0

3.2K 390 61
                                    

"Bagaimana bisa...? "

Maniknya menatap tak percaya, seolah dia melihat sesuatu yang seharusnya tidak pernah ada.

Lawan bicaranya menatap, tersenyum. "Kegelapan membawaku kembali. "

Bakugou menjatuhkan ponselnya. Tidak, seharusnya tidak begini.

Dia telah mati di depan matanya.

Jadi kenapa, dia bisa ada di hadapannya sekarang?

Seolah kejadian saat itu hanyalah mimpi.

"Ada apa? Sebegitu mengecewakannyakah melihatku lagi, Kacchan?" tawanya.

.
.
.
.
.

'Tidak berguna. '

'Untuk apa kau hidup, huh? '

'Tidakkah kau hanya mempermalukan keluargamu? Mereka pasti kecewa kau tidak mewarisi apa pun. '

'Kau hanya hidup sebagai beban, menyedihkan. '

Seorang anak mendatanginya dan menumpahkan isi sampah ke atas kepalanya. Seisi kelas tertawa melihat kekacauan yang ada sekarang.

Tok tok..!

Midoriya terbangun saat dia mendengar ketukan halus di pintunya.

"Izuku, kau bisa terlambat. "

Dia membalik tubuhnya dan meraih ponsel di atas meja belajar, sinar dari layar memancar menerangi wajah. Dia memejamkan sebelah mata karena cahaya serasa menusuknya.

Pukul tujuh pagi.

Midoriya mengusap wajahnya, dia lupa menyetel alarm untuk membangunkannya pukul setengah tujuh. Semalam dia langsung terlelap.

"Izuku? " suara Inko kembali terdengar.

"Ha'i, aku sudah bangun, Kaa-san. " jawabnya selagi dia beranjak meninggalkan tempat tidurnya.

Inko pergi dari depan pintu untuk kembali ke dapur. Midoriya membuka tirai jendelanya, cahaya mentari pagi menyeruak semakin cerah ke dalam kamarnya.

Midoriya menutupi matanya, menatap keluar dari sela jemari. Setelah terbiasa dengan cahaya, dia menurunkan tangan dan melihat cuaca di luar begitu cerah.

Manik hijaunya menatap langit biru dengan redup.

Pemandangan itu tidak menghibur dirinya. Dia tidak merasa segar, tidak merasa jika itu adalah hari yang bagus dengan cuaca yang ada.

Ingatan kecil mengenai mimpinya tadi membuat Midoriya segera mengusap wajahnya dan menghela napas, menjauh dari jendela.

"Kapan aku akan berhenti memimpikan hal seperti itu?"

Mengingat waktu terus berjalan, Midoriya melangkahkan kakinya keluar dari kamar untuk segera mandi dan bersiap.

Dia mengenakan seragam dengan mematut diri di depan cermin di dekat lemarinya. Jemarinya memasang kancing terakhir kemeja hitam seragam sekolahnya.

Tangannya turun ke samping tubuh. Midoriya memandang penampilannya di depan cermin. Merapikan sedikit rambut hijaunya.

Ketika dia ingat sesuatu, gerakannya terhenti dan dia berhenti merapikan rambut.

"Untuk apa? Tidak ada gunanya mencoba datang serapi mungkin. Tidak akan ada yang berubah. "

Midoriya memalingkan wajah dari cermin dan menyambar tasnya untuk segera keluar.

Hero(?)-Villain Deku AU (Completed) Where stories live. Discover now