M25 - The Misterious Chester

233 24 2
                                    

°•○●○•°

SUARA dentingan piring membuat tidur Melody terganggu. Alhasil gadis ini terbangun dan langsung menatap sesosok pelayan yang berdiri di samping ranjangnya. Pelayan itu terlihat tengah menyiapkan sarapan pagi dengan membawa sepiring makanan beserta susu lalu menyimpannya di atas nakas.

Yup, hari sudah berganti menjadi pagi saja. Pikiran Melody melayang mengingat kejadian saat malam.

"Dia siapa?"

"Kekasihku."

Setelah mendapat jawaban seperti itu, entah kenapa Chester langsung pergi begitu saja--meninggalkan Melody sendirian. Dan akhirnya Melody memutuskan untuk kembali ke kamarnya lalu tidur.

"Selamat pagi, Nona," sapa pelayan tersebut ramah, membuat Melody menoleh ke arahnya.

... Nona.

Melody berdesis ketika dirinya dipanggil dengan sebutan itu. Hal tersebut langsung mengingatkannya kepada Chester, lagi. Pasalnya, lelaki itu selalu saja memanggilnya dengan panggilan 'Nona'. Menyebalkan.

"Saya pergi dulu."

Setelah berkata seperti itu, pelayan tersebut melenggang pergi keluar kamar. Membuat Melody kembali menoleh ke makanan yang dibawanya tadi.

Selanjutnya Melody berdecak dan menyadari bahwa makanan yang dibawa oleh pelayan tadi bukanlah sepotong roti melainkan--

"Daging lagi?"

***

Setelah menghabiskan sarapannya dan berganti baju, Melody melangkahkan kakinya untuk keluar kamar dan pergi ke ruangan utama--di mana sudah ada Austin dan Xevanya yang tengah duduk di sana.

"Kau tidak mandi, Melody?" tanya Austin, menyembunyikan senyumannya.

Melody tersentak. Ia terkejut ketika Austin bisa menebaknya dengan benar. "Bagaimana kau tau? Ah, apakah sekarang aku terlihat seperti gembel?"

Xevanya dan Austin tertawa mendengarnya. "Kau malah terlihat seperti seorang puteri yang baru saja bangun dari tidur," sahut Xevanya yang kini menarik gadis itu untuk ikut duduk di sampingnya.

Bibir Melody mengerucut. Gadis ini mengusap-usap kedua matanya. "Memangnya kalian berdua mandi?"

"Iya lah! Mumpung jadi manusia. Entar kalo udah jadi mermet kaga bisa mandi lagi gue," balas Xevanya dengan kekehan kecil di akhir kalimatnya.

Melody terdiam. Entah secara sengaja atau tidak, Xevanya tadi menggunakan bahasa non baku. Apakah tidak apa-apa?

"Kenapa?" tanya Xevanya yang sadar dengan perubahan raut wajah Melody.

Melody bergumam. Matanya sekilas mengamati keadaan sekitar lalu berhenti untuk menatap Xevanya. "Hm ... lo tadi baru aja pake bahasa non baku. Emang gapapa kalo para werewolf itu denger?"

"Kenapa engga?" Itu bukan Xevanya yang menjawab, melainkan Chester sendiri yang baru saja muncul dan duduk di salah satu kursi yang kosong. Kini, keempat kursi yang mengelilingi sebuah meja itu telah terisi semua.

Kening Melody mengernyit. "Emang gapapa?"

Selanjutnya Chester tertawa kecil. "Gapapa lah. Lagian gue juga ngerti kok bahasa manusia modern itu," jawabnya.

"Werewolf kan gak sekuno para mermaid," sindirnya seraya melirik Austin di sudut matanya.

Austin yang kini tengah sibuk meminum teh hangatnya, secara refleks menoleh ke arah Chester dengan pandangan tajam. Sesaat kemudian Austin tersenyum miring. "Untung gue merman, bukan mermaid," balasnya kemudian.

Xevanya yang mendengar hal itu lantas melotot. Ia dengan cepat mencubit lengan Austin dan berkata, "Heh, Lo nyindir gue?!"

"Kenyataannya begitu," balas Austin tak mau kalah.

"Padahal kan mermaid dan merman itu sama aja," ujar Melody tiba-tiba, membuat Xevanya menghentikan aktivitasnya.

"Iya juga ya. Berarti lo juga sama kuno, Kak!"

"Engga ah, gue kan lamanya tinggal di daratan. Jadi gak terlalu kuno."

"Ya tetep aja!"

"Engga, beda."

"Dih, sama-sama duyung juga!"

"Lu yang duyung. Gua mah setengah manusia setengah duyung. Iya gak, Mel?"

Melody yang ditanya seperti itu langsung menggedikkan bahunya. "Gak tau."

"YAHAAHAHA!" Xevanya tertawa keras hingga suaranya itu memenuhi setiap sudut ruangan.

Austin yang melihat adiknya sebobrok dan sememalukan itu lantas menyumpal mulutnya dengan teh celup dan berkata, "Berisik, bego!"

Melody tertawa kecil melihatnya. Austin dan Xevanya selalu saja begini. Ah, Melody jadi benar-benar ingin mempunyai saudara sekarang.

Di sisi lain, tanpa sepengetahuannya, Chester tersenyum kecil melihat tawaan Melody. Gadis itu terlihat sempurna di matanya. Hatinya seketika menghangat mendengar tawaan halus dari Melody. Namun, belum lama setelah itu, Melody menyadarinya hingga membuat Chester sontak menormalkan ekspresinya.

Salah satu alis Melody terangkat, seakan bertanya, 'kenapa?'

Namun bukannya menjawab, Chester malah menggeleng kecil sambil tersenyum penuh misteri.

Ah, membuat Melody jadi takut saja.

___________________________________________

MELODY 2 || Who Are You?Where stories live. Discover now