Pagi masih segar dan aku
masih menanti di balik pintu.
Belum ada hiruk-pikuk pagi ini.
Hanya seonggok diri yang dipeluk sunyi.
Siang masih hangat dan aku
masih menanti ditemani sendu.
Kembali adalah kata yang kau bungkus
dalam janji. Mimpi yang terseret angin
dan tenggelam dalam hamparan sungai dingin.
Malam menua dan aku
masih menanti dalam belenggu.
Waktu menjelma teman dan musuh. Namamu
hinggap di barisan pohon kelapa sawit, udara
lembap, jalan-jalan sepi, dan orang-orang yang
tak menepi.
Kau adalah selamat tinggal yang tak pernah
diucapkan ayah. Makan siang keburu dingin di atas
meja. Kalimat lenggang penuh putus asa. Seharusnya aku
tahu bahwa pergimu membawa lenyap kemungkinan.
Fajar menetas, menodai langit yang luas.
Telinga yang belum dikecup. Bibir
yang belum diberi bisik pengantar tidur. Ufuk
yang bersinar terlalu bahagia sedang aku tanpa dirimu
segenggam gelap yang ingin terlelap.
YOU ARE READING
Surat-Surat yang Sedikit Ronyok dan Basah
PoetryAda kata-kata yang tak pantas kuucapkan Pesan-pesan yang hanya dapat kusematkan dalam hujan Bisikan-bisikan yang hanya dapat kutujukan kepada udara Semua itu kutumpahkan dalam surat-surat yang kutenggelamkan dalam sungai Sedikit ronyok dan basah Tan...