akhir

33 4 0
                                    


  Rinjani masih terpaku dengan Instastory-nya Garang yang memperlihatkan Rimba sedang bernyanyi dengan gitarnya itu. Ini kali pertama Rinjani melihat Rimba bernyanyi, biasanya hanya bermain gitar atau bernyanyi sedikit saja, kini Rimba jadi penyayi utama. Berlatar pepohonan dan gelapnya malam.

  Lagu Tanpa Tergesa milik Juicy Luicy dinyanyikan secara merdu oleh Rimba, ini sudah putaran ke-10 Rinjani melihat video itu.

"Jaga dulu jarak kita, jika tak ingin akhirnya kau menangis lagi.
Jangan terlalu kau dekat, jangan buat terikat, coba kau rasakan lagi.
Mungkin kau dapat perannya, tapi hanya sebagai bayang-bayangnya saja.

"Jangan minta jatuh cinta,
Luka lamaku juga belum reda,
Beri dulu, aku waktu untuk sembuh sendirinya.
Jangan minta jatuh cinta, sakit sebelumnya masih kurasa, beri waktu hingga aku mampu lupakan semua."

  Rinjani mematikan ponselnya, menyimpan ponsel tersebut di meja, lalu Rinjani menggigit kukunya. Maksud video tadi tuh, Rimba masih punya mantan terindah gitu? Jadi minta Rinjani mundur dan jangan buru-buru, atau gimana?

  Oke, mungkin dia terlalu cepat menyimpulkan, tapi penghayatan Rimba terhadap lagu tersebut sangat-sangat top, Rinjani saja dibuat cemburu, padahal dia bukan siapa-siapa.

  Rinjani kembali melihat video itu lagi, di sebelah Rimba ada seseorang yang entah siapa namanya dan Rinjani sama sekali tidak peduli.

"Dhe, ke kafe yuk." Rinjani mengajak Dhea yang baru masuk kelas.

"Bolos?" tanya Dhea.

"Nanti abis pulang. Ke mal ajalah, ke Cafetime." Rinjani melihat jam tangannya. "Tinggal satu kelas lagi 'kan?"

  Dhea mengangguk, membenarkan ucapan Rinjani.

  Selepas pulang kuliah, mereka langsung pergi menuju mal terdekat menggunakan taksi online.

"Langsung ke Cafetime aja? Atau mau ke mana dulu gitu?" tawar Dhea.

"Laundry sepatu dulu deh."

"Inem ke mana emang?"

"Males kalau ke Inem, nanti sepatu gue yang style-nya begini, dia buat jadi putih." Rinjani menunjukkan sepatunya yang berwarna ala-ala galaxy & rainbow.

"Ada-ada aja, emang bisa?"

"Bisa. Dia kasih tuh pemutih sebotol langsung biar sepatu gue putih, dia kira ni sepatu kena noda apa ya?" Rinjani menyerahkan sepatunya ke tempat laundry, lalu mereka kembali berjalan ke tempat Cafetime.

"Boba brown sugar aja deh, Mbak. Lo apa, Dhe?" tanya Rinjani sambil menaruh tasnya.

"Sama aja deh, Mbak. Tapi sugar-nya less aja ya," pesan Dhea.

"Baik, ditunggu ya."

  Rinjani mengangguk kecil, lalu membuka ponselnya dan membuka e-commerce di ponselnya.

"Dhe, kata lo mendingan beli tas yang mana? Yang merah atau yang biru?" Rinjani menunjukkan ponselnya.

Dhea melihat-lihat dua tas tersebut. "Biru. Cocok sama baju lo yang waktu itu lo tunjukkin."

"Oiya, bener. Oke deh, gue checkout sekarang."

  Dhea menatap Rinjani sambil sedikit terkekeh, ternyata Rinjani masih sama seperti dulu, kejadian 'marahan' waktu itu membuat Rinjani balik lagi seperti ini.

"Lo cuma pesen minum kan, Dhe?" tanya Rinjani, Dhea mengangguk, membuat Rinjani menjentikkan jarinya. "Mal ini ada rooftop-nya 'kan? Ke sana aja yuk, minum di sana. Biasanya sepi."

Rimba & Rinjani Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang