🌞Part 1 : awal pertemuan 🌞

1.1K 58 4
                                    

Arna menghembuskan nafas lelah. Bekerja sebagai sekretaris CEO membuat dirinya benar-benar sibuk. Ia harus berurusan dengan tumpukan kertas dan bolak-balik ke ruangan CEO yang selalu memanggilnya untuk alasan entah itu sepele atau hanya sekedar memberikan berkas yang harus di tanda tangani oleh atasannya.

Bukannya Arna tidak ingin bersyukur, Arna sangat bersyukur kok tapi ada masanya Arna ingin mengeluh lelah karena pekerjaannya. Lagipula gaji yang di berikan setimpal dengan pekerjaannya.

"Woi, Ar! Jam makan siang nanti kita makan bareng ke kantin, ye?" Itu suara Daichi teman sekantor Arna sekaligus sahabat Arna saat di bangku menengah atas.

Dia mengundang Arna untuk makan siang bersama di kantin kantor nanti saat istirahat makan siang. Kebetulan ruangan sekertaris dengan ruangan pekerja biasa berdekatan. Jadi Daichi mudah untuk ke ruangan Arna yang jaraknya tak jauh dari ruangannya.

Arna menoleh sekilas menatap Daichi jengah. "Iya entar gue nyusul deh, kerjaan gue lagi banyak nih. Numpuk banget. Mana pak Arnold hari ini ambil cuti. Jadi tugasnya gue deh yang harus kerjain," ujar Arna yang di angguki Daichi.

"Santai aja sih gak usah keburu-buru. Kalau entar kantin kehabisan makanan, bini gue bawain bekal kok. Entar kita bagi dua deh."

Arna memutar bola matanya malas. Sungguh dirinya jengah jika Daichi membahas tentang istri. Baginya itu adalah hal sensitif yang tak ingin ia dengar.

"Diem deh lu. Gue tau lu udah kawin gak usah bikin gue tambah panas. Cukup pekerjaan gue aja yang buat gue panas, lu jangan!"

Daichi tertawa, dirinya sangat menyukai perubahan raut muka Arna jika menyangkut perihal rumah tangga.

"Makanya cepetan kawin, Ar! Biar nanti kalau berangkat kerja ada yang nyiapin bekal. Pangkat boleh sekertaris, tapi status masih bujangan." Arna mendengus, dengan cepat ia melempar Daichi dengan kertas yang ia remas-remas menjadi bola.

Tapi naas refleks Daichi lebih gesit daripada lemparan Arna. "Hahahaha, Arna, Arna. Bujangan lapuk yang suka sesama jenis," kelakar Daichi yang membuat Arna menggeram kesal.

Memang lawakan seperti itu sudah biasa Arna dengar sesama rekan kerjanya. Bahkan gosip seorang Arna yang menyukai sesama jenis sudah tersebar luas di kalangan teman kantornya. Sampai-sampai hal tersebut menjadi bahan ejekan teman seperkantoran Arna. Tapi itu tak membuat Arna marah ataupun geram.

Ia hanya memasukan ke telinga kiri dan keluar ke telinga kanan saja. Baginya itu hanya angin lalu yang tak perlu untuk di gubris.

Arna siap-siap ingin melempar Daichi menggunakan tumpukan kertas karena saking kesalnya. Tetapi Daichi sudah kabur dan pergi ke ruangannya dengan tertawa terpingkal-pingkal.

Eh, woi! Salah server

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eh, woi! Salah server. Kenapa malah jadi kursi.

"Sabar, Ar. Orang sabar dapat jodoh cantik, awet muda, bahenol. Kalau bisa bahenolnya ngelebihin  Miyabi," gumam Arna sembari mengelus dada sabar. Selain suka pekerjaan Arna juga suka dengan perempuan dengan bodi mirip gitar spanyol yang meliuk-liuk.

Live With Akang Bujang (ON-GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang