🍂13🍂

588 155 63
                                    

Cahaya yang menyilaukan, itulah hal pertama yang Skyla rasakan ketika membuka mata. Kepalanya cukup pusing hingga dirinya masih kesulitan menyadari apa yang terjadi dengan dirinya. Sesekali Ia masih mengerjapkan mata, mencoba memperjelas penglihatannya. Sampai beberapa menit kemudian gadis itu menyadari bahwa dirinya masih berada di rumah sakit.

Tepatnya di UGD.

"Ng..gak. Tolong bawa saya pergi. Arrghh. Saya nggak mau di rumah sakit. Tolong..."

"Hei.. hei.. tenang. Saya panggilin dokter sebentar."

Seorang laki-laki bertubuh tinggi yang ternyata ditabrak oleh Skyla membawa gadis itu ke UGD. Skyla dengan panik menarik tangan lelaki itu.

"Nggak perlu! Saya mau pergi dari sini. Tolong..." Skyla hampir menangis. Kilasan memori menyedihkan nan pahit itu berputar di kepalanya. Sekyla dapat melihat dirinya yang menangis histeris dalam pikirannya itu, semakin merenggut ketangan pikirannya. Lelaki yang membawa Skyla ke UGD itu menatapnya kasihan. Apa gadis ini memiliki trauma?

"Iya saya akan membawa kamu pergi tapi harus lapor ke dokter dulu."

Raut Skyla semakin memucat. Dengan impulsive, dirinya bergegas bangun dan berniat untuk kabur. Lelaki yang menyadari pergerakan gadis itu pun dengan cepat menghalau gerakan Skyla membuat Skyla berteriak tertahan. Dengan impulsive pula, lelaki itu memeluk gadis yang terlihat mengkhawatirkan tersebut.

"Ada apa ini?" Salah seorang perawat juga dokter menghampiri keduanya.

"Ng.. dok sepertinya dia ada trauma. Mungkin saya mau pulang saja."

"Baiklah kalau begitu, saya akan tuliskan resep obat penenang."

"Baik dok, terima kasih."

🍂🍂🍂

"Hm...sebenarnya...."

"Tante, waktunya minum obat." Belum sempat Auriga menjelaskan, suara Kanya menginterupsi.

"Mama belum minum obat?" Auriga pun mengurungkan niat untuk menjelaskan pada mamanya.

"Nyokap lo baru sadar pas lo dateng jadi belum sempet makan juga obatnya belum diminum." Kanya menjelaskan. Auriga pun mengangguk.

"Auriga suapin ya mah.. Abis itu minum obat. Mama jangan mikirin apapun dulu, Auriga yang bakal jagain mamah."

Sang mama pun tersenyum. Auriga menyiapkan makanan dari rumah sakit. Saat mulai menyuapkan mamanya, tiba-tiba ingatan tentang Skyla yang merawat dirinya muncul begitu saja. Dalam hati, Auriga merasa khawatir sekaligus bertanya-tanya. Ada apa dengan gadis yang baru saja jadi pacarnya itu?

Beberapa hari kemudian.

Skyla tidak ada kabar. Sudah beberapa hari ini Auriga mencoba menghubungi tetapi nihil, ponsel gadis itu tidak aktif. Di sekolah juga Skyla tidak masuk, meskipun besok adalah hari terakhir sebelum libur dikarenakan kelas 12 akan ujian. Auriga belum bisa ke rumah gadis itu karena harus menjaga sang mama, sungguh dalam hatinya, Auriga sangat gelisah. Auriga begitu khawatir akan keadaan Skyla juga begitu.. kecewa karena Skyla menghilang begitu saja.

"Riga..."

"Iya mah?"

"Kamu gelisah banget, kenapa?"

"Nggak papa kok mah.. mama istirahat aja. Besok kan udah boleh pulang."

Cklek.

 Autumn Leaves Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang