Part 1

1 0 0
                                    

Seekor serigala hitam lahir bertepatan dengan hari dimana terbunuhnya sang ayah dari anak serigala itu. Leo namanya. Leo merupakan anak satu-satunya dari tiga bersaudara yang memiliki bulu hitam warisan sang ayah. Namun naas, Leo terlahir cacat dengan sebelah matanya yang buta. Sejak Leo kecil hingga ia tumbuh, saudara-saudaranya selalu merendahkan serta menghinakan Leo lantaran keterbatasan fisiknya. Leo sadar kalau ia berbeda dengan saudara-saudara serta kawanannya. Pun, Leo tidak pernah diajari untuk berburu oleh saudara maupun ibu kandungnya sendiri. Selalu dan selalu, ia mendapat giliran untuk terus menjaga wilayah teritorial kawanannya dan terkadang ia juga mendapatkan tugas untuk mengumpulkan ranting-ranting pohon yang akan digunakan nantinya untuk membuat api unggun. Sampai suatu saat Leo merencanakan untuk kabur dari tempatnya, dan semua dilakukannya pada saat semuanya tertidur lelap. Ia berlari begitu jauh sampai ia tak sadar hari sudah pagi. Ia merasa lapar karena ia belum makan apa-apa sejak ia kabur. Jarak yang jauh serta tidak adanya pemberhentian membuatnya merasa sangat lapar. Ia rasa ini adalah waktu yang tepat dalam benaknya yaitu "berburu". Ia menemukan seekor rusa besar yang sedang minum di tepi danau, sendirian tanpa kawanannya. Leo berlari begitu kencang menghampiri rusa tersebut. Namun, dorongan dan rasa ingin berburu itu pun terhentikan begitu saja. Dari alam bawah sadar Leo, ia masih memikirkan kalau ia tidak akan pernah bisa untuk berburu. Rusa tersebut berhasil menghindari Leo dengan cepat, ia pun tertawa melihat Leo yang tercebur sendiri ke danau. Leo pun berenang ke tepi danau dan menundukkan wajahnya. Ia melihat sorotan wajahnya sendiri dari cerminan air danau.

"Sebenarnya aku ini apa?" sahut Leo yang hanya bisa meratapi kesedihannya sambil melihat wajahnya yang terlihat menyedihkan di cerminan tersebut. Leo terus dan terus melihat wajahnya, ia mengingat bahwa ia berbeda dari yang lainnya. Ia bukan sosok figur yang terlihat sempurna.

Hari sudah malam, Leo memutuskan untuk menepi sejenak di goa kecil yang letaknya tak jauh dari danau tersebut. Ia juga sudah mengumpulkan ranting-ranting pohon yang ia kumpulkan sore hari tadi. Ia pun kemudian membuat api unggun dan mencari posisi yang nyaman untuk merebahkan dirinya. Tak ada satupun makanan yang masuk ke dalam perutnya, hanyalah beberapa buah-buahan berries yang ia temukan di dekat goa tersebut. Meskipun rasanya tidak senikmat daging yang biasa ia makan dari hasil buruan kawanannya, setidaknya ada sesuatu yang mengganjal perutnya sampai malam hari atau mungkin untuk esok hari juga. Ia menyisakan beberapa berries untuk makan malam dan segera melahap berries itu.

***

A Lone WolfDonde viven las historias. Descúbrelo ahora