14. Berkunjung ke Rumah Mertua

5.6K 791 58
                                    

Fira turun dari mobil Kafka begitu mereka telah tiba di depan rumah mertuanya. Ia diajak suaminya itu untuk masuk ke dalam rumah. Yang mana rupanya kedatangan mereka telah ditunggu oleh mertuanya.

"Kamu sehat 'kan, Sayang? Kafka gak berbuat yang macem-macem sama kamu 'kan?" tanya Dyah pada menantunya itu. Fira pun tersenyum sebelum menjawab pertanyaan itu.

"Iya, Ma. Fira sehat kok. Dan Mas Kafka juga gak pernah macem-macem," sahut Fira.

Berbuat macam-macam seperti apa yang mama mertuanya maksud di sini? Kalau perihal hubungan suami istri, rasanya tidak bisa dikatakan macam-macam. Toh mereka sama-sama mau.

Di saat mereka mengobrol, tiba-tiba keluarlah Raihan. Fira dan lelaki itu pun sempat bertemu pandang, tapi segera saja Fira mengalihkan tatapan ke arah lain.

"Istri kamu mana, Rai? Sini ajak kenalan sama Fira. Karena sekarang Fira udah jadi istrinya Mas kamu," ujar Dyah memberitahu.

Fira bisa melihat keterkejutan di wajah Raihan. Ia bertanya-tanya apakah sebenarnya lelaki itu belum tahu perihal pernikahannya dengan Kafka? Sementara Kafka bisa tahu kalau adiknya hanya pura-pura terkejut.

"Ada di kamar kok, Ma," sahut Raihan. Lantas ia melangkah menuju kamarnya seraya memanggil sang istri. "Sayang..."

Tak pernah Fira kira kalau dirinya akan berada di situasi seperti ini. Di mana yang dulu berstatus suaminya kini malah menjadi iparnya. Sementara kakak iparnya malah menjadi suaminya. Takdir benar-benar tidak dapat diprediksi.

Dulu dirinyalah yang Raihan sebut dengan panggilan sayang. Tetapi sekarang sudah ada orang lain. Dan Fira pun harus sadar kalau dirinya juga sudah memiliki Kafka.

"Iya, Sayang? Loh ini 'kan?" ujar wanita itu kebingungan saat matanya menangkap kehadiran Fira.

"Ini Fira, Lidya. Mulai sekarang dia sudah menjadi istrinya Kafka," sahut Dyah memberitahu.

"Oh."

***

"Aku senang karena akhirnya kamu bisa mendapatkan penggantiku, Ra. Dan aku yakin kalo Mas Kafkan gak akan ngecewain kamu."

Fira terdiam ketika mendengar perkataan Raihan. Ia yang tadinya pergi ke dapur untuk mengambil air minum, tak menyangka kalau Raihan akan menyusulnya.

"Thanks. Aku rasa juga begitu. Mas Kafka orangnya baik dan dia gak mungkin ngecewain aku seperti yang kamu lakuin," sahut Fira telak.

"Baguslah. Aku harap kamu selalu bahagia sama dia."

"Hm. Kamu juga."

Kamu? Biasanya Fira akan memanggil Raihan dengan sebutan Mas. Tapi sekarang, dirinya ingin kalau panggilan Mas hanya ditujukan untuk Kafka.

"Aku permisi," pamit Fira. Ia pun segera melangkahkan kaki untuk meninggalkan Raihan dan menghampiri Kafka ke kamarnya.

Fira mengulas senyum pada suaminya. Ia segera melangkah mendekati Kafka dan duduk disebelahnya. Lantas Fira menyenderkan wajahnya di bahu sang suami.

"Kenapa? Ketemu Raihan ya?" tanya Kafka lembut seraya menyentuh bahu istrinya.

"Ketahuan ya, Mas?"

"Tadi Mas mau nyamperin kamu, tapi keduluan sama Raihan. Mas pikir ada yang mau dia bicarain sama kamu, jadi ya sudah."

"Heem. Kami cuma ngobrol biasa aja kok, Mas. Gak macem-macem."

"Mas tau dan Mas percaya sama kamu, Sayang," sahut Kafka. Ia merapikan rambut Fira lantas mengecup keningnya.

Sudah sepantasnya Fira membuka hati untuk Kafka karena mereka suami istri. Apalagi Kafka selalu memperlakukannya dengan baik. Ia pun menghambur ke dalam pelukan suaminya itu.

Marriage with My Ex Brother in Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang