13. Aku kacau tanpamu

11.1K 1.2K 208
                                    

Seokjin tercenung, bergeming diam memegangi perutnya. Sejak datang dari pagi, sampai matahari menyingsing membawa malam, hari ini. Seokjin masih merasakan perutnya bergejolak mual.

Terlebih saat sore tadi. Seokjin bahkan harus di bopong ayahnya kembali ke ranjang setelah jatuh meringkuk di depan closet.

Ibunya dengan yakin mengatakan kalau Seokjin sedang hamil. Tapi Seokjin sendiri tidak yakin, dan entah kenapa perasaan tidak ingin hamil dulu sejenak merayap kedalam rongga dadanya.

Ada banyak hal yang berkecamuk dalam pikiran Seokjin. Apalagi tentang susu hamil itu, tidak ada yang hamil di rumah mereka, tapi Namjoon membelinya.

Namjoon juga tidak jelas. Dosennya itu tidak memberikan cukup bukti kalau tidak berhubungan lagi dengan si mantan istri. Apalagi menjelaskan alasan keberadaan susu hamil yang dia beli.

Namjoon hanya mengatakan kalau dia tidak malu menikah dengan Seokjin dan ingin Seokjin mengatakan apa yang dia inginkan pada pernikahan mereka.

Yang Seokjin ingin tentunya Namjoon jauh jauh dengan gadis gadis cantik dalam hidupnya. Mau itu asisten dosennya, atau mantan istrinya. Rasanya Seokjin ada ditengah-tengah para wanita itu.

Tiga asisten dosen Namjoon adalah gadis-gadis muda yang menggemaskan. Mereka juga tampak aktif, cerdas, dan sudah tentu masuk sebagai kategori mahasiswi kesukaan Namjoon di kelas. Gadis-gadis itu pasti juga masih rapat.

Kemudian untuk mantan istrinya, Nyonya Sojeong. Wanita itu adalah wanita karir yang sukses. Ramah, pandai bergurau kata Namjoon dan yang lebih penting wanita itu adalah ibunya Soobin. Tentunya lebih berpengalaman.

Lalu Seokjin? Dia justru yang paling minus di antara orang-orang di sekitar Namjoon yang berpotensial.

Seokjin memang tampan, tapi sayangnya tidak terlalu cerdas, tidak terlalu aktif juga, tidak berpengalaman, tidak sukses, juga pasti sudah tidak rapat lagi.

Mengatup kan mulutnya, Seokjin menggelengkan kepalanya. Dia sendiri memahami kalau pikiran yang seperti ini datangnya memang dari dirinya sendiri.

Padahal sebelumnya dia tidak cukup peduli. Dia percaya Namjoon tidak akan seperti itu, tapi kenapa sekarang tiba-tiba dia tidak percaya pada dirinya sendiri. Dia ingin Namjoon dan semua orang di sekitar mereka tahu kalau Namjoon adalah suaminya.

"Kalau hamil, biasanya memang moody begitu" Itu kata ibunya setelah Seokjin reflek melempar apel ke lantai karena tidak mau di periksakan.

Seokjin jadi berfikir. Apa iya, dia hamil?
Tingkahnya jadi agak aneh, kesehatannya juga mendadak menurun seperti ini.

Seokjin mendongakkan wajahnya, Pintu kamar mandinya terbuka. Yoongi keluar dari sana dengan wajah segar. Seokjin sengaja mengajak teman karibnya untuk menginap di rumah ibunya malam ini.

Semula Yoongi enggan, katanya sedang ingin menikmati waktu senggang sambil bermain tunggang tunggangan bersama Park Jimin, seharian.

Tapi setelah Seokjin merengek dan mematikan ponselnya secara sepihak. Ibunya sigap meminta Yoongi datang menuruti Seokjin.

"Bayinya Seokjin biar tidak berliur terus nanti, nak" Ujar ibunya meyakinkan.

Jadi saat petang, setelah menuntaskan jadwal rutinnya bersama Jimin. Yoongi datang ke rumah Seokjin membawa beberapa perlengkapan untuk mengerjakan penelitiannya, juga satu bungkus pizza jumbo yang tandas tepat setelah dibuka.

"Pinjam hairdryer nya ya" Ujarnya meminta izin. Yoongi sering datang ke rumah orang tua Seokjin, tapi baru pertama kali menginap seperti ini. Apalagi selama mengenal Seokjin, yang dia tau Seokjin sangat tidak suka berbagi ranjang.

Married with Dosen [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang