Part 3

1 0 0
                                    

Leo terbangun dengan kondisi tubuhnya yang sangat lemas. Namun, ia mencium aroma yang amis. Ada beberapa ekor ikan mati yang diletakkan begitu saja di hadapannya.

"Hei kau ingin mati ya?" rusa yang beberapa hari lalu Leo akan mangsa menghampirinya dan menegurnya dengan cukup keras.

"Kau kan...rusa yang waktu itu" Leo menjawab teguran rusa tersebut dengan suara yang terdengar sangat lemas.

"Hei aku punya nama..Marie namaku, Kau?"

"Aku Leo"

"Hm oke baik cukup dengan perkenalannya. Sepertinya kau membutuhkan makanan" tanpa adanya basa basi, Marie mengarahkan matanya ke ikan-ikan segar tersebut. Marie membawa ikan-ikan tersebut karena ia melihat kondisi badan Leo yang kurus kering tulang belulang saja kemarin sore. Marie merasa kasihan dengan kondisi Leo yang seperti itu. Marie tidak memperdulikan apakah ia binatang buas atau tidak atau nantinya ia akan berakhir dimakan. Yang ia pedulikan hanyalah, ia melihat kondisi Leo yang terbaring lemah dan lesu di dalam goa tersebut. Ia menyadarinya bahkan selama berhari-hari, ia sering melewati goa tersebut saat ingin bepergian ke wilayah kawanannya, padang rumput yang tak jauh dari situ.

"Tapi aku kan-" belum sampai selesai Leo berbicara, Marie langsung memotong pembicaraannya "Tidak ada tapi-tapian. Pokoknya makan saja, kau membutuhkannya".

Tanpa bertanya atau berbicara apa-apa lagi, Leo langsung melahap ikan-ikan tersebut dengan sangat lahap. Akhirnya ia merasakan daging, walaupun bukan daging yang seperti biasanya ia santap. Kali ini rasanya berbeda, dan ada sedikit bau amis. Bahkan sangat amis.

"Terimakasih, Marie" Leo merasa berterima kasih sekali dengan Marie karena telah memberikannya makanan. Mungkin aneh terdengarnya, kalau saja ada yang melihatnya diurusi oleh seekor rusa mungkin ia akan malu, tapi tak ada satupun pikiran yang terlintas, Leo tak merasa dirinya malu sama sekali.

"Andaikan saja aku bisa merekam apa yang kau ucapkan dan perlakuanmu ini, Leo" Marie tertawa kecil membayangkan bagaimana jika ada yang melihat Leo seperti ini.

"Oke dengar Leo, aku hanya bisa membantumu sampai sini saja. Aku tidak akan mungkin membawamu ke tempatku, mereka tidak akan menerimamu" Marie memandang Leo, mungkin itu akan menjadi bantuan pertama dan terakhir yang akan ia berikan ke Leo. Marie tidak bisa membantunya lebih lanjut, Marie maupun Leo, mereka memiliki kehidupan mereka yang harus mereka urusi masing-masing. Marie hanya bisa berharap semoga Leo baik-baik saja.

"Iya, tidak apa-apa. Aku mengerti..kau harus melindungi kawananmu bukan? Dan juga anakmu." Leo menatapnya dan mulai mengeluarkan senyumannya yang mungkin terlihat mengerikan di mata Marie.

"Bagaimana kau tahu aku memiliki-..tunggu..kau melihatnya waktu itu?" Marie mengingat kejadian waktu itu, tragedi yang hampir menelan nyawa anak kesayangannya sendiri.

"Iya..aku melihatnya. Bukankah kau bilang kalau kau sering melewati goa ini?"

"Aku sudah lama di dalam goa ini Marie..aku melihat semuanya yang terjadi dari sini..termasuk kejadian saat anakmu yang hampir disantap oleh buaya itu". Marie terdiam, ia hanya menunduk saja mendengar Leo berbicara.

"Maaf..aku tidak bisa membantu apa-apa saat itu.." Leo ikut menunduk setelah mengucapkan kata maaf kepada Marie. Rasa bersalah muncul dalam dirinya, iya perasaan bersalah karena tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tidak bisa melakukan apa-apa waktu itu. Ia hanya bisa berbaring dan tenggelam dalam lautan pikirannya.

"Tapi bukankah itu hal yang menyenangkan, Marie..?" Leo belum melanjutkan pembicaraannya, seketika Marie sudah langsung memotong pembicaraan Leo. "Maksudmu menyenangkan apa? Apanya yang menyenangkan melihat anakmu sendiri akan mati?" suara Marie terdengar sangat kesal, ia tidak percaya Leo mengatakan hal tersebut kepadanya.

"Bukan itu maksudku..aku belum selesai berbicara, Marie." Leo terdengar sangat tenang menjawab Marie.

"Lalu apa?"

"Maksudku..menyenangkan memiliki hal yang bisa kau lindungi sampai-sampai kau lupa kalau kau sendiri juga ada di posisi yang bahaya saat itu.." Leo memandang ke arah langit, ia tidak tahu betul memiliki rasa seperti itu. Tapi dalam lubuk hatinya, ia ingin merasakan hal seperti itu. Ia ingin memiliki suatu hal yang penting dalam hidupnya. Ia ingin memiliki tujuan dalam hidupnya ini.

"Leo..seorang ibu akan selalu mempertaruhkan nyawanya demi anaknya sendiri..mereka akan selalu menjaga anaknya dalam keadaan apapun itu..begitu juga sama jika kau memiliki hal yang kau cintai, kau akan rela mempertaruhkan nyawamu sendiri untuk melindungi mereka.." Marie melihat Leo dengan senyum tipis.

"Begitu ya..hal yang kau cintai.." Leo masih memandangi langit yang terlihat agak sedikit gelap dari biasanya. Memang saat itu sudah pergantian musim dari kemarau ke dingin, jadi jarang-jarang mendapatkan cuaca yang cerah. Udara terasa lebih dingin dari biasanya, dan daun-daun sudah mulai berjatuhan dari pohon.

"Leo..kau terlihat sangat jauh, tersesat..tapi aku yakin suatu saat kau akan menemukan jalanmu lagi" Marie menatap Leo dengan senyum tipis, ia berdiri dari tempatnya dan nampaknya ia akan mengucapkan selamat tinggal kepada Leo.

"Terimakasih Marie..kau hati-hati dalam perjalananmu"

"Kau juga Leo, temanku. Kau hati-hati dalam perjalananmu..jalanan tidak akan selalu lurus, kau akan menemukan banyak lika-liku dan mungkin sedikit tragedi"

"Iya, pasti Marie. Tapi aku tidak tau akan seperti apa nanti kedepannya...aku tidak tau apa aku mampu untuk berjalan maju lagi...tapi aku juga tidak ingin terus melihat ke belakang".

***

A Lone WolfWhere stories live. Discover now