ೃ⁀➷『 19. Jalan Buntu 』

203 37 41
                                    

══════。○ ✿✿ ○。══════

Mungkin kalian butuh motivasi?
Chapter ini bisa untuk kalian renungi.

Malamnya, Chaeryeong beserta yang lainnya masih merayakan hari jadian ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malamnya, Chaeryeong beserta yang lainnya masih merayakan hari jadian ini. Bersenda gurau tentang hal apapun juga, dan mendengarkan musik yang kini tengah nyaring di merdukan.

Sementara Ryujin berada di pinggiran pulau sendirian, angin malam yang kini tengah menerpa wajahnya itu kian membuat Ryujin semakin berlarut dalam kerinduan.

Sinar bulan malam ini begitu terang, suara nyanyian ombak pun begitu merdu terdengar. Sudah satu jam lebih dia duduk meringkuk di atas pasir seperti yang sedang dia lakukan.

"Ibu... Ayah..." lirihnya.

Wajah memelas yang saat ini sedang ia tunjukkan itu mampu membuat alam di sekitarnya merunduk tak tega.

"Aku rindu kalian." sambungnya lalu menangis menenggelamkan wajahnya pada lengan tangannya.

Isak tangisnya ini berhasil membuat suasana di sana menjadi mencekam.

"Jujur, aku lelah. Mengapa kisah-kisah ku ini selalu saja dalam permadani kegagalan? Aku hanya ingin menjalani hidupku sesuai dengan apa yang ku mau, aku baru saja berusia 18 tahun tapi mengapa semua ini terasa begitu sulit bagiku?"

"Hidup memang seperti ini, jangan suka mendengarkan ocehan orang lain. Takutnya kau malah jadi yang terlemah dan gampang menyerah." sahut seseorang membuat Ryujin terkejut. Di liriknya orang tersebut yang ternyata adalah Lee Jeno.

Jeno adalah teman sekelas Ryujin di masa SMP nya. Dahulu, mereka begitu akrab. Namun ketika sudah memasuki masa SMA, mereka terlihat merenggang dan tidak pernah saling sapa lagi.

"Mau apa kau kemari?" tanya Ryujin.

"Aku tak sengaja melihatmu sedang duduk sendirian di sini, dimana Beomgyu? Bisa-bisanya dia membiarkan dirimu kesepian seperti ini?"

"Hm, aku sudah biasa."

Jeno menggaruk-garuk tengkuknya, kemudian ikut duduk di samping Ryujin. "Ryujin, apa kau bisa melihat bulan yang ada di langit sana?" ujarnya. Namun gadis yang sedang di ajaknya bicara itu hanya bergeming tak menjawab.

Melihat ada kesempatan yang tertuju padanya, Jeno pun langsung melanjutkan pembicaraannya.

"Dia sama sepertimu, berdiri sendirian namun mampu memancarkan sinarnya, membuat semua mata jadi tak segan untuk melihatnya."

Ryujin melirik Jeno lalu berceletuk. "Tapi dia bersinar karena memantulkan cahaya dari matahari, Jeno. Dia tak sekuat matahari itu,"

Jeno terkekeh. "Sebab kau juga makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain, Ryujin. Cahaya tersebut bisa kau dapatkan dari orang-orang yang ada di sekitarmu, mereka yang selalu ada untuk mendukungmu dengan penuh semangat dan kerja keras juga dapat menyalurkan energinya."

HOLD ME TIGHT [ END ✔️ ]Where stories live. Discover now