A_10

24 5 0
                                    

Aksen seperti menarik ulur perasaanya, dan hal itulah yang membuat Lala yakin tidak yakin.

■■■

"Lepasin cewek gue."

"Aksen!"

Ketiganya menoleh. Pandangannya terpaku terhadap Aksen yang tengah berdiri tegap tidak jauh dari mereka.

Kedua laki-laki yang tertutupi masker serta hoodie itu semakin mempererat genggamannya terhadap tangan Lala. Perempuan itu berusaha memberontak sekuat tenaga--memperhatikan Aksen lekat yang tengah mengepalkan tangannya.

"Lepasin!"

"Lo siapa? Gue preman disini, lo ngehalangin gue, leher lo gue--"

"Gue pacar dia!" ucap Aksen tegas yang membuat ketiga-nya terlonjak kaget, termasuk Lala sendiri. Perlahan, genggaman kedua laki-laki itu melemah. "Mau?" Aksen menyodorkan sebuah pisau ke arah mereka yang membuat keduanya kelimpungan lalu mendorong Lala ke arah Aksen.

"Enggak, Bang! Enggak! Ampun, iya maaf banget maaf banget!"

Aksen menatap kedua laki-laki itu tajam lalu menurunkan pisaunya sesaat setelah mereka berlari kocar-kacir meninggalkan Aksen dan Lala.

"Huh! Dikata preman! Dicandain pisau gini aja takut!" Lala menjulurkan lidahnya, meledek kedua laki-laki tadi yang sedang berlari kencang. "Preman baru magang kali," cicitnya sekali lagi.

Lala lantas berhenti, lalu menoleh ke arah Aksen yang sedang menyimpan pisaunya di saku samping. "Makasih, Sen!" Aksen hanya mengangguk tanpa menoleh ke arah Lala.

"Lain kali jangan sendiri."

Pandangan Aksen berganti memandangi Lala yang sedang menatapnya lekat. Lalu, membungkukkan tubuhnya agar sejajar dengan wajah Lala. "Gue khawatir."

Senyuman di bibir Lala sedikit demi sedikit mula mengembang. Membuat jantungnya berdetak 2x lebih cepat dari sebelumnya.

"Masa?" tanya Lala meledek, yang hanya direspon dengan anggukkan kecil oleh Aksen. "Terus, kenapa lo ngaku kalau lo pacar gue?" tanya Lala lagi. Dia semakin mengembangkan senyumannya menunggu jawaban dari Aksen.

Aksen tiba-tiba menegapkan tubuhnya, lalu menghela nafasnya pelan. "Jangan salah paham."

Hal itu mampu membuat senyuman di bibir Lala sedikit memudar. Jangan salah paham? Maksudnya?

"Maksudnya?" tanya Lala penasaran. Pandangan netra mereka saling beradu. Saling menyimpan sesuatu yang belum diketahui. Yang satu menuntut jawaban, yang satunya lagi mencoba menahan ucapannya.

"BANGKE! PUNYA ADIK KELUYURAN MULU KERJAANNYA!"

"Bang Afka?"

Lala merotasikan kedua bola matanya saat Afka menghampirinya sambil mengendarai motor. "Kemana aja? Gue cariin di rumah, eh ternyata disini!" Pandangan Afka beralih menatap Aksen yang tengah menatapnya balik. "Sape nih?"

"Temen," jawab Lala. Dia tersenyum. "Aksen, ini abang gue Afka. Bang, ini Aksen."

Keduanya bersalaman lalu saling mengangguk satu sama lain. "Cakep nih, sabi lah jadi adik ipar gue, boleh, ya?" ucapnya sambil menepuk-nepuk bahu Aksen. Laki-laki itu tersenyum tipis, sesekali menatap Lala yang sedang berusaha menghentikan kakak laki-lakinya itu.

AKSEN [ON GOING]Where stories live. Discover now