Isi Botol Kaca yang Sedikit Ronyok dan Basah

2 0 0
                                    

Di bawah mesin pendingin, di atas lantai berdebu yang keras, 20/04/21; 20:46

xx

Bagaimana kabarmu?

Dilihat dari jarak ini, kau tampak tengah menikmati kehidupan sepenuhnya. Aku sangat bahagia menyaksikan itu.

Tidak, ini bukan surat cinta tentunya, ha ha. Kehidupan platonis intensional selama beberapa tahun ke depan adalah jalan yang sedang kutempuh. Sudah kita bicarakan juga bahwa apapun yang lebih dari itu tak akan bisa terwujud. Bibit masih kering, tanah hanya lembap. Ini hanyalah surat dari seorang sahabat untuk sahabatnya, saudara beda ibu yang menginspirasi dan memberi pelajaran hidup yang berkesan.

Seperti yang pernah kuceritakan kepadamu, aku adalah seonggok plastik di tengah samudera yang tertarik dan terdorong arus ombak setiap waktu. Tentu dua tahun yang lalu akan kukatakan bahwa aku telah bertransformasi menjadi batu karang, tetapi tampaknya itu tak lagi benar. Hukum Newton mengenai inersia, aksi, dan reaksi menjadi pelajaran yang begitu familier pada tahun ini.

Hingga ... astaga, semelankolis dan semenye-menyenya ini, aku berucap jujur ketika kukatakan hingga dirimu.

Tak pernah kutemui spesies sapien semacam dirimu ini.

Telah lama idealisme dan mimpi-mimpiku menyerupai lampu yang tinggal tunggu ajal oleh orang lain. Aku pikir selama pandangan ini masih bisa kugenggam, kugenggamlah ia. Namun, kau bukti nyata, bergerak dan bernapas, jelmaan mimpiku dalam seonggok debu dan tanah yang diberi napas kehidupan.

Kau mengajarkanku untuk percaya kepada nilai kebaikan, kejujuran, dan ketulusan; bahwa altruisme tak perlu pupus; bahwa terang dan cahaya dalam jiwa memang sepatutnya dipancarkan, menjadi bintang di sabuk langit utara yang kujadikan panutan melangkah.

Kau mengajarkanku bahwa kehidupan semi-nomaden untuk mencicipi cita rasa kehidupan di berbagai belahan bumi dapat menjadi nyata; meninggalkan jejak di tanah-tanah asing, secara literal maupun figuratif, dapat menjadi gaya hidup.

Kau mengajarkanku bahwa ada orang lain seperti itu di luar sana.

Bahwa aku tidak gila untuk bermimpi bahwa suatu hari nanti, kutemukan jiwa lain yang memandangi dunia sebagaimana kau dan aku memandang.

Dan segala hal yang tidak mencapai itu tak perlu menjadi perhentian terakhir.

Terima kasih atas pelajarannya. Terima kasih telah menjadi penyampai pesan sang Pencipta. Terima kasih telah hadir.

Aku harap persahabatan ini menjadi apapun yang tertulis di garis takdir.

Peace.

Di bawah langit biru, di atas rumah warna-warni, 20/04/21; 16:55

Surat-Surat yang Sedikit Ronyok dan BasahWhere stories live. Discover now