lo, kan, yang kirim pesan ke Farel soal gue di taman belakang perpus kampus. Lo fitnah gue kan, Az?"

Azka, pemuda itu terkejut karena Dania sudah mengetahui semuanya. Seharunya ia membuang saja nomor telepon sialan itu. Ia harus pura-pura tidak tahu, "Aku nggak tau apa-apa, kenapa kamu bilang gitu?"

"Nomor telepon itu, punya lo, kan?! JAWAB, AZ!!" teriak Dania.

"Iya, itu semua ulah aku. Aku yang suruh Bagas, sepupu aku untuk bikin seolah-olah kamu sama dia ciuman. Aku juga yang udah kirim pesan itu ke Farel, supaya dia cemburu dan marah sama kamu."

"Kamu pasti heran kan kenapa Farel langsung mutusin kamu? Karena dia juga melihat kamu sama Bagas dekat waktu itu, jadi lebih mudah aku menghasut Farel. Itu semua rencana aku."

Dania menggeleng tak percaya, Azka orang yang selama ini sudah ia anggap seperti sahabatnya sendiri tega melakukan hal itu.

"Aku juga udah suruh Bagas untuk mengikuti kamu waktu kamu lari di acara ulang tahun perusahaan Ayah aku, karena aku liat Farel keluar setelah kamu keluar. Dan, ya, sesuai ekspektasi aku, Farel makin benci sama kamu," ucap Azka mengakhiri ceritanya.

"Kenapa?! Kenapa lo tega sama gue, Az?! Kenapa lo lakuin ini?! Gue punya salah sama lo?!"

Azka dengan cepat menarik Dania yang kembali terisak kedalam pelukannya. "Kamu nggak salah, Dann. Aku cinta sama kamu, aku lakuin itu supaya kamu jadi milik aku. Tapi aku sadar cara aku salah. Maafin aku, Dann, i love you."

Not Baperan 2 [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن