18

3.2K 37 0
                                    

Devin menatap Safira yang kini terlihat sangat antusias menyiapkan keperluan mereka saat ini, padahal ia sudah melarang istrinya itu untuk melakukannya. Mereka bisa membeli pakaian baru disana tanpa perlu membawa banyak baju.

Sebenarnya hanya satu, Devin tidak ingin istrinya itu lelah karena terlalu banyak beraktivitas. Dari dulu, daya tahan tubuh istrinya itu tidak sekuat perempuan diluar sana yang sebaya dengannya.

"Sayang udah. Kita beli disana aja ya!" Devin memeluk Safira dari belakang. Mengunci pergerakan istrinya yang terus memasukkan pakaian mereka dari lemari kedalam koper. Keduanya kini berada dalam walk in closet yang dipenuhi barang mahal didalamnya. Ada baju, kemeja, tas, perhiasan, jam tangan, sepatu, semua tersimpan rapi di dalam lemari kaca yang transparan.

"Tapi..."

"Aku nggak mau kamu capek. Kita bisa beli." Kata Devin mengeratkan pelukannya.

Safira mengangguk lucu, ia lalu meletakkan kembali pakaian yang akan ia masukkan kedalam koper. Tubuhnya bersandar nyaman didada bidang Devin.

"Safira nggak sabar ketemu Kenzo sama Kenza." Ucap Safira, berbalik menghadap Devin.

"Makasih. Safira sayang Devin." Safira mengalungkan kedua tangannya pada leher Devin dan mencium bibir suaminya sebentar. Hanya menempel, membuat Devin mengerutkan alisnya tak suka.

"Apa itu?" Devin bertanya.

"Safira cium Devin loh." Jawab Safira.

"Yang lama sayang." Pinta Devin, yang jelas saja dituruti Safira setelahnya.

"Disana jangan nakal, jangan gangguin Kenza sama Kenzo." Kata Devin memperingati begitu ia selesai dengan cumbuannya. Bukan apa, Devin hanya tidak suka jika di abaikan.

Masih dengan napas yang ngos-ngosan layaknya habis lari marathon, Safira menatap Devin penuh tanya. Tidak mengerti dengan maksud suaminya, Safira merasa tidak pernah nakal dan mengganggu anaknya itu.

Devin menghela napas, "Nggak usah dipikirin, sayang. Ayo berangkat."

"Tapi Safira nggak pernah gangguin Kenzo loh." Safira membela diri.

"Safira juga nggak pernah nakal. Safira nurut kalo Devin bilangin Safira." Lagi, wanita cantik yang menjadi istri Devin itu kembali menyangkal.

"Iyain," Devin mengalah, wanita selalu benar dan pria selalu salah. That's right?

Mereka berdua berjalan menuju atap, dimana jet pribadi Devin sudah menunggu. Keduanya akan menyusul Kenzo yang katanya lagi minggat.

Devin sebenarnya malas menyusul Kenzo, malah sebenarnya jika Kenzo minggat ia mensyukurinya, dengan begitu ia bisa bebas bermesraan dengan istrinya. Namun, itu cuma angan-angan Devin. Nyatanya angan-angannya tak nyegerin realitanya.
Safira merengek padanya, istrinya itu ingin menyusul Kenzo, bahkan Safira dengan berani menggodanya. Devin mana tahan, burungnya selalu geleman jika godaannya adalah selangkangan istrinya.

***

"Terus sayang ahh..." Cairan kental itu keluar membasahi tangan mungil milik Kenza yang memegang kejantanan Kenzo.

Kenzo mendesah lega dan menarik Kenza dalam dekapannya. Hasratnya semakin tidak terkendali untuk menyetubuhi gadisnya ditempat terbuka seperti ini.

"Lain kali jangan nakal sayang." Kenzo berucap lirih, tangannya memainkan payudara Kenza, meremasnya dengan lembut.

"Nggh Kenzohhh."

Shit! Kenzo tidak bisa menahannya, padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyentuh gadisnya sampai mereka menikah nanti.

Za For Zo (ZAZO)_END TERSEDIA PDFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang