7. Liu Yangyang

2.7K 345 24
                                    

Dengan penuh kebingungan, Haechan menatap Yangyang yang kini sudah gugup setengah mati. Ekspresi penuh tanya yang Haechan berikan cukup memberikan ancaman pada Yangyang. Pasalnya, jika ia membongkar seluruhnya sekarang maka Renjun pasti tidak akan mengampuninya.

Sangat tidak lucu hanya karena rahasia besar yang Renjun tutup rapat-rapat terbongkar dengan mudahnya hingga dikemudian hari mayat Yangyang ditemukan tak bernyawa karena ditikam sahabatnya sendiri.

Pria Liu itu bahkan sampai bergidik kala membayangkan nya. Ia juga merutuki oknum yang membuat nya berada di posisi sulit ini, Shotaro dengan segala akalnya memilih langsung pergi dari sana setelah tidak sengaja keceplosan menyebut jika Renjun sedang sakit. Dan Yangyang pun bersumpah akan menggiling anak itu setelah ia terbebas dari Haechan.

"Hng, Haechan aku--

--bisa kau jelaskan tentang apa yang baru saja dikatakan oleh teman mu tadi. Tentang Renjun yang sakit? Apa maksudnya?"

Yangyang menelan ludah, "Osaki kau tidak akan lepas dari ku setelah ini."

"Ada apa? Kenapa dengan Renjun? Katakan apa yang terjadi pada kakak ku, Liu Yangyang!" Desak Haechan tak sabaran.

"Haechan, Shotaro berbohong, Renjun baik-baik saja. Dia sehat, dia ada dirumah sekarang."

"Dia dirumah dalam keadaan sehat atau sakit. Jelaskan pada ku!!"

"Hae--

--Yangyang, ku mohon. Aku tidak tahu apapun tentang saudara ku itu sejak lama. Kami tidak sedekat yang orang-orang lihat saat dirumah dan aku menyesal karena tidak pernah tahu apapun tentangnya," Pemuda bersurai hitam itu menunduk, membuat Yangyang menjadi tidak tega.

Yangyang membuang nafas kasar. Mengacak surainya, kebingungan. Mau tidak mau ia harus menceritakan nya sekarang.

"Baiklah. Tapi jangan anggap aku mengatakan kebohongan padamu. Karena yang terjadi pada Renjun sekarang bukanlah sesuatu yang baik untuk didengar oleh siapapun termasuk kau, Lee Haechan."

Dan Haechan pun terdiam setelahnya.

🍀

Sinar senja mulai merangkap masuk kedalam jendela seseorang yang mulai mengedipkan matanya. Ia, Renjun mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk dan seketika tersadar bahwa dirinya sudah pingsan dalam waktu yang cukup lama.

Pemuda itu memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. "Sshh.." ringisnya.

Ceklek!!

"Injun?"

Ia mendongak, menatap sosok dengan suara bariton yang barusan memanggilnya. "Papa?" Renjun mencoba duduk, tapi segera ditahan oleh Eunhyuk yang buru-buru mendekati si bungsu.

"Eh, jangan. Kau tidak boleh bangun dulu. Fisik mu masih lemah, nak. Berbaring saja."

"Biarkan aku duduk, pa. Tubuh ku terasa remuk jika harus berbaring terus."

Eunhyuk mengalah, memilih membantu Renjun yang bersikeras ingin duduk. Lantas, pria tersebut berlutut disamping putranya. Tangannya yang besar dan keriput mengusap pipi Renjun yang tirus. Ketika tatapan sang ayah mulai berubah menjadi sendu, langsung saja Renjun bersuara.

"Jangan tatap aku begitu. Aku tidak suka, walaupun aku tahu papa begitu khawatir pada ku. Tolong, jangan berikan tatapan iba yang membuat ku ingin lenyap saja dari dunia ini."

"Ah, maaf nak. Papa tidak akan mengulanginya, bersiap pergi check up lagi?" Renjun menggeleng.

"Tidak ada gunanya lagi bukan? Untuk apa? Papa juga tahu kalau kanker yang ku alami ini tidak bisa disembuhkan"

Saat itu juga Renjun mendapatkan dekapan hangat dari sang ayah. Kalau boleh jujur, Eunhyuk tidak kuat melihat putranya begini. Meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah, tapi seorang ayah akan tetap menjadi seorang ayah. Tidak akan berubah sama sekali.

Apalagi saat ia menghadapi sisi rapuh Renjun yang begitu pilu. Eunhyuk sangatlah lemah jika sudah dihadapkan pada hal ini.

🍀

Haechan terdiam setelah mendengar penjelasan dari Yangyang. Dan si pelaku pembocoran rahasia itu hanya terdiam sembari mengumpat dalam hati, Shotaro benar-benar akan ia habisi jika Renjun tahu kalau dirinya memberi tahu saudaranya itu.

"Ka-kau tidak bercanda kan, Liu? Itu tidak mungkin" ucap Haechan tak percaya.

Yangyang mengedikkan bahunya, "Percaya tidak percaya, itu sebuah kenyataan. Aku harap kau tidak mencari ku apalagi Renjun setelah tahu semua ini"

Pemuda itu lantas berdiri dan bersiap pergi, namun tertahan kembali ketika suara Haechan terdengar.

"Memangnya kenapa jika aku mencari saudaraku lagi?" Yangyang tersenyum remeh mendengarnya.

"Karena aku yakin Renjun tidak ingin dan dua saudara mu sudah pasti tidak akan menerimanya kembali karena Renjun sudah membunuh paman Donghae dan bibi Yoona"

Kalimat terakhir itu ia tekankan agar Haechan tak bersikeras kembali menemuinya untuk menanyai kabar Renjun.

Yangyang kembali tersenyum remeh, "Selamat tinggal, Lee Haechan. Mungkin kalau kau berusaha lagi, Renjun akan luluh. Tapi yang pasti, umurnya tidak akan lama"

🍀

"Kemari kau, Shotaro. Aku tidak akan memaafkan mu atas hal tadi itu"

"Ahh... Sebentar dulu, Liu. Itu bukan salah ku, lagipula aku tidak tahu jika ada Haechan disana. Hei, hentikan. Ya ampun, Liu Yangyang"

Sesampainya di parkiran kampus karena Yangyang berniat untuk pulang setelah hal ini. Ia langsung membalas Shotaro yang untungnya tengah berada diparkiran ingin mengeluarkan mobilnya lagi.

Itu kesempatan yang bagus, bukan? Anak itu langsung menyerang dari belakang, memiting leher yang lebih muda satu bulan darinya itu hingga membuat Shotaro kaget dan hampir tersungkur kedepan.

"Jangan terlalu banyak alasan, pemuda Jepang. Kau menyebalkan. Heh...."

"Akh... Iya, baiklah. Hentikan, aku tidak akan mengulanginya lagi. Kumohon, ekh.... Liu...."

Yangyang melepaskannya, nafasnya terengah-engah karena Shotaro yang terus memberontak untuk dilepaskan. Juga sama halnya dengan Yangyang, Shotaro mengalami hal yang sama.

"Dan sekarang aku tidak tahu harus bagaimana?" Yangyang menekuk lututnya. Ia merasa bersalah sekarang, rahasia yang sejak dulu ia jaga ia sendiri sudah membongkarnya.

Shotaro memalingkan wajahnya, "Jalannya hanya satu. Biarkan waktu yang menjawabnya atau mungkin kau memilih opsi kedua pilihan ku--

--Jelaskan pada Renjun secara perlahan saja, yakinlah bahwa dia akan mengerti Liu"

Yangyang menatap pemuda Jepang itu dengan alis terangkat.

"Sejak kapan kau menjadi bijak, Osaki?"

Tak!

"Astaga, ini sakit. Kenapa kau memukul kepala ku, hah?"

Shotaro mendengus, "Kau pikir aku tidak bisa dewasa, hah? Jangan mengada-ada, Liu. Aku bisa mengatakan hal bijak apapun, sesuai situasi tentu saja"

Diakhir kalimat, Shotaro menyengir tak berdosa. Yangyang sendiri memutar matanya malas.

"Ck, terserah kau saja"

🍀

TO BE CONTINUE

Goodbye Brother✓ [REVISI]Where stories live. Discover now